Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Johanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Johanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Johanna dijual kepada lelaki hidung belang dan memaksanya harus menikah. Siapakah lelaki yang rela membeli Hanna dengan bayaran sangat tinggi. Apakah kehidupan Hanna berubah setelah itu?
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI LIBUR HANNA
💌 MUST GET MARRIED 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
VISUAL HANNA KATE.
Asyik bernostalgia membuatnya lupa waktu. Hari ini adalah hari libur Hanna. Ia ingin mengisi hari liburnya dengan menikmati keindahan alam, taman-taman yang asri dan rindang, museum-museum yang terawat dengan baik dan menikmati beberapa kuliner yang unik. Tidak lupa Hanna ingin berburu Truffle sejenis jamur. Suhu yang mencapai 14 derajat Celcius harus Ia taklukkan. Hanna tak perduli jika harus menerjang suhu yang begitu menusuk tulang agar ia tiba di tempat wisata yang ingin dikunjunginya hari ini.
Dengan senyum indah miliknya, Hanna memandang ke depan sambil menunggu trem datang sambil memasukkan tangannya ke dalam Coat yang digunakannya. Coat merupakan pilihan yang sempurna untuk melindungi tubuhnya dari angin dan cuaca dingin seperti ini. Hanna memang sengaja menggunakan trem. Setidaknya untuk mengirit ongkos karena banyak yang akan dikunjungi Hanna hari ini. Jika ia menggunakan taksi, bisa-bisa tarif ongkosnya seharga penginapannya satu hari di hotel berbintang. Hanna menengadah ke atas dengan segurat harapan. Bibirnya mengulas senyum tipis.
Trem berhenti tepat di depannya. Hanna segera masuk dan memilih duduk di dekat kaca trem. Tenang rasanya jika sudah berada di dalam trem. Penumpang trem agak ramai. Trem pun bergerak perlahan dengan empat puluh enam penumpang di dalamnya dan meninggalkan halte. Lalu lintas lancar, trem pelan menyusuri jalanan. Gedung-gedung menjulang menuding angkasa berpadu mesra dengan langit bersalju. Hanna terkesima dengan pesona keindahan negara ini. Tiba-tiba ia teringat dengan sosok ibunya. Hanna tersenyum saat mengingat sosok wanita berhati lembut itu. Ia selalu mendapat banyak kasih sayang dari Maria. Tidak pernah sekali pun Ia merasa kekurangan. Semuanya ia dapatkan dengan mudah. Tapi sekarang, keadaan mengajarkannya banyak hal. Kini ia bisa merasakan pahitnya kehidupan, tinggal sendiri di kota ini. Hanna melengkungkan bibirnya dan menarik napas dalam.
Hanna menatap keluar, melihat ke arah jalanan yang dilewati. Jalanan terlihat sepi dan nyaris tidak ada manusia yang terlihat di pinggiran jalan. Yang terlihat hanyalah pohon-pohon besar dan tinggi yang berjajar pada sisi kanan dan kiri. Ia duduk di ujung dengan menopang dagunya.
Tak butuh waktu lama, Hanna tiba di tempat yang ditujunya. Ia berjalan menyusuri jalur Pedestrian di antara bangunan-bangunan seperti kubus menjulang. Jalan kaki pilihan terbaik jika ingin menikmati keramaian ibu kota, Melbourne. Hanna tersenyum sambil mendongak ke atas menikmati suasana pagi yang dingin. Ia tidak perlu menyesuaikan diri lagi karena sudah terbiasa menikmati udara dingin selama tinggal di kota ini.
Di persimpangan atau penyeberangan, Hanna harus pencet tombol bulat di bagian bawah tiang traffic light, agar tak lama menunggu lampu berbentuk orang jalan kaki agar segera menyalakan warna hijau. Hanna menyembunyikan tangan dalam kantong Coat miliknya, sembari menanti dengan pejalan kaki lainnya. Hingga momen yang paling Ia suka pun muncul.
"Tuk…tuk…tuk…" berbunyi begitu lampu hijau menyala. Suara yang terdengar menuntun ini berakhir ketika pejalan kaki sudah berhasil menyeberang, kira-kira tiga puluh detik.
Hanna tersenyum puas menikmati hari liburnya, ia kini menuju tempat wisata terbaik berikutnya. Ia melangkah penuh semangat ke menara tower. Menara ini memiliki ketinggian sekitar 309 meter dan dijadikan sebagai menara tertinggi di kota ini. Menara ini terbuka untuk umum, sehingga Hanna pun bebas masuk ke dalam menara ini. Letaknya berada di bagian tengah lokasi bisnis dan di atas gedung Centerpoint.
Di sana Hanna menikmati pemandangan. Di menara tower ini sering diadakan lomba tower run-up. Lomba ini dibuat untuk menantang pesertanya untuk menaiki menara tersebut mulai dari tingkat paling bawah hingga ke tingkat paling atas.
SIANG HARI DI KOTA MELBOURNE.
