NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Kinan

Takdir Cinta Kinan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Apple Cherry

Rank 1 Terpopuler / Tamat dalam tagar #Spiritual (1/1/2022)

Menikah untuk Ibadah dan kebahagiaan orang tuanya, itulah tujuan awal Kinan menerima lamaran seorang dokter yang datang padanya. Akan tetapi bukan bahagia yang Kinan dapatkan, melainkan sebuah pengkhianatan.

Perasaan Kinan hancur, terluka dan kecewa.
Hingga seorang laki-laki bernama Dude Danuarta datang. Niat awal hanya memberikan selamat pada suster yang sudah merawat anaknya.

Namun takdir bekerja tanpa perkiraan. Pria itu malah menawarkan diri untuk menikahi Kinan Adelia. Pria yang Kinan tahu sudah memiliki pasangan dan seorang anak.

Takdir Cinta Kinan ~

Karya Apple Cherry
Murni dari pemikiran author.
Jangan dicopas tanpa izin. Terima kasih :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apple Cherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

028: Bahagia Kinan

Kinan sedang bersiap untuk pergi nonton dengan Dude. Barusan ibunya menelepon dan merasa senang kalau Kinan akan pergi jalan-jalan dengan suaminya. Kinan tahu, ibunya pasti cemas kalau Kinan tidak bahagia. Dikecewakan oleh orang yang dia kira baik dan akan menikahinya, lalu menikah dengan pria lain dan mendadak. Pasti tidak mudah bagi Kinan menjalani itu semua, tapi setiap masalah akan ada jalan keluar, begitu juga cobaan yang kita hadapi akan selalu ada hikmah dibaliknya.

"Kamu udah siap, Ki?"

"Udah, Mas. Sebentar aku ambil tas dulu," jawab Kinan.

Dude yang sedang fokus pada ponsel langsung mengalihkan pandangannya kepada Kinan yang sudah berdiri di depannya mengenakan gamis dan kerudung yang terlihat manis.

Menurut Dude, bertemu dengan gadis canrik itu sudah biasa. Dia juga memiliki banyak kenalan wanita saat di Amerika. Apalagi pergaulan di Amerika cenderung bebas. Tetapi melihat tampilan Kinan dengan pakaian tertutup menjadi keindahan sendiri bagi Dude, sampai-sampai Dude selalu takjub entah sudah ke berapa kalinya melihat wanita berhijab seperti Kinan.

"Mas? Kenapa Mas malah bengong? Apa ada yang salah dengan penampilan ku?" ujar Kinan sambil meneliti kembali apa yang dia pakai. Dia agak bingung melihat raut wajah Dude yang seperti orang tercengang melihatnya.

"Enggak, kok," jawab Dude dengan sedikit cengiran. "Nggak ada yang salah. Menurut saya, kamu cantik dan anggun."

Deg.

Mungkin dia biasa saja kalau mendengar pujian itu dari orang lain. Tapi ini dari Dude, pria yang baru menikahinya.

"Makasih, Mas." Kinan menjawabnya dengan senyuman tipis dan berusaha tidak terbang mendengarnya.

"Hm, kita jalan sekarang?"

Kinan mengangguk.

"Oh iya, apa saya nanti boleh menggandeng kamu?" tanya Dude.

Kinan mengerutkan kening. "Hm, menggandeng?"

"Ya. Kemarin kamu seperti histeris saat saya akan menggandeng tangan kamu, Ki. Saya takut kamu tidak nyaman," jawab Dude.

Kinan mengembuskan napas berat. Bukan karena tidak nyaman, tapi itu karena mimpi memalukan yang di alami Kinan membuat Kinan serba terganggu.

"Tidak apa-apa, kok, Mas. Itu hanya refleks, tidak ada maksud menolak atau apa," geleng Kinan dibalas seulas senyum dan hela napas lega dari Dude.

"Oke, kalau gitu saya jadi lega, Ki."

Mereka pun langsung menuju ke gedung bioskop yang ada di sebuah pusat perbelajaan. Di perjalanan menuju ke sana, Kinan terlihat sibuk memilin jari-jarinya. Mungkin Kinan merasa tidak nyaman, iru yang ada di pikiran Dude. Kali ini Dude tidak di antar supir, dia memilih membawa mobil sendiri.

"Kamu sering jalan-jalan, Ki?" tanya Dude membuka obrolan, berharap suasana pecah dari keheningan.

"Hm, nggak terlalu, sih. Waktu itu aku terakhir nonton sama Diana," jawab Kinan sambil tersenyum sekilas lalu teringat kenangan bersama teman dekatnya itu.

"Diana itu wanita yang datang di hari pernikahan kamu kan?" tanya Dude.

"Iya, Mas. Kalau diingat lagi aku nggak sangka, kenapa bisa jadi begini. Kenapa Diana melakukan itu pada aku. Melihat hubungan aku dan dia baik-baik saja bahkan seminggu sebelum hari H saja Diana masih sempat memberikan aku sehuah hadiah. Walaupun belum aku buka," jawab Kinan teringat lagi sekotak hadiah dari Diana yang masih tersimpan di lemari pakaian.

