Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 17
Setelah kepergian Rani dan Yuda, datanglah seorang tamu lain yang ingin memberikan ucapan selamat. Dari kejauhan, Nasya melihat sosok itu berjalan semakin mendekat. Jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetar hebat. Tanpa sadar, ia mengalungkan kedua tangannya di lengan Zayn dengan sangat erat hingga membuat Zayn, yang sedang fokus menatap layar ponselnya, menoleh memandang Nasya dengan heran.
"Selamat untuk kalian berdua."
DEG!
Zayn menoleh ke arah suara itu. Seketika, ekspresinya berubah terkejut ketika melihat seorang wanita berdiri di hadapannya. Wanita itu mengenakan dress hitam tanpa lengan, memperlihatkan bahu dan dada yang mulus.
"Angel…?" batin Zayn terperanjat. Ia segera berdiri, diikuti oleh Nasya.
Angel, yang tampak puas melihat keterkejutan mereka, hanya tersenyum manis seakan tak ada apa-apa yang terjadi. Ia mengulurkan tangannya pada Zayn, tetapi Zayn sama sekali tak menyambutnya.
"Aku tidak mengundangmu. Untuk apa kau datang kemari?" Suara Zayn terdengar datar, tetapi penuh tekanan.
Angel tersenyum licik mendengar pertanyaan itu. "Justru karena kau tidak mengundangku, maka aku datang. Supaya kau tak pernah bisa melupakan aku, Zayn."
Melihat gelagat tak baik di panggung pengantin, Ibu Zubaidah segera menghampiri. Ia khawatir masalah besar akan terjadi dan mencoreng acara pernikahan putranya.
"Angel?" ucap Ibu Zubaidah terkejut, lalu menatap Zayn dan Nasya bergantian. "Kau yang mengundangnya, Zayn?"
Zayn menggeleng cepat. "Tidak, Mah. Zayn tidak mengundangnya."
Mendengar jawaban itu, Ibu Zubaidah beralih menatap Angel penuh kebencian. "Kami tidak mengundangmu. Lebih baik kau pergi sekarang, atau aku akan memanggil security untuk mengusirmu!"
Namun Angel hanya tersenyum sinis. Pandangannya kemudian beralih menatap Zayn, lalu menyisir Nasya dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan merendahkan.
"Jadi, ini istrimu yang menggantikan posisiku?" katanya dengan nada mengejek. "Ternyata seleramu… terlalu rendah, ya, Zayn?"
Angel maju mendekat, berbisik di telinga Zayn. Nasya, yang melihatnya, hanya bisa menunduk, tak kuasa menatap jarak dekat suaminya dengan wanita itu.
"Kali ini kau menang, Zayn," bisik Angel pelan namun penuh ancaman. "Tapi tunggu saja… aku tak akan membiarkan istrimu tidur dengan nyenyak!"
Setelah mengucapkan itu, Angel menatap Nasya dengan senyum sinis, lalu melambaikan tangan sebelum akhirnya pergi. Suasana di panggung pengantin seketika tegang. Zayn, Nasya, dan Ibu Zubaidah tak pernah menyangka Angel akan berani datang di hari pernikahan mereka.
---
Acara resepsi pernikahan telah selesai. Nasya dan Zayn kini terlihat lelah setelah seharian menerima tamu undangan. Keduanya berjalan menuju kamar yang telah disediakan khusus di hotel mewah tersebut.
Sepanjang melangkah, pikiran Nasya sedikit kacau. Ia memikirkan kehidupannya nanti bersama pria yang tidak mencintainya. Kini, ia hanya pasrah dengan apa pun yang akan terjadi. Yang pasti, saat ini ia sudah resmi menjadi istri sah dari pria tampan dan gagah bernama Aditya Zayn Alfarizi.
Tak lama, mereka berhenti di depan pintu kamar hotel. Ibu Zubaidah yang ikut mengantar mereka masih berdiri di sana.
“Selamat istirahat, ya, menantu Mama,” ucap Ibu Zubaidah pada Nasya ketika mereka berhenti di depan pintu kamar pengantin.
“Terima kasih…” sahut Nasya sambil tersenyum anggun.
“Jangan sungkan memanggil Tante dengan sebutan Mama. Sekarang, kan, kamu sudah menjadi anak Tante,” ucap Ibu Zubaidah lembut sambil mengusap kedua pipi Nasya.
Zayn hanya melihat interaksi kedua wanita itu dengan tatapan termangu. Ternyata, memiliki menantu yang disukainya membuat sang Mama sebahagia ini.
Ibu Zubaidah yang melihat Zayn masih saja dingin dan kaku akhirnya menepuk bahu putranya. “Zayn… dampingi istrimu, Nak! Jangan diam saja!”
“Lah, kan Mama sudah mendampinginya sejak tadi?” sahut Zayn malas, meski tetap berdiri di samping Nasya.
“Kau ini selalu saja begitu. Ya sudah, kalian istirahat, ya? Mama balik ke kamar Mama dulu. Selamat malam, Nasya…” pamit Ibu Zubaidah pada menantu kesayangannya.
Sedangkan Zayn masih dengan ekspresi yang sama—dingin dan datar.
Setelah kepergian Ibu Zubaidah, Zayn membuka pintu kamarnya. Saat masuk, betapa terkejutnya ia melihat nuansa kamar yang sudah dihiasi dengan mawar merah berbentuk hati dan sepasang hiasan merpati.
Nasya hanya tersenyum melihat dekorasi yang cantik itu.
Begitu pintu tertutup dan terkunci, Zayn berjalan meninggalkan Nasya yang masih berdiri mematung. Nasya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ini kali pertama ia berada dalam satu kamar bersama seorang pria.
Zayn yang sudah duduk di sofa sudut lalu menepuk sofa di sampingnya.
“Duduklah.”
Nasya berjalan pelan, kemudian duduk di samping Zayn. Ia terus menunduk karena, jujur saja, kali ini ia sangat tegang.
“Kau istirahatlah malam ini. Jika ingin mandi atau berganti pakaian, lakukan saja sesukamu. Aku masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Aku akan berada di balkon. Selesai mandi, kau langsung saja tidur di kasur.”
Tanpa menunggu jawaban Nasya, Zayn berdiri dan melangkah menuju balkon kamar itu.
Nasya melihat sikap Zayn yang tetap dingin, hatinya sedikit teriris. Namun, ia tetap berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Ternyata sesakit ini menikah dengan seseorang yang tidak mencintaiku. Ya Allah… Engkaulah yang Maha Membolak-balikkan hati. Bukakanlah pintu hati Kak Zayn untukku.”
...****************...