Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Aneh
"Kamu kenapa, Ronand? Tidak seperti biasanya kaya gini. Terlihat lebih posesif pada Rachel," tanya Julian yang menyusul Ronand ke dalam kamarnya.
Apalagi melihat raut wajah tegang dari Ronand, Julian merasa ada sesuatu yang sangat serius. Ronand juga langsung fokus dengan laptopnya saat masuk ke dalam kamar. Julian duduk di samping anaknya yang tak mengalihkan pandangannya sedikit pun padanya.
"Nggak tahu, Pa. Hanya saja perasaan Ronand tidak enak sedari tadi dan itu terus tertuju pada Achel. Makanya aku minta Achel untuk pakai kalung yang Ronand buat. Setidaknya kita bisa memantau dimana keberadaan dan pergerakan Achel lewat kalung itu," ucap Ronand sambil menghela nafasnya pelan.
"Ada orang-orangnya Opa yang mengawasi Rachel, Ronand. Papa juga sudah mengirimkan orang-orang Papa untuk mengawasi Rachel dari jauh," ucap Julian mencoba menenangkan Ronand.
Beruntung melalui sandiwara Rachel dan Ronand sebagai anak dari keluarga biasa membuat mereka tak terlalu dicari tahu kehidupan pribadinya. Sehingga selama ini, Rachel dan Ronand jarang menjadi sasaran empuk lawan bisnis keluarganya.
"Ya. Hanya saja ini untuk jaga-jaga kalau ada hal yang tak diinginkan. Hari sial tidak ada di kalender," ucap Ronand dengan singkat.
Julian merasa ada jarak yang dibangun oleh Ronand saat kondisi seperti ini. Ia merasa bahwa Ronand itu dewasa sebelum waktunya. Apapun masalahnya, tak pernah sekali pun ia mengeluh dan meminta bantuannya. Terkadang, Julian seperti seorang Ayah yang tidak berguna untuk anak-anaknya.
"Jika ada masalah, terbukalah sedikit dengan Papa. Setidaknya Papa bisa bantu untuk menyelesaikan masalah kalian. Papa ini orangtua kalian. Jangan sampai Papa merasa tidak dianggap sebagai orangtua oleh kalian," ucap Julian sambil menepuk bahu Ronand dengan pelan. Ucapan Papanya itu membuat Ronand langsung mengalihkan pandangannya.
"Kami juga masih butuh Papa, Pa. Hanya saja kami emang unik, ingin menyelesaikan masalah sendiri. Ronand tahu Papa sibuk dan harus menyelesaikan beberapa masalah perusahaan. Selagi kami bisa menyelesaikan sendiri, kami nggak mau merepotkan Papa." ucap Ronand sambil menghela nafasnya pelan.
"Jangan terlalu mandiri, Papa tidak merasa direpotkan oleh kalian. Apalagi sama kamu, justru Papa yang sering merepotkanmu. Bermanja lah sama orangtua kalian. Papa tidak keberatan kalau kamu manja sama Papa," ucap Julian sambil menaikturunkan alisnya.
"Ish... Cukup Arvan dan Achel aja yang manja sama Papa. Ronand mah mau manjanya sama Mama,"
"Eh... Nggak boleh, itu istriku." seru Julian tak terima.
"Itu kan Mamaku. Papa juga masih boleh kok kalau mau manja-manjaan sama Nenek gayung. Mama dan kita nggak cemburu," ucap Ronand dengan santainya.
Julian langsung memelototkan matanya. Yang benar saja dia bermanja dengan Mama Martha. Ibunya itu saja malas memanjakannya. Mama Martha itu hanya akan memanjakan cucu-cucunya saja, terutama Rachel sang cucu kesayangan.
Tok... Tok...
"Mas, Ronand..."
"Masuk, Ma." seru Ronand saat mendengar suara orang yang ia kenali tengah memanggilnya.
"Ada apa, sayang? Kok kamu kaya khawatir begitu," tanya Julian saat melihat raut wajah istrinya tampak panik dan cemas.
"Itu lho si Achel. Pergi nggak pamit dulu, pakai motor lagi. Padahal tadi Mama udah bilang buat dia pulang ke rumah Opanya pakai sopir aja. Mana Mama telfon dia tapi nggak diangkat sama sekali," ucap Chiara membuat Julian dan Ronand terkejut. Pasalnya mereka berdua juga tidak dipamiti oleh Rachel.
