Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Mandi Bersama Para Dewi
Villa Puncak Naga. Pukul 01.00 Dini Hari.
Gerbang villa terbuka otomatis menyambut kedatangan tuannya. Lamborghini Ye Chen meluncur masuk ke garasi, diparkirkan tepat di sebelah mobil sedan merah milik Su Yan.
Tang Bing duduk di kursi penumpang, meremas ujung kemeja polisinya yang robek dan kotor. Wajah "Harimau Betina"-nya yang garang di kantor polisi tadi, kini berubah menjadi wajah kucing rumahan yang gugup.
"Ye Chen..." panggil Tang Bing dengan pelan.
"Hm?" Ye Chen mematikan mesin.
"Di dalam... ada siapa saja?"
Tang Bing tahu Ye Chen punya wanita lain. Dia sudah melihat Su Yan saat di pesta (meski dari kejauhan). Tapi membayangkan bertemu langsung sebagai "sesama wanita Ye Chen" membuatnya sedikit mulas. Gengsinya sebagai polisi masih ada sedikit.
"Tenang saja," Ye Chen tersenyum santai, mengelus rambut Tang Bing yang berantakan. "Cuma ada dua orang. Su Yan si Dosen Galak, dan Liu Mei si Tante Cantik. Mereka tidak akan menggigit kok. Paling cuma mencakar sedikit."
"I-itu tidak membantu!" Tang Bing cemberut, tapi pasrah saat Ye Chen menarik tangannya keluar mobil.
Ruang Tamu Utama.
Lampu kristal menyala remang-remang, menciptakan suasana romantis namun hangat.
Di sofa kulit Italia yang besar, Su Yan dan Liu Mei sedang duduk menunggu dengan cemas. Mereka melihat berita penyerangan kantor polisi di TV dan tahu Ye Chen sedang ada disana.
Saat pintu terbuka dan Ye Chen masuk...
"Ye Chen!"
Su Yan dan Liu Mei serentak berdiri dan berlari menghampirinya.
Liu Mei yang memilik naluri keibuan yang kuat, langsung memeriksa tubuh Ye Chen. "Tuan Muda! Anda tidak apa-apa? Apakah ada yang luka? Ya ampun, bajumu..."
Su Yan, meski cemas, matanya langsung tertuju pada wanita di belakang Ye Chen. Mata Su Yan menyipit di balik kacamatanya (yang dia pakai lagi saat di rumah). Insting "Istri Tertua"-nya menyala.
"Siapa dia?" tanya Su Yan tajam, menunjuk Tang Bing. "Polisi?"
Ye Chen merangkul pinggang Tang Bing, menariknya mendekat.
"Perkenalkan. Ini Tang Bing. Inspektur Polisi yang baru saja kuselamatkan dari sarang serigala. Mulai hari ini, dia adalah saudari baru kalian berdua."
Tang Bing menunduk kaku. "Ha-halo... Saya Tang Bing."
Hening sejenak. Suasana menjadi tegang.
Su Yan menatap Tang Bing dari atas ke bawah. Dia melihat seragam polisi yang robek, wajah lebam, dan... tatapan mata Tang Bing yang menatap Ye Chen dengan penuh ketergantungan. Su Yan menghela napas. Dia tahu tatapan itu. Itu tatapan wanita yang sudah jatuh sedalam-dalamnya karena cinta.
Perlahan, ekspresi galak Su Yan melunak.
"Kau terluka parah," komentar Su Yan.
"Cuma sedikit..." jawab Tang Bing.
"Sini," Su Yan mengulurkan tangannya. "Biar kubantu. Ye Chen ini orangnya agak kasar, dia pasti tidak memikirkan perasaanmu saat membawamu masuk begitu saja."
Liu Mei juga tersenyum ramah. "Mari Nona Tang, saya siapkan air hangat dan baju ganti. Kebetulan ukuran badan kita... sepertinya mirip." Liu Mei melirik dada Tang Bing yang besar, lalu tersenyum bangga karena punya saingan yang seimbang.
Tang Bing tertegun. Dia mengira akan dilabrak atau disindir. Ternyata... Dia malah diterima?
Ye Chen tertawa renyah. "Nah, melihat kalian semua akur kan jadi bagus. Karena kalian semua sudah berkumpul..."
Ye Chen menatap ketiga wanita cantiknya bergantian.
Su Yan: Dosen Intelektual yang Dingin (tapi panas di dalam).
Liu Mei: Istri Matang yang Keibuan dan Penurut.
Tang Bing: Polisi Liar yang Atletis.
