'Apa dia bilang? Dia ingin aku jadi Sugar Baby?.' Gumam Sheilla Allenna Arexa
"Maaf?!." Sheilla mengernyitkan dahinya, bingung sekaligus tak mengerti. "Mengapa aku harus menjadi Sugar Baby mu?." Tanyanya dengan nada bicaranya yang sedikit keras.
Sean memijat rahang tegasnya sembari tetap menatap ke arah Sheilla dengan seringain kecil di bibir pria itu.
"Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean pada Sheilla. "Apa kamu tidak tau apa kegunaan Sugar Baby dalam konteks ini? Sudah ku jelaskan dan bukankah kamu sudah dewasa?."
Kemarahan melonjak dalam diri Sheilla dan wajahnya memerah karena begitu marah.
"Sudah ku bilang, AKU BUKAN P--"
**
Sheilla Allenna Arexa adalah gadis biasa yang mendapati jika dirinya tiba-tiba terjerat dengan seorang bos mafia yang kejam karena hutang dari sepupunya sebesar 5 juta Dollar. Untuk menyelamatkan keluarganya dan juga membalas budi mereka karena telah merawatnya, Sheilla terpaksa menyetujui kontrak menjadi budak dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Keesokan harinya, Sean dan Sheilla mengendarai Rolls-Royce-nya ke mal sehingga mereka bisa berbelanja.
Sepanjang perjalanan, Sheilla terus melihat ke luar jendela, menghindari tatapan tajam Sean. Ia tak kuasa menahan diri untuk tidak memutar ulang kejadian tadi malam dalam benaknya berulang-ulang. Bibirnya telah dilahap habis-habisan sehingga ia masih bisa merasakan perih di sana.
Sean benar-benar jago berciuman. Bukan karena dia punya referensi, tetapi dari cara pria itu mendominasinya, membuat Sheilla kewalahan dengan kehebatan pria itu.
Sheilla menutup matanya, gambaran saat Sean menciumnya dengan ganas dan dalam setiap detiknya terlintas di balik kelopak matanya.
Begitu dahsyat. Begitu intens... Ia merasakan aliran listrik mengalir melalui dirinya. Astaga! Sulit untuk dijelaskan.
Tetapi Sheilla tidak dapat mengakui bahwa dirinya menyukai pria itu.
Saat mereka tidur, butuh waktu lama bagi Sheilla untuk akhirnya bisa tertidur pulas. Ia terus berguling-guling di atas tempat tidur sembari berpikir bahwa Sean pasti ingin mencium bibirnya lebih lama lagi.
.
Pikiran-pikiran itu membuat Sheilla gelisah, tetapi dia akhirnya tertidur tanpa menyadarinya.
Lagipula, Sheilla belum siap untuk mengambil langkah seperti itu. Namun, saat burung-burung mulai berkicau dan sinar matahari menyinari ruangan, dia menyadari bahwa kekhawatirannya tidak ada gunanya.
"Kita sudah sampai, Tuan, Nyonya." Kata Josh, si sopir sembari menatap spion tengah, suaranya menyadarkan Sheilla dari lamunannya.
Sean menyipitkan matanya menatap ke arah Sheilla, ia merasa geli dengan ekspresi malu-malu yang terlihat di wajah Sheilla.
Apakah gadis itu masih merasa malu karena mereka berciuman kemarin malam? Lucu sekali.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?." Sean tidak bisa menahan diri untuk bertanya, ingin menggodanya Sheilla
Seperti yang diduga, kedua pipi Sheilla memerah dan dia bertindak tergesa-gesa untuk membuka pintu, tetapi pintu itu tidak bergerak. Dia menelan salivanya melihat ke kursi sopir tanpa menoleh ke arah Seann.
Sheilla bertekad untuk tidak melakukan kontak mata dengan Sean hari ini.
"Josh, buka pintunya!." Perintah Sheilla pelan.
"Oh, baik nyonya." Josh tersenyum dan menekan tombol, lalu pintu mobil terbuka setelah bunyi klik.
"Terima kasih." Kata Sheilla dan segera keluar dari mobil, lupa bahwa dia seharusnya pergi masuk ke mal bersama Sean.
Karena pria itulah yang punya uang. Tentu saja Sheilla langsung mengingat fakta ini dan menunggu Sean di luar mobil dengan malu-malu.
Sementara itu di dalam mobilnya, Sean merasa ingin tertawa, tetapi ia menahannya, tidak ingin kehilangan sikapnya di depan sopirnya.
