Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Titik Balik Kehidupan Elena
Kediaman utama
"Uhuk! Uhuk! "
Kursi roda dan pemiliknya berada di tempat yang berbeda, Kakek Surya tersungkur di atas lantai akibat di dorong oleh Sophia.
"Uhuk! Uhuk! Aku merekam semua yang kau katakan tadi!"
"Kamu ingin mencuri kekayaan keluarga Atmadewa? Harusnya kamu menanyakan pada dirimu sendiri, pantaskah kau mendapatkan harta keluarga ini."
Mendengar kalimat itu Sophia menggeram marah, dia menerjang sang Kakek dan mencekiknya. "Mati kau, Pria tua! Mati!"
"Berani---"
Srek!
Seseorang menarik lengannya dan mendorong Sophia ke samping. Orang itu adalah Elena yang baru saja datang, "Kakek!" teriaknya lalu membawa sang Kakek ke dalam pelukannya.
"Bertahanlah, Kek!"
"Uhuk! Uhuk!"
Sophia menatap Elena dengan tatapan marah, Aku sudah menyuruh Alex untuk menghalanginya, kenapa wanita jalang ini sampai sini? ucapnya di dalam hati.
"Aku akan membawa Kakek ke rumah sakit, aku sudah menelpon polisi untuk mengurus orang itu. Kakek tidak perlu khawatir," ucap Elena membantu Kakeknya untuk berdiri.
"Ini..Berikan ini..ke polisi. Beri tahu ayahmu...dia...tidak..boleh," kata Kakek Surya dengan napas berat, dia mengeluarkan ponselnya yang berisi rekaman suara Sophia tadi dan hendak memberikannya pada Elena.
"Aku tau, aku tahu, Kek. Jangan berbicara lagi, aku akan membawamu ke rumah sakit."
Ekspresi wajah Sophia semakin menggelap saat melihat Elena menuntun Kakek Surya. "Aku tidak bisa membiarkan mereka pergi. Jika rekaman itu ketahuan, ini semua akan sia-sia," gumamnya dengan gusar.
Matanya melihat sekitar, begitu menangkap sebuah guci yang cukup besar, dia tersenyum miring. Dia mendekati guci tersebut dan mengangkatnya dengan susah payah. Sophia berjalan mendekati Elena dan Kakek Surya.
Brak!!
Sophia menghantamkan guci tersebut tepat di atas kepala Kakek Surya dan Elena. Hal itu membuat keduanya limbung dan jatuh di atas lantai.
Elena dengan kesadaran separuh berusaha bangun, "Kakek," panggilnya dengan lemah.
Kakek Surya terbaring tak berdaya di atas lantai dengan darah menggenang di sekitar kepalanya. "Kakek!" teriak Elena. Karena posisi Kakek Surya tadi agak di belakang, jadi pria tua itu yang mendapatkan hantaman lebih keras.
"Kakek! Kakek!" Elena merangkak mendekati Kakeknya, dia tidak menghiraukan darah yang mengalir di pelipisnya.
Sophia mendekati Elena dan berdiri di depannya. "Bagaimana? Apa Kakak suka dengan kejutan yang sudah aku siapkan?" ucapnya dengan sumringah.
"Karena aku sudah menyiapkannya," kata Sophia sembari memegang kapsul obat. "Jadi... Kakak harus menerimanya."
Sophia berjongkok dan mencengkeram dagu Elena, dia memasukkan obat tersebut ke dalam mulut Elena dan memaksa sang Kakak untuk menelannya.
"HA HA HA"
"HA HA HA"
"HA HA HA"
Wanita itu tertawa seperti orang gila saat Elena sudah menelan obat tersebut. "Ah ya! Aku hampir melupakan sesuatu yang penting," ujarnya.
Krak!
Sophia menginjak-injak ponsel milik Kakek Surya hingga layarnya retak parah dan mati. "Elena Atmadewa, kali ini aku menang," ujarnya dengan senyum bangga.
"Sebentar, sebentar. Masih ada penutup."