"...bagaimana kalau kita mandi bersama sekarang?"
"HAH?!" Teriak ketiga wanita itu secara serentak.
"Jangan gila ya!" ucap Su Yan wajahnya merah padam.
"Tuan Muda... itu... terlalu..." Liu Mei menutupi wajahnya karena malu.
"Aku saja baru kenal mereka! Masa langsung mandi bareng?!" protes Tang Bing.
Ye Chen menyeringai. Aura dominannya keluar sedikit.
"Ini perintah Kepala Keluarga. Tubuh kalian semua kotor dan tegang... Tubuhku juga kotor. Kita butuh membersihkan tubuh secara efisien. Lagipula..."
Ye Chen mendekati mereka, berbisik dengan nada rendah yang membuat lutut mereka lemas.
"Aku besok pagi harus pergi berperang. Mungkin aku tidak akan pulang selama beberapa hari. Apa kalian tega membiarkan aku pergi tanpa... kenangan yang indah?"
Ketiga wanita itu saling pandang. Mereka tahu Ye Chen akan menghadapi bahaya besar. Rasa khawatir mengalahkan rasa malu mereka.
"Ba-baiklah... tapi jangan macam-macam ya!" ancam Su Yan lemah (padahal dia tahu itu mustahil).
Kamar Mandi Utama - Kolam Jacuzzi Raksasa.
Uap panas memenuhi ruangan yang dilapisi marmer putih itu. Wangi aromaterapi mawar dan lavender menenangkan saraf.
Byurrr...
Air hangat bergerak dengan pelan.
Pemandangan di dalam kolam itu adalah surga dunia bagi pria manapun.
Ye Chen duduk bersandar di sisi kolam, merentangkan kedua tangannya di pinggiran.
Di sisi kirinya, Liu Mei sedang memijat bahunya dengan telaten. Tubuh matangnya yang putih susu terlihat samar di balik air yang berbusa.
Di sisi kanannya, Su Yan duduk memeluk lengan Ye Chen, kepalanya bersandar di bahu Ye Chen. Dia terlihat malu-malu, berusaha menutupi bagian dadanya dengan busa, tapi sesekali kulit halusnya bergesekan dengan kulit Ye Chen.
Dan di depannya, duduk Tang Bing. Dia yang paling kaku. Wajahnya merah padam, tidak berani menatap siapa-siapa. Dia memeluk lututnya sendiri di dalam air.
"Bing'er, kemarilah," panggil Ye Chen.
"Nggak mau. Di situ sempit," tolak Tang Bing.
"Tang Bing," suara Ye Chen memberat.
Tang Bing merinding. Refleks tubuhnya yang sudah dilatih Ye Chen (saat insiden racun) langsung bereaksi.
Dengan enggan, Tang Bing bergeser mendekat, duduk di antara kedua kaki Ye Chen, membelakangi pria itu.
Ye Chen langsung memeluk pinggang ramping Tang Bing dari belakang, menempelkan dadanya ke punggung mulus sang polwan.
"Nah, begini kan jadi hangat," bisik Ye Chen, mencium bahu Tang Bing yang masih ada bekas luka goresan (yang sudah menutup berkat obat).
"Kalian bertiga..." Ye Chen bicara pelan, nadanya serius sekarang. "Dengar baik-baik."
Ketiga wanita itu diam dan mulai mendengarkan.
"Besok aku akan meratakan Sekte Tinju Besi. Mereka sudah berani mengusik ketenanganku, dan yang paling parah, mereka melukai wanitaku." Ye Chen mempererat pelukannya pada Tang Bing.
Tang Bing merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia merasa dilindungi.
"Selama aku pergi, kalian harus tetap di Villa ini. Di sini tempat yang paling aman. Ada formasi pelindung yang sudah dipasang Feng Jiu."
Tiba-tiba, dari atap kamar mandi, kepala Feng Jiu (si hantu) muncul secara terbalik, rambutnya menjuntai ke bawah.
"Halo Nyonya-nyonya... Jangan lupakan hamba ya..." sapa Feng Jiu sambil nyengir.
"KYAAA!" Su Yan dan Liu Mei kaget setengah mati, memeluk Ye Chen erat-erat.
Tang Bing yang sudah biasa (agak biasa) cuma mendengus. "Hantu genit itu lagi..."
Ye Chen tertawa. "Feng Jiu, jangan nakal seperti itu. Turun sini, pijat kakiku."
"Siap Tuan!"
Sekarang lengkap sudah. Satu pria, tiga wanita cantik, dan satu hantu pelayan.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.