"Oke. Dua Cinnamon Pumpkin Chai latte," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue perhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh!"
"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya ... gila, ketus banget.
Gue sempat bengong.
"Bukan gitu. Lo, kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian aja," jelas gue santai.
"Gue enggak mau minuman gratis. Skip aja!!"
Ya ampun, ribet banget hidup ini cowok?
"Ya udah, bebas," balas gue sambil mengangkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarkan, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, enggak?"
"Gue bayar dua-duanya!"
Oke, keras kepala.
"Seratus sebelas ribu," sahut gue sambil sodorkan tangan.
Dia malah lempar duit ke meja. Mungkin jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.
Masalah dia apa, sih?
────୨ৎ────
Dear, Batari Season IV
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chumpa si Beefcake
...Nauru...
...────୨ৎ────જ⁀➴...
"Lo kelihatan capek banget," kata Hazerrie sambil melempar gue sepotong roti lapis, terus kasih juga ke Mohan dan Kai.
"Makasih, Pak," ketus gue, sarkas.
Ya jelas, lah, gue capek. Sudah dua minggu terakhir ini hidup gue cuma berputar di latihan dan ini pun masih panjang banget perjalanannya.
Mohan langsung rebahan di sofa sambil tertawa. "Enggak ada yang bisa bikin Nauru jadi nyebelin selain latihan."
"Dia lebih sering muntah daripada makan. Pantes aja badannya rontok," tambah Kai, santai banget kayak dokter, sok tahu. "Lo terlalu maksa, Bro."
"Serius? Ya iya lah. Memang gitu rasanya kalau lagi latihan buat tanding."
"Mungkin lo terlalu ngebut dari awal. Percuma juga kalau lo tipes duluan gara-gara kurang nutrisi."
"Apa, sih yang lo omongin? Ini pertarungan terbesar dalam hidup gue. Enggak ada pilihan buat mundur. Badan gue pasti bakal nyesuaiin sendiri."
Gue bersandar di sofa sambil mengunyah pelan-pelan.
Gue lihat mereka saling melempar pandang, tapi jujur, tenaga gue sudah habis buat memikirkan itu. Gue masih harus latihan sama Joulle satu setengah jam lagi, jadi sekarang harus recharge tenaga dulu.
Tiba-tiba pintu terbuka. Eros masuk, dan Chumpa berlari di depan dia beberapa langkah.
"Yooooooiii brooo, Chumpa. Sini!" seru Hazerrie sambil angkat tangan. Si Chumpa langsung lompat dan kasih tos keras.
Bocah kecil satu itu memang jagoan, padahal belum juga enam tahun. "Namaku sekarang bukan Chumpa lagi, ommm, yeyy," katanya sambil memandangi satu-satu ke kita semua, terus matanya menyangkut ke gue. "Kenapa Om Ru kelihatan gitu banget sih, mukanya?"
Ya ampun.
Sekarang bahkan si Chumpa pun ikutan menyindir?
"Om Nauru tuh keras kepala dan lagi nyiksa diri sendiri, tapi enggak mau dengarin siapa pun. Kayaknya dia lebih milih sengsara," jawab Mohan sambil tetap makan. "Ayo, kasih tahu dong Chumpa, sekarang maunya dipanggil apa."
Eros langsung mengeluh dan geleng-geleng.
Sudah berbulan-bulan anak ini bilang nama dia bukan Chumpa. Dia sudah kasih seribu macam nama-nama baru, tapi setiap kali dipanggil pakai nama baru itu, ujung-ujungnya dia bilang, "Bukan itu juga."
Tapi kali ini, dia terlihat puas banget. Dan gue siap buat dengar. Apalagi Eros sampai stres gara-gara ini, itu justru bikin segalanya makin lucu buat gue.
"Ayo, kita dengarin," ledek gue, menyemangati.
Si bocah pakai kaus putih, celana jeans gelap, sama jaket kulit hitam. Gayanya sombong. Dia menyilangkan tangan di dada dan senyum santai.
"Mulai sekarang, om semua boleh panggil akuuuh ... Beefcake."
Mohan langsung menyemburkan minumannya ke meja saking enggak tahan sama tawanya. Kai senyum lebar, padahal biasanya ekspresi dia datar banget. Hazerrie memperhatikan Chumpa sama Papanya sambil nyengir usil.
"Fix, sih. Beefcake cocok banget," kata Hazerrie, angkat tangan lagi dan kasih tos sama si Chumpa.
"Kalian semua enggak guna banget," keluh Eros, sambil ambil dua sandwich terakhir di meja dan suruh anaknya duduk di bangku kecil yang memang sudah jadi jatahnya di kantor gue.
"Beefcake keren, Bro. Om suka," kata Mohan.
"Gimana menurut Om, Ru? Beefcake tuh kayak nama petarung, kan?"
Gue usap pelan rambutnya yang disisir klimis banget sampai gue takut patah kalau ditekan dikit saja. "Om suka. Namanya keren. Dan Beefcake, jelas petarung terbaik yang Om kenal."
Gue memang suka melatih dia dikit-dikit. Dia senang mukuli samsak, suka banget naik ring dan pura-pura sparing.
Gue enggak pernah terpikirkan buat punya anak, apalagi keluarga sendiri. Tapi Chumpa, atau sekarang Beefcake, adalah tipe anak yang bisa bikin gue berpikir ulang tentang hidup gue. Gue bakal melakukan apa saja buat dia.
"Tuh, kan, Pops? Mereka semua suka nama aku."
Gue naikkan alis waktu dengar dia manggil Eros 'Pops', dan semua orang langsung menahan tawa.
"Yap ... Sekarang gue jadi Pops. Kayaknya ‘Papa’ udah enggak keren lagi," kata Eros sambil geleng-geleng dan gigit sandwich-nya.
"Pops tuh lebih macho. Benar, enggak, Beefcake?" kata Mohan, dan Eros langsung kasih jari tengah saat Chumpa melihat ke arah pintu yang baru saja terbuka.
"Hey, Nauru. Ada yang nyariin lo. Gue enggak tega nyuruh dia pergi soalnya dia bawa sesuatu buat lo," kata Pingko dari luar.
Gue langsung duduk tegak dan taruh sandwich ke meja saat Ailsa Batari masuk bawa kantong belanja. Bahu gue langsung tegang.
Dia datang ke sini, itu berarti dia bakal berurusan sama orang-orang berbahaya, dan gue benar-benar enggak mengerti kenapa dia malah nekat ke sini.
sampe Nauru akhirnya mau minuman gratis di cafe Ailsa 🤭
walau di cerita awal, Caspian itu adiknya tapi disini jd kakaknya, gpplah. mohon lanjutannya Thor 🙏🙏🙏🙏