dari aplikasi salah satu dating ku install di ponsel ku, untuk mengisi waktu gabut ku dan juga aku baru saja kehilangan pekerjaan ku, karena seseorang yang ku anggap baik ternyata dia lah yang membuat ku kehilangan pekerjaan ku, lalu aku juga menulis novel, ketika menggunakan aplikasi dating itu aku mengenal pria yang membuat ku nyaman untuk mengirim pesan singkat, dia selalu menyempatkan waktu untuk merespon pesan dari ku melalui ponsel kita masing masing, dan dari awal aku hanya iseng mengenal pria tersebut dan karena dia lebih matang usianya dari ku, yang selalu ku panggil suhu yang sudah ku anggap seperti seorang kakak, semua keluh kesah ku selalu ku curahkan kepada dia, dan aku semakin merasa nyaman mengenal dengan pria yang ku kenal secara online, dan tidak tahu perasaan itu tumbuh begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afifah Dewi Masithoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kesedihan Livy
Pria itu tiba tiba berhenti di hadapan Livy lalu meminta tas kerjanya yang berada di tangan Livy, untuk di berikan kepada dirinya dengan rasa takut Livy pun memberikan tas miliknya tersebut, lalu pria itu membuka resleting tas hitam itu di depan Livy.
"pak tolong maafkan semua kesalahan saya, dan saya akan berjanji akan bekerja dengan bersungguh-sungguh dan tidak banyak mengeluh" ucap Livy yang langsung menunduk kan kepala nya, dan pria itu berhasil mencari benda kecil lalu dia mengelap kening Livy yang tadi kotor karena bekas es cream yang mengenai di kening nya.
"bersihkan itu dan diam jangan banyak bergumam, kau tahu gumam mu itu membuat ku pusing dan dari tadi saya tidak berfikir karena kamu bergumam tidak tahu saya, kamu berbicara tentang apa" ucap tuan Ezra yang dari tadi mendengar suara gimana Livy yang tidak ada hentinya, dan Livy pun meminta maaf karena sudah menganggu pria itu berfikir.
"kamu lanjutkan sendiri karena kamu punya tangan" ucap tuan Ezra yang memberikan kain tisu ituk kepada Livy, akan tetapi melihat tatapan mata Livy yang begitu cepat berubah begitu cepat, yang kini tatapan itu berubah menjadi tatapan berkaca-kaca seakan akan dia menahan air mata untuk tidak menangis, akan tetapi salah satu air mata itu lolos terjun bebas di pipi nya.
"aku hanya membantu mu membersikan sisa es cream tadi, kenapa kamu menangis apakah aku sudah berbuat kesalahan ingat saya bos kamu" ucap nya lagi akan tetapi Livy yang meminta maaf lalu berpamitan kepada dirinya, dengan tatapan sedih dan juga ekspresi penuh kesedihan akan tetapi dia berusaha untuk menahannya akan tetapi dirinya tetap saja tidak bisa menahan nya.
"pak saya izin mau ke toilet" ucap Livy lalu dia pergi ke sembarangan arah, dan membuat dirinya merasa bingung dengan tingkah aneh Livy yang begitu cepat berubah, terlebih dia menatap ke arah yang berada di belakang nya yang membuat nya bertingkah aneh, lalu dia pun mencari tahu apa yang barusan dia lihat dan membuat nya seperti itu.
"jadi dia menyukai pria ini, dan ini alasannya yang membuat Livy seperti tadi" gumam nya yang menyadari jika sikap aneh Livy karena ini alasannya.
"kenapa dia menyukai Richard dan kini dia tahu jika pria itu sudah memiliki istri dan dia tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pria itu" gumam nya lagi dan dia memutuskan untuk segera mencari Livy dan memberikan nya izin untuk pulang, karena dirinya tahu jika saat ini kondisi livy sangat kacau ketika melihat seseorang yang dia sukai kini bersama wanita lain, terlebih sosok wanita itu adalah istri sah dari pria itu, dan ada perasaan kasihan kepada Livy karena dia menyukai pria yang berstatus memiliki istri dan anak, karena dia tahu pada awal Livy bertemu dengan Richard dan pertemuan kedua dan ketiga kalinya, Livy tersenyum sangat indah ketika bertemu dengan pria bernama Richard, dan itu adalah hak Livy menyukai pria mana pun tanpa tahu jika pria itu sudah memiliki istri, atau pria itu belum memiliki istri dan Livy tidak tahu akan hal itu, karena Richard terlihat sangat tampan dan mudah meski di usianya tidak mudah.
"kemana tuh bocah cepat sekali menghilang" gumam Ezra yang berusaha menghubungi Livy akan tetapi dirinya tidak mengangkat panggilan telepon dari dirinya, dan dirinya pun memutuskan untuk kembali ke area parkir mobil dan benar saja Livy berada disana, yang sedang menangis sambil berjongkok, seperti anak kecil yang sedang sedih karena kehilangan mainan kesukaan nya.
"apakah kamu tersesat mencari toilet sehingga menangis disini, lain kali kalau kamu tidak tahu toilet nya sebaiknya bertanya jangan mencari sendiri, pasti kamu tersesat dan sampai di sini" ucap tuan Ezra yang menghampiri dirinya yang berdiri memperbaiki diri, dan dia mengelap air mata dan ingus nya menggunakan kain sapu tangan milik pria itu.
