Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.
Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(16) - Persiapan
"Oh, em… aku…" Spirus menjadi gelagapan. Sebenarnya, kedatangannya ke wilayah kekuasaan Rosario adalah karena dia mendengar bahwa Putri Rosario cantik dan berbakat. Jadi, dia ingin mengetahui kebenarannya. Itulah sebabnya dia datang. Namun, dia tidak menyangka kalau akan sangat sulit bertemu dengan wanita cantik itu. Kemudian dia terpikir sebuah ide aneh: Mengaku kepada abang dari Marigold, Hugar Devijk von Rosario, bahwa dia adalah Iblis Imperial. Sedikit bodoh, tapi hal itu berhasil mempertemukannya dengan Putri Rosario—yang kecantikannya sesuai dengan desas-desus yang beredar. Dia tidak mungkin mengatakan cerita itu kepada Marigold. Wanita itu akan menganggapnya sebagai orang aneh. "Tidak ada! Aku hanya sangat bosan berada di takhta Imperial. Itu sebabnya aku berkunjung ke sini. Tapi, sepertinya kalian para manusia sangat menyukai pria tampan atau wanita cantik, sehingga langsung menangkapku begitu saja."
Marigold menatap Spirus dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Dia antara heran sekaligus geli mendengar perkataan pria itu. "Oh." Hanya itu yang bisa dikatakannya.
Spirus hanya tertawa canggung. "Kau sendiri, kenapa bisa masuk ke dalam sini? Dilihat dari penampilanmu, kau seharusnya anak Bangsawan. Berani sekali orang-orang menyekap seorang anak Bangsawan."
"Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini. Tapi, satu hal yang pasti, sepertinya aku kenal dengan para penyekap itu," kata Marigold.
🍀 💚 🍀 💚 🍀 💚 🍀 💚 🍀 💚
Nila dan Yurai menatap satu sama lain. Mereka berdua seperti sedang berbicara dari hati ke hati. Kemudian, Nila berkata, "Kami sepakat untuk mendukungmu apa pun keputusanmu. Aku menemukan keberanian dan kepercayaan diri dalam dirimu. Kamu sudah berubah, kamu sudah berkembang."
"Aku sudah menemukan jalan hidupku sendiri," Raya tersenyum dan menggenggam tangan Nila. "Aku sangat berterima kasih karena kalian mendukungku."
Frac tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan. Dia melirik ke arah Yurai, tapi tidak mengatakan apa-apa. "Bagaimana?" tanyanya, mengalihkan perhatiannya ke Raya. Dia juga menyadari kalau di tangan Raya ada busur yang menunjukkan identitasnya.
"Aku akan meminta kepada Ayahanda untuk mengizinkan kalian menikah di Kuil Stallion," sosor Nila. Dia menggandeng tangan Yurai dan menariknya pergi.
"Seperti yang kamu dengar," jawab Raya canggung, seperti orang yang tertangkap basah. Ya, sepertinya mereka sudah tertangkap basah karena sudah membohongi orang-orang soal Yurai. Namun, mereka melakukannya karena terpaksa. "Aku sudah mengatakannya kepada Nila dan…"
"Aku tidak begitu peduli dengan hal lain," kata Frac. "Kalian melakukannya dengan alasan yang jelas. Selain itu, bagus juga kau menunjukkan bahwa kau masih memiliki seorang kakek. Tapi, sepertinya kau harus 'membunuh' kakekmu sendiri, agar si Pangeran Kecil dapat menunjukkan dirinya kepada dunia."
"Benar," Raya menghela napas panjang. "Nila memiliki pemikiran untuk mengokohkan posisinya saat ini. Dan, dia ingin membantu Yurai untuk masuk ke dalam dunia perpolitikan. Dia telah menentukan arah fraksinya sendiri."
"Jika Tuan Putri memiliki dukungan dari Imperial dan Hutan Suci Priestess Elsie, dia akan menjadi bahan perebutan demi politik pribadi orang-orang," ucap Frac. "Kau yakin akan melibatkan mereka?"
"Jika aku tidak melibatkan mereka berdua, mereka akan marah kepadaku, menganggap aku sudah tidak lagi sayang kepada mereka," balas Raya. Dia menutup matanya dan busur di tangannya menghilang.
Frac menyeringai. "Aku paham. Aku ingin meminta sesuatu kepadamu."
"Ya? Apa yang ingin kamu minta?" tanya Raya.
