NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Rahasia Pangeran Jonathan

...****************...

Setelah Hars pergi, Raja Sakha duduk diam, tangannya menggenggam sandaran kursi batu. Matanya menyipit, seolah memikirkan langkah selanjutnya dalam permainan ini.

Kemudian dengan suara pelan, penuh perintah yang tak bisa ditolak, ia berkata, "Panggil... Rush."

Tak lama, pintu batu terbuka, dan Pangeran Rush melangkah masuk. Wajahnya serius, sorot matanya tajam, tapi ada sedikit keraguan yang terpendam dalam tatapannya.

Rush dikenal sebagai pangeran yang bijaksana dan sering menjadi penengah di antara saudara-saudaranya. Tapi kini, berada di hadapan Raja Sakha, ia hanya seorang anak yang dipanggil untuk mendengar titah yang tak bisa ditolak.

Raja Sakha menatapnya lama, lalu berbicara dengan suara berat, "Rush... aku tahu kau adalah anak yang paling berpikiran lurus di antara saudara-saudaramu. Kau selalu berusaha menjaga perdamaian. Tapi sekarang, aku membutuhkanmu untuk berpihak padaku."

Rush menatap ayahnya, ragu. "Berpihak... untuk apa, Ayahanda?"

Raja Sakha tersenyum sinis, matanya seperti bara api yang membakar. "Mark menyembunyikan sesuatu. Kau tahu itu, bukan? Aku tahu dia menyimpan Arunika dan anak-anaknya. Aku ingin kau mendekati Mark, berpura-pura sebagai sekutunya, dan perlahan, buat dia percaya padamu. Lalu... saat waktunya tiba, aku ingin kau membuat Mark mengaku. Dimana Arunika... dan anak-anak mereka berada."

Rush mengernyit, seperti ada beban berat di dadanya. "Ayahanda... apakah tidak ada cara lain selain pengkhianatan...?"

Nada Raja Sakha tiba-tiba meninggi, matanya merah menyala. "Ini bukan pengkhianatan, Rush! Ini... adalah tugas untuk mempertahankan kerajaan kita! Kau pikir kerajaan ini akan bertahan tanpa kekuatan Arunika? Tanpa darah manisnya? Kalau kau tidak mau, aku akan menganggapmu... musuh."

Rush terdiam, rahangnya mengeras, dan ada kilatan luka di matanya. Dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan, ia berkata, "Baiklah, Ayahanda... aku akan lakukan."

Raja Sakha tersenyum tipis, penuh kepuasan.

"Bagus, Rush... kau memang anak yang cerdas."

Dan dalam hati Rush, badai rasa bersalah mulai berkecamuk. Berpura-pura mengkhianati Mark? Berpura-pura menjadi pengkhianat?

Atau... benarkah ini jalan satu-satunya?

Saat Rush keluar dari ruangan itu, bayangan wajah Mark terlintas di pikirannya—kakak yang selalu mengayomi dan melindungi mereka semua. Dan di dalam hati kecilnya, Rush tahu... keputusan ini akan mengubah segalanya.

****************

Setelah Pangeran Rush keluar dari ruangan itu, hawa di dalam ruang rahasia terasa semakin dingin dan mencekam. Raja Sakha duduk dengan tenang, namun sorot matanya menunjukkan permainan licik yang sedang ia jalankan.

Kemudian, dengan suara berat, ia memanggil,

"Sekarang... panggil Crish."

Pintu batu terbuka, dan Pangeran Crish melangkah masuk dengan langkah tenang.

Dikenal sebagai pangeran yang penuh wibawa, Crish adalah pemimpin yang tegas, selalu mendukung Mark dalam berbagai keputusan, dan sangat dihormati oleh saudara-saudaranya. Namun, di balik tatapannya yang kokoh, kini ada secercah rasa gelisah.

Crish berdiri tegap di hadapan Raja Sakha, memberi hormat. "Ayahanda memanggil saya?"

Raja Sakha menatapnya lama, sebelum berkata dengan nada tenang dan menusuk, "Crish... kau tahu, aku selalu bangga denganmu. Kau pangeran yang bijaksana, yang selalu setia pada kakakmu, Mark. Tapi kini... saatnya kau tunjukkan kesetiaanmu padaku."

