Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Revan baru saja duduk dan akan melanjutkan bermain game di dalam ponselnya saat tiba - tiba ponselnya berdering tanda telepon masuk.
Ia melihat nama bunda tertera di layar.
"Hallo bun.."ucapnya saat menekan tombol hijau.
"Bunda dan mama Sinta sudah di perjalanan ke butik. Kamu sama Gisel jalan sekarang ya."
"Iya bun."
Setelah itu Revan mematikan sambungan lalu mengetik sesuatu di sana. Ia memasukkan ponselnya ke saku celana lalu bangkit.
Sebelum Revan melangkah Rendi terdengar nyaring.
"Eh Van, emang kemarin elo boncengan sama siapa sih?"
"Kepooo..."teriak Revan lalu pergi menjauh dari warung dan meninggalkan Rio dan Rendi yang masih termangu di tempatnya. Revan terus berjalan melewati koridor sekolah hingga kini ia sampai di parkiran motor. Sesampainya di parkiran ia segera melajukan motornya keluar gerbang sekolah.
Sedangkan di kantin, Gisella mengambil ponselnya yang layarnya berkedip - kedip menandakan ada pesan masuk. Ia segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja.
[Gue tunggu di halte, mama dan bunda sudah di perjalanan ke Butik ] Revan.
Gisella membaca pesan itu dalam hati, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu bangkit dari duduknya.
"Sorry ya guys gue pulang dulu mama udah jemput di depan."ujar Gisella kepada kedua sahabatnya. "Oke..hati - hati ya.."seru Kania dan Selly bersamaan.
Gisella berjalan sembari menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada seorang murid pun yang melihatnya berjalan ke arah Revan. Ia menghela napas lega saat ia sudah keluar dari gerbang sekolah. Gadis itu terus berjalan mendekati Revan yang tengah duduk di atas motor sport nya.
"Yuk Van langsung jalan aja gue nggak mau ada yang lihat gue boncengan sama elo." Serunya saat sudah berada di belakang calon suaminya.
"Pake helm dan jaket dulu."ujarnya seraya menyerahkan helm dan jaket pada Gisella.
Gisella mengerutkan kening "elo udah siapin ini semua?" Tanya nya seraya menerima helm dan jaket yang diberikan oleh Revan.
"Gue nggak mau ada orang yang lihat gue boncengan sama elo, bisa - bisa turun nanti pamor gue."serunya dingin dan datar.
"Ck..maksut elo apa? Gue jelek gitu sampai bisa turunin pamor elo. Emang elo siapa hah?"bentak Gisella marah dan emosi.
"Cepet elo pake atau elo emang sengaja lama - lama supaya ada yang lihat trus mereka tahu hubungan kita."ujar Revan sarkas.
"Dih..nggak usah geer deh lo..siapa juga yang mau sama cowok modelan kaya elo, elo bukan tipe gue banget." Timpal Gisella. Gisella naik ke motor sport milik Revan saat ia sudah mengenakan jaket dan helmnya. Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibukota yang panas siang ini.
Gisella memejamkan mata merasakan angin menerpa wajahnya. Revan melihat itu semua dari kaca spion. Ia tersenyum lirih seraya menggelengkan kepalanya pelan. Tak lama motor berhenti tepat di depan sebuah butik ternama di Jakarta. Butik RN adalah butik yang paling besar dan terkenal karena memiliki kualitas yang terbaik. Revan dan Gisella turun dari motor sport tersebut dan ia sudah melihat mobil bunda Diana sudah terparkir di sana."Hai sayang..akhirnya kalian datang juga,"sapa bunda Diana saat melihat calon pengantin itu memasuki butik. "Siang bun, maaf ya kita telat datengnya soalnya tadi kumpul dulu sama temen - temen."ucap Gisella seraya mencium punggung tangan calon mertuanya itu lalu disusul Revan di belakangnya. "Nggak papa kok sayang, kita juga belum lama." Sambung mama Sinta.
"Mamaa.."seru Gisella lalu memeluk mama Sinta manja." Mama Sinta membalas pelukkan itu hangat. "Udah ih masa udah mau nikah masih manja aja sama mama. Nggak malu sama bunda dan Revan."peringat mama Sinta.
"Ih..mama udah nggak mau di peluk lagi sama Gisel."ujar Gisella dengan wajah cemberutnya. Ketiga paruh baya itu tertawa kecil.