Saat Hanna sedang menikmati kopi plat white dan makan siangnya. Tiba-tiba bunyi nada nada dering You'll Be in My Heart dari Niki berbunyi dari ponsel Hanna. Ia melihat panggilan masuk dari Betran. Betran adalah teman satu kantornya, bisa dikatakan mereka cukup dekat sebagai teman kantor. Hanna menggeser tanda terima dari ponselnya dan menahan ponselnya dengan pundak dan tangannya masih sibuk memotong daging steak, ia ingin menikmati makan siangnya dengan baik.
"Sekarang kau harus ke kantor Hanna, pak Reyhan menunggumu."
"Apa? Pak Reyhan?" Hanna meninggikan volume suaranya. Ia memegang ponselnya untuk memastikan kembali perkataan Betran.
"Kau harus cepat ke kantor dan beliau sedang menunggumu." Betran mengulangi kalimatnya.
Glek...! Hanna menelan salivanya, ia berulang kali meneguk air yang ada di hadapannya.
"Kenapa pak Reyhan mencariku? Bukannya semua pekerjaanku sudah beres. Ini hari liburku Betran." Hanna protes dan tidak terima.
"Aku juga tidak tahu, kenapa tiba-tiba pak Reyhan mencarimu. Aku tunggu lima belas menit Han."
"Astaga... coba jelaskan kenapa pak Reyhan mencariku? Bukankah masalah itu sudah selesai?" Ucap Hanna memelas. Iya, seminggu yang lalu Hanna mendapat teguran dari kantor pusat karena pekerjaannya salah. Tapi semua sudah direview ulang dan pak Reyhan sudah mengirimnya ke kantor pusat dan tidak ada masalah lagi.
"Aku juga tidak tahu Hann, kamu cepat ke sini. Pak Reyhan tidak mau menunggu." Betran menegaskan setiap kalimatnya.
"Tunggu...!"
"Apa lagi Hanna? Waktu berjalan." Betran mengingatkan.
"Apa mungkin pak Reyhan mau memecatku?" Hanna menunduk lesu.
"Mungkin saja."
"Astaga...kok kamu jahat sekali sih..."
"Aku bilang kan mungkin." Betran menahan tawanya.
"Harusnya kau bantu aku." Protes Hanna.
"Sekarang kau datang ke kantor. Waktumu habis hanya untuk bicara terus. Kita bertemu di sana."
"Baiklah, kita bertemu di sana."
Hanna mematikan ponselnya, setelah melakukan pembayaran, ia langsung berlari secepat kilat menuju kantor tempatnya bekerja.
"Oh my God, baru saja aku menikmati liburanku. Tiba-tiba masalah itu kembali lagi. Huffft.....!" Hanna mengumpat dalam hati. Sepanjang jalan ia hanya menggerutu dalam hati. Hanna begitu kesal. Ia terpaksa menggunakan taksi agar tiba di kantor dengan cepat.
Tap...tap... tap...!
Hanna keluar dari lift sambil sedikit berlari. Kepalanya dimiringkan untuk menahan ponsel di telinganya.
"Ya! aku sudah menuju ruangan pak Reyhan." Hanna langsung melambaikan tangannya, ketika Betran menunggunya di depan ruangan pak Reyhan. Hanna langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
"Perasaanku tidak tenang Betran."
"Kita dengarkan sama-sama apa yang akan di katakan pak Rayhan."
"Firasatku kuat. Sepertinya aku mau dipecat." Hanna menunduk lesu.
"Jangan berprasangka buruk dulu. Siapa tau juga kau mau naik jabatan."
"Secepat itu? Aku baru dua tahun bekerja di sini Betran. Tidak mungkin!"
"Sekarang kau masuk!"
"Sendiri?" Hanna terbelalak tidak percaya.
"Ya, sendiri. Pak Reyhan kan mau bertemu denganmu."
"Kau jahat!"
"Hahahaha....tidak lah Hann. Emang aku sejahat itu? Sekarang kita masuk!" Kata Betran tersenyum.
Huftt....! Hanna mengatur napasnya ketika Betran mengetuk pintu ruangan pak Reyhan.
Tok...tok...tok..."
Pintu itu terbuka sedikit, saat itu juga jantung Hanna terpukul kencang, ia menarik napasnya dan spontan menarik tangan Betran.
"Aku takut." Hanna menutup matanya dengan sangat erat, hingga garis-garis hidung dan pinggir matanya nampak.
"Tidak apa-apa!"
"Sumpah aku takut sekali Betran."
"Aku bilang tidak apa-apa, kalau kita seperti ini terus, bisa-bisa pak Reyhan akan marah."
Betran membuka pintu. Sayup-sayup mereka mendengar orang sedang berbicara di sana. Hanna dan Betran saling berpandangan. Betran sedikit mengintip di balik pintu. Lalu ia menatap ke arah Hanna dan berkata.
"Sepertinya ada pak direktur utama Hanna ."
Dan saat itu juga mata Hanna melotot sempurna. "Pak direktur utama?"
BERSAMBUNG
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
up
up
up
good bless you