Crish mengernyit, matanya menajam.

"Apa maksud Ayahanda?"

Raja Sakha berdiri, mendekat, suaranya semakin rendah, seperti bisikan maut.

"Mark... menyembunyikan Arunika dan anak-anaknya. Kau harus menggali rahasianya. Kau harus mendekati Mark, tunjukkan bahwa kau ada di pihaknya... tapi diam-diam, buat dia berbicara."

Crish terdiam.

"Mengkhianati kakak sendiri? Itu bukan ajaran kita, Ayahanda."

Raja Sakha tersenyum tipis, suaranya kini keras dan tajam. "Ini bukan soal pengkhianatan, Crish. Ini... permainan kekuasaan. Kau tidak ingin menjadi pecundang dalam sejarah kerajaan ini, bukan? Kalau kau menolak... aku anggap kau sama seperti Mark. Dan kau tahu apa nasib pengkhianat di kerajaan ini, bukan?"

Crish menggertakkan gigi, matanya penuh luka. Namun, ia menundukkan kepala, suaranya pelan dan berat, "Saya... mengerti, Ayahanda."

Raja Sakha menepuk bahunya dengan senyum penuh manipulasi. "Bagus... kau memang anak yang bijaksana. Jangan kecewakan aku, Crish."

Saat Crish berjalan keluar dari ruangan itu, langkahnya terasa berat. Di dalam dadanya, ada pertempuran yang berkecamuk—antara kesetiaan pada kakaknya... dan rasa takut pada Raja Sakha, sang ayah yang licik.

Ia menggenggam erat tangannya, dan dalam hati, ia berjanji, "Aku harus mencari jalan... agar semua ini tidak berakhir dengan kehancuran."

...****************...

Setelah memanggil satu per satu para pangeran—Joshua, Jessen, Hars, Rush, dan Crish—Raja Sakha tampak puas dengan rencananya.

Namun, satu nama tersisa.

Dengan nada rendah, penuh tekanan, ia berkata pada para pengawal, "Panggil Jonathan. Pangeran bungsu... aku ingin bicara dengannya."

Seorang pengawal menunduk dalam. "Ampun, Paduka. Pangeran Jonathan... tidak ada di istana. Tidak ada yang tahu di mana dia berada."

Sejenak, ruang rahasia itu dipenuhi keheningan yang mencekam. Tatapan Raja Sakha langsung berubah, matanya menyipit, penuh kecurigaan yang membara.

"Apa maksudmu... tidak ada yang tahu?"

Nada suaranya dingin dan tajam, seperti ujung pedang.

Pengawal itu gemetar, menundukkan kepala dalam-dalam. "Kami sudah mencari di seluruh istana, Paduka. Bahkan di taman, ruang latihan, dan perpustakaan... Pangeran Jonathan... menghilang tanpa jejak."

Raja Sakha mengepalkan tinjunya, wajahnya menghitam. "Berani sekali anak itu...!" gumamnya, penuh amarah terpendam.

Matanya berkedip tajam, seakan melihat semua potongan catur di atas papan.

"Jonathan... kau pikir bisa lari dariku? Kau pikir aku tidak mencium aroma pengkhianatanmu?"

Ia berbalik menghadap dinding penuh simbol kuno, menghela napas panjang.

Dalam hatinya, kecurigaan mulai tumbuh.

"Jonathan... bungsu yang dulu selalu lemah dan manja... kemana kau pergi sekarang? Apa yang kau sembunyikan dariku?"

Seketika, Raja Sakha memerintahkan, "Sebarkan pengawal. Cari dia di seluruh penjuru istana, bahkan di luar tembok kerajaan sekalipun. Kalau ada yang melihat Jonathan, segera bawa dia padaku... hidup-hidup."

Para pengawal langsung menyebar, suasana istana menjadi tegang.

Raja Sakha berdiri di tengah ruangan, sorot matanya penuh kecurigaan. Ia bergumam pelan, seperti berbicara pada bayangan, "Jonathan... apa kau juga melindungi Arunika?