"iya pak lain kali saya akan bertanya terlebih dahulu dan" ucap Livy yang terpotong sebelum menyelesaikan omongan nya dia pun berbicara.
"kamu sangat jorok seperti anak TK saja lihat itu hidung kamu keluar ingus, lebih baik kita segera pulang karena aku sangat merindukan istri ku yang di rumah" ucap tuan Ezra yang ingin membuat nya mual, dan dia merasa kesal bisa bucin di hadapan nya terlebih saat ini dirinyalah yang sedang sakit hati, melihat Richard dengan wanita lain terlebih dia adalah istri sah sedangkan dirinya hanyalah sebatas kekasih dari pria itu.
"memang nya hidung mengeluarkan apa? mana ada hidung keluar duit 1M kalau pun bisa, aku mau dong jadi aku gak perlu kerja" gumam Livy dalam hati dan mengangguk saja apapun yang di katakan pria yang berada di hadapan Livy.
Dan Livy tidak menghubungi Richard setelah kejadian yang terjadi di mall, dan dia pun juga tidak merespon pesan singkat, atau pesan panjang dari Richard serta beberapa kali panggilan yang masuk ke ponselnya, Livy tidak menggubris nya karena dirinya masih ingat dengan betul, apa yang dia lihat di mall dan dirinya sangat sedih meski hal itu hal yang lumrah bagi pasangan suami istri, saat ini dirinya belum siap untuk berkomunikasi lagi dengan pria itu.
Livy kini kembali sibuk dengan pekerjaan nya dan berusaha mengabaikan galaunya, serta dirinya ingin fokus bekerja dan juga dirinya ingin melupakan pria itu, yang saat ini livy berusaha untuk melupakan sang kekasihnya meski belum resmi putus, akan tetapi dirinya bertekad untuk melepaskan pria itu, Livy pun menuju ke loby untuk menjemput mitra kerja perusahaan nya, dan berkas materi sudah dia siapkan selama beberapa hari , juga berkat bantuan Jack juga sehingga dirinya bisa menyelesaikan nya dengan baik.
"selamat pagi pak bu dan mari saya antar ke ruang meeting" ucap Livy dan kedua pria itu dan satu wanita mengikuti langkah kaki Livy yang menuju ke dalam lift, dan Livy menekan tombol lalu pintu lift tertutup dan menuju ke lantai atas, Livy menyambut dengan hormat dan penuh sopan santun kepada tamu nya.
"mari pak Bu" ucap Livy lalu dia membukakan pintu ruang meeting, lalu mereka bertiga pun masuk ke dalam ruangan meeting, di dalam sudah ada dua pria yang tak lain tuan Ezra dan tuan Jack.
"dia tidak memakai ponsel itu" gumam seseorang dalam hati yang diam diam melirik ke arah Livy, ada perasaan sedih yang terbesit di dalam hati nya ketika melihat sosok Livy disana.
"selamat pagi pak Richard" ucap tuan Ezra dan diikuti oleh kedua staf nya, yang mereka bersalaman satu sama lain begitu pun dengan Livy yang mau tidak mau didiknya harus berjabatan tangan dengan pria itu, dan dia tetap bekerja sangat profesional karena tidak mencampur adukkan dengan hubungan pribadi nya, dia tetap tersenyum ramah meski hatinya merasa pilu ketika melihat sosok pria itu yang kini berada di hadapannya.
"baik meeting bisa di mulai" ucap Livy dan mereka pun segera memulai pembahasan kerja sama yang akan di lakukan oleh kedua belah pihak perusahaan tersebut, dan sudah 2 jam meeting berjalan dengan baik meski terdapat perbedaan pendapat, akan tetapi tidak menjadi hal masalah besar bagi kedua belah pihak perusahaan dan mencapai hasil yang di inginkan, lalu Livy mengajak makan siang bersama di rooftop kantor, Livy sebagai tour guide di kantor Livy yang mengajak jalan jalan berkeliling mengelilingi perusahaan, dari tempat gym yang karyawan bebas mengakses nya, tempat karaoke, tempat olahraga, ruangan aula yang besar untuk kegiatan in dor perusahaan, lalu Livy mengajak ke kantin lalu menuju ke rooftop, karena mungkin mereka merasa bosan jika harus makan di kantin, dan Livy berinisiatif untuk mengajak makan siang ke rooftop.
"apakah mereka berdua sudah memiliki hubungan spesial" gumam seseorang dalam hati yang diam diam memperhatikan, makna tatapan mereka berdua yang begitu dalam ketika keduanya saling menatap satu sama lain, hingga saling membuang muka dan begitu pun dia, ada kesedihan di raut wajah nya akan tetapi dirinya berusaha menutupi nya.
"apakah karena waktu itu, Livy masih merasa sangat sedih hingga sampai saat ini" gumam nya lagi dan kini dirinya lah seperti berada di tengah tengah antara mereka berdua, dan kini di penuhi dengan tanda tanya tentang apa yang ada di antara mereka berdua.