Saat keluar dari mobil, Sean mengancingkan satu kancing jasnya dan melangkah maju. "Ayo pergi."
Mendengar itu, Sheilla segera berlari mengejar Sean yang sudah beberapa langkah jauhnya. Langkah pria itu cukup lebar jika di bandingkan dengan Sheilla yang kemudian menyusul dengan berjalan cepat.
Seolah-olah Sean telah membaca pikiran Sheilla, Sheilla melihat bagaimana Sean kemudian tampak melambat dan Sheilla segera mengikuti langkahnya.
Sheilla meliriknya, Sean masih mempertahankan sikap dinginnya, tetapi untuk beberapa alasan, Sheilla tidak lagi merasa jauh.
Tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko pakaian wanita, Sean melangkah masuk, sementara Sheilla mengikutinya masuk. Ia membelalakkan matanya saat menyadari bahwa itu adalah toko bermerek. Harganya terlalu mahal.
"Um.. S-Sean, aku tidak ingin membeli apa pun dari toko ini. Aku harus mencari toko barang bekas." Kata Sheilla, saat dia masih berdiri di pintu masuk dan tidak berani masuk.
"Sekarang kamu akan memilih apa pun di sini!." Hanya itu yang Sean katakan dan pergi duduk di ruang VIP saat beberapa para karyawan toko berbondong-bondong mendatanginya.
"Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda, Tuan?"
Sean menyipitkan matanya sedikit, mengangkat tangannya, menunjuk ke arah datangnya Sheilla dan memberi isyarat dengan tangannya agar para karyawan toko itu memberi jalan. Para wanita itu tampaknya tidak mengerti maksud Sean. Jadi, pria itu buka suara.
"Minggir. Kalian semua menghalangi jalan gadisku."
"Oh maaf, Tuan," Para wanita itu segera memberi jalan kepada Sheilla yang berdiri di belakang mereka, yang sebelumnya mencoba untuk lewat.
Ketika Sheilla mendengar Sean mengatakan hal itu, jantungnya berdebar beberapa kali. 'Apakah Sean baru saja mengatakan bahwa aku adalah gadisnyaa?' Batin Sheilla.
Jantungnya mulai berdebar kencang di dadanya. Dia tidak bisa memahami sikap Sean lagi.
Apakah pria itu ingin memainkan perasaan Sheilla?
"Bawa semua gaun cantik ke sini dan berikan padanya. Aku ingin dia mencobanya." Sean memberi perintah kepada pramuniaga dan mereka segera mengerjakan tugas itu.
Mereka diam-diam merasa iri pada Sheilla, yang menurut mereka cukup beruntung karena mampu menarik perhatian pria hebat Sean
Membelalakkan matanya, Sheilla menggelengkan kepalanya ke arah Sean, melambaikan tangannya berulang kali. "Tidak, satu saja sudah cukup." Sheilla tidak ingin berutang lebih banyak uang kepada Sean, karena dia tidak ingin berlama-lama kerja di tempat Sean.
"Itu di bayar dengan uangku. Aku akan menghabiskannya sesuai keinginanku." Jawab Sean dengan santainya.
Sheilla menghela napasnya. 'Yah, itu pilihannya. Dan Sean seharusnya tidak mengatakan sebaliknya nanti setelah kita pulang.' Kata Sheilla dalam hati dan mulai mencoba gaun-gaun itu.
Gaun pertama yang Sheilla coba adalah gaun pendek berpotongan halter neck hitam berpayet tipis berlengan panjang dengan bagian belakang terbuka. Gaun itu ketat dan melekat sempurna di tubuhnya. Ada belahan kecil di satu sisi meskipun gaun itu sudah pendek.
"Ayo... tunjukkan pada kekasih mu tentang bagaimana penampilanmu." Salah satu pramuniaga yang menawarkan bantuan untuk membantu Sheilla mencoba gaun itu dan membujuknya. Mengedipkan mata padanya, membuatnya tersipu
Sean telah menunggu dengan sabar, tatapannya tertuju pada ponselnya ketika ia kemudian mendengar suara sepatu hak yang berdenting di lantai. Tak lama kemudian, sepasang kaki yang cantik dan anggun dengan sepatu hak bertali hitam terbuka muncul di hadapannya.
Dengan acuh tak acuh, Sean mengalihkan pandangannya dari kaki, lalu menatap wajah cantik Sheilla yang memerah. Ia terkesima dengan perubahan itu. Mengenakan warna favoritnya, menurutnya Sheilla tampak sangat memukau.