Setelah mengatakan itu Sophia mendekat ke arah dinding, dan DUG! Dia membenturkan dahinya dengan keras ke atas tembok.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. "Kak Alex, cepat datang ke rumah Kakek! Selamatkan Kakekku, Kak Elena sudah gila!"
"Hiks..Hiks. Dia membenciku dan membenturkan kepalaku ke dinding. Tetapi Kakek tidak bersalah...Dia...Dia...Kakek ingin memisahkan perkelahian, tapi Kak Elena justru mendorong Kakek hingga kepalanya terbentur guci."
"Apa yang harus aku lakukan? Ada begitu banyak darah! Sangat banyak! Kak Alex cepat datang."
Saat mengatakan kalimat terakhir tersebut, Sophia menatap Elena dengan senyum puas. Seolah baru saja memenangkan sebuah lotre besar.
Sejak malam itu, Elena kehilangan semuanya.
...****************...
5 tahun kemudian, penjara wanita XXX
"Terus, terus?" ucap seorang wanita dengan raut penasaran. "Apakah wanita itu meninggal juga? Tapi jika dia mati adiknya akan lolos begitu saja!"
"Setelah itu..."
Elena memutar kembali memori di otaknya atas kejadian 5 tahun lalu. Saat itu dia di bius, tidak ada satupun pelayan karena sudah di usir Sophia sebelumnya. Tidak ada CCTV yang bisa membantunya, dan polisi menemukan banyak barang bukti yang mengarah padanya.
Sophia? Wanita itu menangis keras di dekapan Alex yang datang bersama polisi. Tidak ada satupun yang berdiri di sisinya, hingga dia di bawa polisi dan berada di posisi saat ini.
"Dia? Tentu saja dia di penjara, apa lagi yang bisa dia lakukan," jawab Elena.
Teman satu sel Elena tampak terkejut, "Apa-apaan itu! Wanita itu terlalu sengsara, bahkan melebihi diriku!" marahnya.
Elena terkekeh kecil, "Sudahlah, jaga suaramu. Aku bilang ini hanya sebuah cerita, kan?"
"Apa yang kalian bicarakan? Cepat selesaikan pekerjaan kalian!!"
Itu adalah suara polisi penjaga, saat ini para narapidana memang sedang melakukan kegiatan bersama, yaitu membuat kerajinan tas dari bungkus kopi bekas. Setiap tahanan memiliki hak untuk memilih kegiatan apa yang ingin mereka lakukan selama di dalam penjara, ada berbagai macam pilihan.
Elena sendiri bergabung dengan pembuat kerajinan dari bahan daur ulang. Dia di ajak oleh Tiara, teman satu selnya yang tadi mengobrol dengannya.
"Kamu bebas besok, kan?" tanya wanita polisi itu pada Elena.
Elena mengangguk, "Iya, Bu."
"Kalau begitu jaga sikapmu hingga kau keluar besok," balas polisi dengan name tag Ayu tersebut.
Elena kembali mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Di dalam penjara wanita ini, dia berada di dalam satu sel dengan 4 narapidana lain dengan kasus berbeda.
Tiara, menyiram suaminya dengan air panas karena terang-terangan berselingkuh, dia dipenjara selama 7 tahun, dan bulan depan dia bebas.
Marina, wanita berusia 35 tahun yang membunuh anak keduanya yang baru berusia 10 bulan. Marina masih mengalami baby blues, dia tidak tahan dengan suara tangisan anaknya dan berakhir menutup wajah anaknya menggunakan bantal hingga kehabisan napas dan meninggal.
Nina, wanita itu baru masuk penjara 2 tahun lalu, dia dipenjara karena mencuri susu untuk bayinya di supermarket. Dia di vonis penjara 3 tahun.
Terakhir, dia adalah penghuni sel yang paling lama. Namanya Marni, wanita yang di tuduh mengkorupsi uang perusahaan, padahal dia hanya dijadikan kambing hitam. Dia divonis penjara 10 tahun, dan masih tersisa 4 tahun lagi.
Syukurlah ke-empat orang tersebut baik kepada Elena, di awal dia sudah was-was akan di satukan dengan orang-orang bermasalah.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa like dan subscribe ya🤗