Raja Sakha berdiri dengan sorot mata tajam. "Aku akan mengawasi kalian semua... termasuk kau, Pangeran Mark." Nada suaranya menggetarkan ruangan.

"Walaupun kau bukan darah dagingku... kau adalah keturunan terakhir Dewa Langit Malam... kekuatanmu... akan menjadi milikku." nadanya licik dan punya ambisi yang kuat untuk tujuan kehancuran.

Dengan kibasan jubah hitamnya, udara di ruangan itu bergetar hebat. Dari balik bayang-bayang, lima sosok bayangan gelap muncul satu per satu. Mereka memiliki wujud samar, menyerupai Raja Sakha, dengan sorot mata merah menyala seperti bara api, dan aura gelap yang mengancam.

"Kalian semua adalah pion di caturku... dan bayangan ini... akan mengawasi setiap langkah kalian." Suara Raja Sakha bergema, berat, penuh ancaman.

Bayangan-bayangan itu tersebar ke masing-masing pangeran kecuali Mark, seakan menyatu dengan tubuh mereka, lalu menghilang masuk ke dalam bayangan kaki mereka.

Aura dingin merayap naik, membuat tubuh para pangeran menggigil tanpa alasan. Matanya memerah, giginya mengeluarkan taring dan senyuman liciknya. Seakan bukan mereka lagi, tetapi ada kegelapan di jiwa mereka.

Raja Sakha tersenyum tipis, penuh kemenangan. Ia berbalik, jubah hitamnya berderai di udara.

"Ingat ini baik-baik... siapa yang melawanku... akan dihancurkan... bahkan oleh saudara mereka sendiri." samar suara berat dan penuh ancaman itu terdengar di penjuru istana tempat masing-masing pangeran vampir itu berada.

Raja Sakha melangkah keluar dari ruang rahasia itu, seakan rencana pertamanya sudah selesai.

...****************...

Suasana terasa tenang namun penuh kekuatan magis yang mengalir. Di sebuah ruangan yang dipenuhi cahaya lembut dari kristal-kristal bercahaya, seorang pria bertopeng muncul dengan langkah yang tenang. Di sekitarnya, terdengar suara riang anak-anak yang berlatih dengan penuh semangat.

"Paman, kau kemana saja? Lihatlah aku sudah pandai memanah!" seru Luciano, sambil mengangkat busur kecilnya dengan penuh kebanggaan, matanya berkilat penuh semangat.

"Paman, aku juga sudah bisa memakai pedang!" kata Elianos, mengangkat pedangnya yang masih terlalu besar untuk tubuh kecilnya, namun senyumnya mengembang lebar, bangga akan kemampuannya.

Pria bertopeng itu menatap mereka dengan sorot mata lembut yang tak terlihat oleh siapapun, hanya terpancar melalui gerak tubuh dan tatapan matanya yang tajam di balik topeng.

Dengan suara rendah namun hangat, ia berkata, "Kalian sudah tumbuh hebat... Jangan berhenti belajar. Dunia ini masih belum aman untuk kalian."

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Arunika tengah duduk bersila dengan mata terpejam, tangannya bergerak perlahan seakan menari di udara, sementara di depannya melayang bola-bola cahaya kecil yang mengikuti gerakannya.

Di sampingnya berdiri seorang wanita berkerudung panjang, penyihir muda yang telah lama melindungi garis keturunan Arunika.

Wanita penyihir itu berbicara lembut, "Fokuskan hatimu, Putri. Kekuatanmu adalah cahaya yang lahir dari darahmu. Jaga hatimu tetap bersih, agar cahaya itu tidak ternodai oleh kegelapan."

Arunika membuka matanya perlahan, napasnya teratur, dan senyumnya lembut. Pria bertopeng itu menatap Arunika lama, seolah ada sesuatu yang dalam terukir di hatinya.

Mereka adalah satu—dalam tempat rahasia yang hanya mereka ketahui, di mana generasi terakhir dari garis darah Dewa Langit Malam dan Arunika, sang darah manis terakhir, disembunyikan. Di sinilah harapan terakhir untuk mengalahkan kegelapan masih menyala, menunggu saat yang tepat untuk bangkit.