Frac mencium singkat bibir Raya. "Sudah," jawabnya. Dia memperhatikan raut wajah si Gadis Elf yang tak bisa ditebak, kemudian dia melihat wajahnya yang memerah dan telinganya yang turun. "Terima kasih."
Raya langsung memalingkan wajahnya. Dia sangat kaget hingga tidak bisa berkata apa-apa. Dia menarik napas panjang.
"Apakah kau baik-baik saja?" Frac memegang kedua bahu Raya dan membalikkan tubuh Gadis Elf itu.
Raya memegangi kedua tangan Frac, memberanikan diri menatap ke dalam matanya. "Ya, aku baik-baik saja."
Saat matahari berada pada puncaknya, dua orang dari pasukan pengawal pribadi Nila mulai bergerak diam-diam. Utusan dikirim ke Kerajaan Kekaisaran Royal Bay dan Kuil Stallion, menggunakan plakat emas milik seorang Tuan Putri Agung Nilakandi Sri Wahyu Bay. Desas-desus tentang "kebangkitan pewaris Hutan Suci Priestess Elsie" serta "pernikahan pewaris takhta Imperial" mulai menyebar perlahan di lingkaran masyarakat.
Di sore harinya, saat mentari senja memancar lembut, menerobos dan menari-nari di antara debu-debu halus dari balik jendela, Jintan Terusi disibukkan dengan kegiatan mempersiapkan upacara pernikahan bagi calon penguasa Imperial dan pewaris tunggal Hutan Suci Priestess Elsie.
Nila dan Raya sibuk mempersiapkan gaun pengantin yang akan digunakan oleh Raya di hari pernikahan. Sementara itu, hal yang sama juga terjadi dengan Frac dan Yurai.
"Aku sudah membeli banyak kristal Elf," kata Nila. "Apakah kita harus membuat gaunnya menggunakan kristal Elf?"
"Eh? Kamu pasti sedang bercanda, kan? Kristal Elf harganya sangat mahal, apalagi jika dibuat saat bulan purnama dan menggunakan air mata Elf," gumam Raya. Dia merasa sangat tidak enak. Apalagi ketika Nila membeli kristal-kristal Elf hanya untuk gaun pengantin miliknya.
"Kita adalah teman. Kenapa kamu begitu tidak enakan? Aku tidak masalah menghabiskan uang untukmu. Kamu telah menyelamatkan nyawaku, mau kubalas seberapa besar pun, hal itu masih tidak sepadan." Nila mengambil salah satu kristal Elf berwarna kuning cerah dan mencoba mencocokkannya dengan gaun hitam milik Raya.
Penggunaan gaun hitam bukan tanpa alasan. Biasanya orang-orang cenderung memilih pakaian cerah untuk menikah. Namun, Frac mengusulkan sesuatu yang berbeda. Dia menyarankan untuk memakai adat dari Yeuselio, dimana saat Yeuselio dan Thagata menikah, mereka memakai setelan hitam untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka berani menghadapi orang-orang yang menantang mereka.
"Tetap saja!" protes Raya. "Aku benar-benar merasa tidak enak. Kamu terlalu baik."
"Kalau begitu, bantu aku mengokohkan posisi, jadi Yurai bisa bersaing dengan kakak kedua dan kakak ketiga," kata Nila.
Raya tersenyum senang. "Dengan senang hati, aku akan membantu!" serunya. "Aku akan membantu kalian mengokohkan posisi, kalian berdua sudah sangat membantuku selama beberapa tahun terakhir. Kamu juga sudah stabil di Ochre, tinggal membantu Yurai untuk naik takhta ke posisi Putra Mahkota. Walaupun jalan kalian tidak akan mudah, semoga kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan. Kalian adalah orang-orang baik."
"Sebenarnya, tidak sebaik yang kamu kira," ucap Nila. "Semua orang memiliki ambisi, begitu pula denganku. Aku juga memiliki ambisi besar, walau mungkin aku tidak menunjukkan," Dia meletakkan kristal Elf kuning dan mengambil yang berwarna bening. "Aku hanya tidak ingin menjadi terlalu 'bernafsu' di tanah perpolitikan. Setiap orang yang telah mencicipi kekuasaan, bisa kehilangan akal sehatnya sendiri."
"Dan, itu pula yang terjadi kepada pamannya Fracture, Bangsawan Rosario."