"Hm, pasti terkejut, ya. Saya juga tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini. Tapi, maaf ya, Ki. Kalau tidak ada kejadian ini mungkin kita tidak akan menikah. Mungkin saya tidak ada di sini sebagai suami kamu," ujar Dude.

Kinan menggaruk pipinya, speechless karena ucapan Dude.

"Apa kamu menyesal menerima tawaran saya untuk menikahi kamu, Ki?"

Tiba-tiba pertanyaan itu meluncur dari bibir Dude membuat Kinan terhenyak, dia melirik sekilas pria yang sedang fokus pada jalanan.

'Apa aku boleh jujur, Mas? Bahkan di malam pernikahan ku, saat aku besoknya akan menjadi istri orang, aku masih melangitkan namamu dalam salatku,'

Namun Kinan tidak kuasa mengutarakan itu. Baginya pernikahan adalah ibadah dan jodoh itu Allah mengatur. Allah maha membolak-balikan hati manusia, begitu pin yang terjadi pada takdir.

"Aku nggak menyesali apapun Mas. Aku berusaha ikhlas, aku yakin ini adalah takdir yang harus aku jalani," jawab Kinan.

Dude tersenyum lalu melirik Kinan sekilas. "Saya usahakan membahagiakan kamu semaksimal mungkin, agar penyesalan itu tidak akan pernah terjadi."

Disitulah Kinan membeku. Kata-kata Dude lagi-lagi menyihir hatinya, lalu kapan dia akan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada Dude? Bahwa dia menyukai suaminya, sangat menyukai.

"Saya tadinya mau cari tahu siapa pria bernama Hamzah itu. Apakah dia teman yang saya kenal? Atau bukan. Tapi saya belum sempat meminta orang mencari tahu. Bukan bermaksud apa-apa, Ki. Kalau memang dia Hamzah yang saya kenal, akan lebih mudah untuk saya memberi dia peringatan agar dia tidak menganggu kamu lagi," tutur suami Kinan, tak lama kemudian mereka sampai di Mall yang mereka tuju.

Kinan menghela napas panjang. Dia ingin sekali bertanya pada Dude, tujuan Dude menikahinya apa hanya karena ingin membalas kebaikan Kinan saja? Atau hanya karena kasihan? Apa Dude tidak ada perasaan sedikit pun pada Kinan?

"Ki, kamu kenapa bengong?" tanya Dude sambil membuka sabuk pengaman istrinya. Kinan menatap mata Dude yang berada sangat dekat di depannya. Lalu mereka saling beradu pandang beberapa detik sebelum Dude mundur kembali.

"Kita sudah sampai," tambah Dude.

"Iya, Mas. Maaf tadi Kinan terpikir sesuatu," balas Kinan lalu dia keluar dari mobil.

Saat Dude berdiri di sampingnya, Kinan menggenggam tangan Dude lalu menatap mata suaminya. "Mas, tidak perlu mencari tahu tentang laki-laki itu. InsyaAllah Kinam sudah ikhlas dan memaafkan dia," katanya dengan senyum ringan membuat Dude terperangkap dan tidak berkedip menatap wajah itu.

"Oke, Mas?"

Dude mengerjap, dia lalu membalas senyuman Kinan. "Oke kalau itu yang kamu mau, Ki."

Mereka bergandengan tangan menuju ke gedung bioskop. Lalu mengantri seperti orang-orang kebanyakan. Dude mulai bingung saat berdiri di depan petugas tiket.

"Mau nonton film apa, Kak?"

"Hm, apa, ya. Kamu mau nonton apa, Ki?" tanya Dude melirik Kinan.

"Film apa, ya, Mas. Terserah Mas aja, deh."

"Loh, kok terserah saya. Nanti kalau saya pilih film horor kamu takut?" cengir Dude. Kinan baru kali ini melihat Dude bercanda.

Dia pun tertawa lalu mulai melihat deretan film yang dijadwalkan hari itu.

"Film ini saja, Mas. Tentang percintaan. Suka, nggak?" tanya Kinan kembali pada suaminya.

"Boleh, sekalian belajar biar lebih romantis," jawab Dude membuat penjaga tikeg ikut baper mendengarnya. Dia diam-diam menginginkan sosok pacar yang seperti Dude.

"Mas bisa aja. Kalau gitu yang ini saja, Mas." Kinan menjawab dengan pipi merona.

"Oke. Jadi film ini ya, Mbak. Dua di kursi yang ini saja," tunjuk Dude pada deretan kursi ke tiga paling pojok. "Kamu di sini, Ki, saya di sini," tambahnya sambil tersenyum lagi pada Kinan.

"Oke," jawab Kinan masih tersipu, benar-benar seperti kencan.

"Baik kalau gitu, Kak. Ini tiketnya ya. Silakan menunggu. Ngomong-ngomong kalian berdua sangat romantis, saya sampai baper lihatnya," komen penjaga tiket itu yang kira-kira usianya sama dengan Kinan.

Kinan terkekeh, begitu juga Dude. "Dia istri saya, loh, Mbak," terang Dude.