"Dimana saudaramu lagi?" tanya pria bertopeng itu pada kedua anak laki-laki itu, suaranya dalam dan tenang, namun membawa wibawa yang tak terbantahkan.

Luciano langsung menjawab dengan semangat, "Reonans sedang berlatih memanjat pohon, Paman!" katanya sambil menunjuk ke arah luar, matanya berbinar.

Elianos mengangguk cepat, menambahkan dengan nada bangga, "Lucius dan Marcus tidak ikut berlatih pedang, Paman, mereka punya sihir seperti Ibu!"

Pria bertopeng itu menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit seolah memikirkan sesuatu yang penting. Bibirnya yang tertutup oleh topeng tampak bergerak perlahan seakan berbicara pada dirinya sendiri.

"Sihir... seperti Ibu ya?" bisiknya pelan, hampir seperti gumaman.

Luciano dan Elianos saling berpandangan, mencoba memahami apa yang Paman mereka pikirkan, namun pria bertopeng itu tetap diam dalam pengamatan.

Kemudian, dengan suara lembut namun tegas, pria bertopeng itu berkata, "Baiklah... pastikan mereka tetap aman, jangan biarkan mereka keluar dari batas wilayah ini. Dunia di luar sini belum aman untuk darah kalian."

Luciano dan Elianos mengangguk dengan serius, memahami betapa pentingnya kata-kata itu.

...****************...

"Raja Sakha memulai rencananya, cepat atau lambat kemungkinan besar akan tercium olehnya." jelas Pria bertopeng itu, "satu lagi semua pangeran telah terhasut oleh Raja Sakha.."

"Tidak! Bagaimana dengan Mark?" Arunika merasakan hatinya bergetar hebat rasa bimbang dan khawatir dengan keadaannya mereka sangat jauh sekarang tidak saling melindungi.

Pria bertopeng itu memandang Arunika dengan tatapan yang sulit terbaca. Di balik topengnya, ada sorot mata yang dalam, seolah menyimpan luka dan rahasia. "Mark... juga dalam bahaya," ujarnya pelan, suaranya berat seperti mengandung beban yang tak terucapkan.

Arunika terdiam. Dadanya terasa sesak, seolah dunia di sekitarnya runtuh. Ia menatap kelima anaknya yang tengah tertawa, tak tahu apa-apa tentang ancaman yang mendekat.

"Apa yang harus kulakukan...?" bisik Arunika, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya memanas, air matanya mulai menggenang.

Wanita penyihir, Jinny mendekat dan menatap Arunika dengan penuh simpati. "Putri, ingat... kekuatanmu bukan hanya untuk dirimu sendiri. Kau adalah harapan mereka. Anak-anakmu... dan juga Mark."

Arunika menggenggam liontin Mark yang tergantung di lehernya, merasakan getaran hangat seolah Mark memanggilnya dari kejauhan. "Tidak... aku tidak bisa diam. Aku harus menyelamatkan mereka, aku harus mencari cara untuk memecahkan sihir Raja Sakha dan membebaskan kakak dan Mark."

Pria bertopeng itu menatap Arunika dalam-dalam. "Jika kau ingin keluar, kau harus siap dengan segala risikonya. Raja Sakha tidak akan tinggal diam, dan para pangeran... termasuk Mark, mereka semua berada di bawah pengaruhnya."

Arunika menghapus air matanya dengan punggung tangan, kemudian berdiri dengan tegas. "Kalau begitu... aku akan melawan takdir ini, aku akan mengubahnya. Aku tidak akan membiarkan Raja Sakha menghancurkan keluarga kami."

Jinny tersenyum samar, dan pria bertopeng itu hanya mengangguk, seolah berkata, "Akhirnya kau siap."

Sementara itu, di tempat lain... Bayangan Raja Sakha melayang di aula besar, menatap peta kerajaan Sandyakala dengan dingin. "Cepat atau lambat, kau akan kembali padaku... Arunika."

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!