"Lacak keberadaan Achel dan CCTV sekitarnya, Ronand." titah Julian pada Ronand yang langsung fokus pada laptopnya.
"Gawat, Pa. Ada motor yang mengikuti Rachel dan Mika," seru Ronand setelah beberapa menit mengotak-atik laptopnya.
"Apa?" seru Julian dan Chiara secara bersamaan.
"Susul Achel dan Mika, Pa." seru Chiara yang langsung panik.
Ronand dan Julian segera berlari pergi untuk menyusul Rachel. Sedangkan Chiara tetap di rumahnya karena tak ingin suami dan anaknya bertambah khawatir. Julian juga menghubungi orang-orangnya yang ternyata memantau pergerakan Rachel.
"Orang-orang Papa sudah mengawasi mereka tapi belum bisa mendekat. Pasalnya jalanan ramai dan yang mengikuti itu kaya nggak lagi ngikutin. Jadi kita nggak bisa bertindak gegabah," ucap Julian yang kini membonceng Ronand dengan menaiki motor.
***
"Mika, kok kaya ada yang ngikutin kita ya?" ucap Rachel dengan nada berbisik.
"Telalu pelcaya dili Onty boncel ini. Cemua olang punya hak buat lewat jalan ini lho. Mau lewat jalan cini macak dikila ngikutin olang,"
"Belalti kita ngikutin olang di depan kita dong," gerutu Mika yang kesal dengan sikap waspada dari Rachel.
Rachel berusaha positif thinking dengan mengikuti ucapan Mika. Namun tak bisa, pasalnya jalan di sebelahnya luas dan dapat menyalip. Namun motor itu sepertinya malah sengaja berlama-lama di belakang kendaraan yang dikendarai oleh Rachel.
1... 2... 3...
Mika, pegangan yang erat. Nanti kamu terbang,
Brumm... Brumm...
Aaaa...
Onty boncel, Mika belum mau mati.
Siapa juga yang mau ngajakin kamu mati, kurcaci cadel?
Itu orang mau ngikutin kita,
Ternyata Rachel tidak menuruti perintah Chiara yang menginginkannya pulang diantar sopir. Justru Rachel membawa Mika pulang diam-diam dengan motornya. Rachel saat ini tidak mengetahui jika ponselnya sedang berbunyi dengan puluhan panggilan tak terjawab dari Chiara.
"Pegangan yang kuat, Mika. Kalau jatuh, Onty nggak mau tanggungjawab ya." seru Rachel memperingatkan Mika.
Wush...
Brumm... Brumm...
"Onty naik motolna cudah kaya pembalap. Awas caja ini nanti nyungcep dan muka tantik Mika ndak telselamatkan," gumam Mika yang sudah memejamkan matanya dan memeluk perut Rachel dengan erat.
Cittt...
Aaaa...
Mika telbang,
"Nah... Akhirnya berhenti juga, bocah ingusan."
Orang-orang yang mengikuti Rachel berhasil menghentikan laju motor Rachel di tempat sepi. Hal itu membuat Rachel mengerem mendadak dan Mika sampai sedikit terpental ke atas. Beruntung Mika memeluk Rachel dengan erat sehingga tidak jatuh.
"Siapa yang bocah ingusan? Kami nggak pilek dan keluar ingusnya tuh,"
"Ganggu perjalanan orang aja. Keburu ngantuk, kita mau pulang." seru Rachel yang mencoba berani untuk melawan orang-orang di depannya.
"Ngantuk? Ayo kita bonceng kalian buat sampai rumah dengan cepat," ucap orang-orang itu yang sepertinya ingin menggunakan cara halus.
"Ogah. Bonceng tuh yang boncengin kita harus cowok ganteng, ini mah apa? Ntar bisa panuan nih badan kalau dekat-dekat orang jahat seperti kalian," ucap Rachel dengan ucapan pedasnya.
"Emangna boncengan motol dengan olang jelek, bica bikin kita panuan?" tanya Mika dengan polosnya.
Sialan... Bisa-bisanya ini bocah ngejek kita jelek,
Udah langsung tangkap aja ini cewek. Yang bocil, kita tinggalin.
Nggak usah pakai cara lembut,
1... 2... 3...
Kabul, Onty boncel.
Kabur...
Gendong,
Astaga... Mau lari aja nyusahin sih, kurcaci boncel.
Tunggu, kalian jangan kabur.
Huaaa... Nenek gayung, cucu cantikmu mau diculik.
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