"O, ya ampun. Maaf saya kira kalian pacaran. Rupanya pacaran halal ya," sahut mbak penjaga tiket yang makin terkagum.

"Iya, mbak. Makasih banyak ya."

Kemudian Dude mengajak Kinan duduk menunggu pemutaran film.

"Kamu mau beli minum dan popcorn? Saya lupa pesan, Ki. Astaga, saya belum pernay nonton di Indonesia, Ki. Waktu itu terakhir nonton pas di Amrik," ujar Dude.

"Ah, iya, Mas. Biar Kinan yang pesan minum dan popcorn?"

"Tidak, biar saya aja. Kamu duduk di sini, ya."

Kinan mengangguk dengan senyum yang tidak memudar sejak tadi.

Seorang wanita mengenakan selendang untuk menutupi rambutnya terlihat mengintip apa yang sedang dilakukan Kinan dari kejauhan. Rupanya dia sengaja mengikuti Kinan dari rumah.

Wanitu itu langsung menghampiri Kinan setelah memastikan pria yang bersama Kinan tadi sedang mengantri membeli minum dan popcorn.

"Kinan," ucap wanita itu.

Kinan mendongak, dia awalnya tidak mengenal wanita itu, dia mengenakan kacamata hitam dan penutup kepala, tak lupa baju yang agak longgar, sangat terlihat asing baginya.

"Siapa, ya?" tanya Kinan.

"Ini gue, Ki. Gue Diana." Wanita itu melepaskan kacamatanya, membuat Kinan terkejut membulatkan mata dan mulutnya.

"Diana? Lo mau apa di sini? Lo ngikutin gue?" sahut Kinan lalu berdiri menjauhi Diana.

"Ki, gue mohon, sebentar aja dengerin gue, Ki. Demi Tuhan gue nggak pernah ada maksud untuk jahatin lo, mengkhianati lo. Please, dengerin gue kali ini aja," kata Diana memohon pada Kinan.

"Lo mau apa lagi, Di? Gue udah nggak mau

bahas apapun sama lo!" tegas Kinan.

"Gue cuma pengin kasih surat ini buat lo. Nggak perlu lo baca sekarang. Lo baca kalau udah di rumah. Gue tahu Ki, lo udaj bahagia, dan gue lega, lo bahagia dan patsi lebih bahagia sama Mas Dude dibandingkan sama Hamzah, Ki. Gue nggak akan ganggu kenahagiaan lo, tapi gue minta lo terima surat dari gue, ya, Ki. Gue nggak sanggup ngomong ngutarain langsung," tutur Diana dengan mata berkaca-kaca.

Kinan ragu-ragu mengambil amplop putih dari tangan Diana. Lalu Diana melihat Dude selesai membeli minuman, Diana pun segera pergi begitu saja meninggalkan Kinan yang sudah memegang surat pemberian darinya.

Kinan memasukkan amplop pemberian Diana ke dalam tasnya. Lalu Dude kembali membawa minuman dan popcorn yang dipesan. "Filmnya udah mulai, Ki. Ternyata cepat juga. Kita masuk sekarang?" ajak Dude.

"Baik, Mas. Sini biar Kinan bantu bawa popcorn nya, Mas," sahut Kinan tapi dibalas gelengan Dude. "Ini berat biar saya aja, Ki."

Sesederhana itu kebahagiaan bagi Kinan Adelia. Semoga saja kebahagiaan yang baru dimulai dalam hidupnya akan berlangsung selamanya. Itu yang Kinan harapkan.

..._____...

...Maaf aku cuman bisa up dikit ya. Hari ini aku sibuk banget banyak kerjaan dan deadline. Semoga kalian terhibur ya. Semoga bisa menjadi bacaan yang menyenangkan buat kalian. :) ...

1
Rahma Lia
Luar biasa
Andi Fitri
pembaca pada ikut dag dig dug..😁
Andi Fitri
karna karya author menarik maksx betah bacanya..🙂
Andi Fitri
dude kmu main nikah aja tpi ga menjelaskan pada kinan..apa mgkin hana adiknya dude?
Andi Fitri
ntah siapa yg benar Diana juga bersumpah atas nama Allah gtu juga dgn hamzah..
Andi Fitri
👍👍👍
Ida Rassya
Luar biasa
Afternoon Honey
ide ceritanya bagus ⭐👍
Riki Liusi
sukses selalu buat thor y..
Afrida Hasibuan
alur dan bahasa nya bagus
Ykhayza
good
Yayuk Ambon Rahayu Agustin
👍🏻🙏🏻
Sri Widjiastuti
tuh kan. klihatsn bodonya nii
Sri Widjiastuti
mikirlah kinan, seblm dude menikah si hana kan sdh sakit jiwa...
Sri Widjiastuti
untung ada dude... jd pengganti hamzahh... takdir ini bu...
Sri Widjiastuti
untung blm menikah... duhlahhh
Sri Widjiastuti
sukanya slh paham, berasumsi sendiri g jelas
Sri Widjiastuti
raihana ibu kandung nya raihan.... trus...??
Sri Widjiastuti
blm paham ni... ada akad trus kilas cerita nii
Hastono Wirjo
hati wanita sulit
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!