Pakaiannya menonjolkan kelebihannya. Gadis itu memancarkan keanggunan dan daya tarik seksual.
"Bagaimana?." Tanya Sheilla sembari berputar-putar seperti yang diperintahkan pramuniaga. Dia sangat malu. Ini pertama kalinya Sheilla mengenakan gaun yang begitu seksi. Gaunnya juga sangat pendek.
Sembari melihat ke arah Sean, Sheilla menarik gaunnya ke bawah. Berusaha membuatnya lebih panjang. Karena merasa gaun itu sangat terbuka.
Sean menelan salivanya, jakunnya bergerak naik turun. Ketika dia menoleh tadi, dia bisa melihat lekuk tubuh Sheilla. Pinggangnya mungil dengan ukuran pinggul yang pas. Buah dadanya juga bagus. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
Cukup untuk muat di tangan Sean. Seolah-olah benda itu diukir khusus untuknya.
"Indah sekali." Gumam Sean, matanya berbinar. "Aku akan ambil yang itu untuk gadis ku." Katanya kepada pramuniaga yang dengan senang hati memasukkannya ke dalam keranjang.
Beberapa menit kemudian, Sheilla telah mencoba begitu banyak gaun dan setiap kali ia mencoba gaun itu, Sean tak bisa berkata apa-apa. Sheilla tampak menakjubkan. Gadis itu benar-benar lambang kecantikan.
Setelah memilih hampir semua gaun di toko, Sean hendak membayar ketika dia melihat Sheilla yang diam-diam menuju ke bagian pakaian dalam.
Senyum sinis tersungging di wajahnya dan Sean diam-diam mengikutinya, ingin menggodanya.
Sean baru menyadari bahwa dirinya senang membuat Sheilla marah dan melihatnya marah seperti anak kucing.
Berjalan langsung ke bagian pakaian dalam yang minim, Sean mengambil satu set pakaian merah dan meletakkannya di depan Sheilla, mencoba melihat apakah pakaian itu akan terlihat bagus padanya.
Menyadari bahwa Sean telah mengikutinya dan bahkan telah memilihkan pakaian dalam untuknya, kedua mata Sheilla membulat. Dia mendorong pakaian dalam itu ke arah Sean dengan kaget.
"A-apa yang kamu lakukan?." Tanya Sheilla. Jantungnya berdebar kencang.
'Apakah dia gila? Bagaimana dia bisa dengan berani melakukan itu di depan umum?.'
"Aku sedang memilih pakaian dalam untukmu." Jawab Sea. langsung, membuat Sheilla terdiam.
"Kamu tidak bisa memilihkan celana dalam untukku. Kamu bahkan tidak tahu ukuranku!" Kata Sheilla dengan kesal. Tindakan Sean membuatnya merasa gugup.
Sembari menyipitkan matanya ke arahnya, Sean membungkuk dan berkata dengan suara serak rendah. "Aku tahu ukuranmu."
"Tidak!." Balas Sheilla cepat, jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya.
"Ya... Aku bisa tahu hanya dengan melihatnya." Kata Sean sambil menyapukan pandangannya ke sekujur tubuh gadis itu, tatapan matanya menjadi gelap saat ia mengingat betapa seksinya gadisnya dalam gaun hitam itu. Sean benar-benar harus melihatnya lagi.
"Itu tidak benar. Tidak mungkin kamu bisa tahu dan kamu tidak memilih celana dalamku." Tatapan mata Sheilla melotot pada Sean, tetapi wajahnya semerah tomat.
'Topik ini... ya ampun, rasanya canggung membicarakan hal-hal seperti itu secara terbuka dengannya.' Batin Sheilla kemudian.
Sean mengambil lebih banyak set setelah memeriksanya, lalu mengangguk tanda setuju. "Aku akan mengambil ini dan kemudian aku akan memeriksanya sendiri begitu kita sampai di rumah apakah ukurannya sesuai denganmu atau tidak."
Mendengar itu, jantung Sheilla semakin berdebar kencang di buatnya. Apakah pria gila ini akhirnya akan mengambil keper4w4n4nnya? Sheilla menelan salivanya dengan susah payah, tarikan di perutnya mengencang saat kekhawatiran muncul dalam dirinya.
Saat Sheilla menatap tatapan mata Sean yang penuh nafsu, dia merasa gugup.