"Maaf ya Van Gisella memang masih suka manja kalau sama mama atau papa."
"Nggak papa kok ma, aku santai."jawab Revan seraya mencium punggung tangan calon mertuanya itu. Meski tak dapat dipungkiri ia gemas melihat wajah lucu Gisel yang cemberut seperti itu. "Siang tante Cindy apa kabar?"sapa Gisella sopan. Tak lupa ia juga mencium punggung tangan orang yang sudah lama ia kenal. "Kabar baik Gisel,wah calon pengantin auranya udah menyala ya. Kamu makin cantik aja sayang. Revan beruntung mendapatkan kamu dan kamu pun beruntung mendapatkan pemuda tampan dan mapan seperti Revan."
Gisella tersenyum kikuk mendengar ucapan tante Cindy. "Cuma Revan yang beruntung mendapatkan aku tan, kalau aku mah apes dapat dia."batin Gisella dalam hati.
"Ya sudah kalau gitu kita langsung ke ruangan sebelah aja ya. Aku punya koleksi yang terbaru dan terbaik. Kalian adalah orang pertama yang melihatnya dan aku yakin kalau kalian bakal suka." Cindy membawa sahabatnya masuk ke ruangan sebelah dimana tempat gaun - gaun terbarunya di simpan. Pintu terbuka lebar lalu semua mata terbelalak melihat koleksi gaun yang begitu indah,elegan dan mewah.
"Wow Cin, ini bagus - bagus sekali.sangat mewah dan elegan."seru bunda Diana dengan mata berbinar.
"Iyaaa...semua ini sungguh indah dan mewah."tambah mama Sinta tersenyum.
Mata Gisella terpaku pada sebuah gaun berwarna pastel dengan model kemben di atasnya sedangkan di bagian bawah terdapat ekor yang panjang dengan bagian tubuh yang menampilkan tubuh ramping dan seksi Gisel.
"Ma..bun.. aku mau yang ini aja."pintanya menunjuk gaun yang sejak tadi sudah mencuri perhatiannya. Bunda Diana dan mama Sinta mendekati Gisel dan menatap gaun yang di pilih olehnya. Mata bunda Diana dan mama Sinta tampak berbinar melihat gaun yang terlihat simple tapi sangat elegan tersebut.
"Ini bagus sekali sayang, pasti akan pas dan cocok sekali untuk kamu."sahut mama Sinta.
"Iya benar,sepertinya selera Gisel sama dengan selera kita ya Sin."bunda Diana menimpali.
Cindy tersenyum lega saat sahabat serta pelanggan setia nya itu menyukai koleksi gaunnya. "Ya sudah kalau gitu kita langsung coba aja ya. Supaya nanti kalau ada yang belum sesuai bisa aku perbaiki dulu."
Gisella pergi ke ruang ganti di temani oleh tante Cindy dan asistennya. Beberapa saat berlalu kini Gisella keluar dengan gaun indah melekat di tubuhnya. Ia takut jika bunda dan mama nya tidak menyukai gaun yang di pilihnya. "Diana..Sinta..bagaimana?"
Bunda Diana dan Mama Sinta menoleh dan matanya melebar sempurna melihat penampilan Gisella yang tampak begitu cantik.
"Wooow.. perfect..kamu sangat cantik sayang.."seru mama Sinta sumringah.
"Iya..bunda setuju kamu cantik sekali sayang. Bunda bangga banget punya menantu yang cantik seperti kamu."
Gisella tampak malu - malu dan salah tingkah.
"Makasih ma..bun.."
Sedangkan di sudut sofa, Revan tampak terpaku. Matanya terus menatap gadis yang dilihat setiap hari adalah gadis pecicilan kini telah menjelma menjadi gadis cantik dan terlihat dewasa dan seksi..tubuhnya di balut gaun yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping dan seksi. Matanya tak pernah bisa berpaling dari gadis cantik di depannya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
"Van..Revan kamu kenapa malah diam aja? Kamu dengar nggak bunda bilang apa?"
"Haaahh apa bun."tanya Revan gelagapan
"Bunda tanya gimana gaun yang di pilih Gisella bagus nggak?"
"Bagus bun dan..."
Ucapan Revan tergantung membuat yang lain terdiam sesaat. Menanti kelanjutan ucapan Revan. "Tapi apa sayang..kamu nggak suka? Atau mau yang lain aja?"
"Cantik.."