HIATUS AWOKAOWKA
"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."
Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.
Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.
Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Kesepakatan Dengan Yun Yuan
Yun Yuan dan Chen Huang kini melangkah menuju bangunan berikutnya. Bangunan ini jauh lebih besar dari perpustakaan sebelumnya, didominasi oleh arsitektur kayu merah tua dan atap genteng berlapis emas yang memantulkan cahaya matahari. Struktur ini terasa megah, menyerap kemurnian Dou Qi dari udara sekte. Sebuah papan kayu berukir, diletakkan di tengah ambang pintu yang luas, dengan kaligrafi yang mengalir seperti sungai, 'Paviliun Gulungan Langit'.
Sekali lagi, Chen Huang terpukau. Matanya melebar, pandangannya tersedot oleh skala dan keindahan yang disajikan. Ia tidak pernah melihat bangunan yang begitu besar, seolah-olah seluruh Balai Desa miliknya digabungkan sepuluh kali lipat. Ini adalah pengalaman baru yang benar-benar memanjakan matanya.
Yun Yuan menunjuk bangunan besar itu, nadanya kini beralih menjadi suara instruktur yang terdidik. "Yang ini adalah Paviliun Gulungan Langit. Tempat dimana kau bisa mendapatkan teknik-teknik tingkat Huang sampai Xuan, atau bahkan lebih dari itu."
"Hoaa... benar-benar menakjubkan," desah Chen Huang. Ia mengangkat satu tangannya, gestur yang menunjukkan keraguan dan rasa ingin tahu yang mendesak.
Yun Yuan menangkap isyarat itu dengan cepat. Ia sedikit memiringkan kepalanya, rambut kuning pucatnya bergerak lembut di bahunya. "Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apa teknik-teknik itu diberikan secara gratis?"
Yun Yuan menghela napas panjang, gerakan yang penuh dengan kelelahan seorang senior yang harus menjelaskan realitas kejam dunia kultivasi. Ia memegang dahinya, jari-jarinya menekan pelipisnya. "Tidak ada yang gratis di dunia ini, semuanya harus kau dapatkan dengan usaha. Jika ingin memiliki teknik-teknik itu, kau harus memiliki Poin Kontribusi untuk mengambilnya."
Chen Huang mengangguk paham. Kebenaran pahit itu diterimanya tanpa bantahan. Dengan itu, Yun Yuan berbalik, melanjutkan langkahnya yang teratur dan elegan ke arah lain. Setiap langkahnya memicu ayunan halus pada jubahnya, memperlihatkan garis pinggulnya yang menarik, sebuah tarian langkah yang menggoda dan memikat.
Kali ini, Yun Yuan tidak lagi berjalan kaki. Dari cincin penyimpanannya, ia mengeluarkan Pedang Terbang. Pedang itu muncul dengan kilauan cahaya Dou Qi, lalu ia melompat dengan anggun, berdiri di atasnya.
"Naiklah, kita ke tempat selanjutnya."
Chen Huang, tanpa ragu, ikut menaiki Pedang Terbang milik Yun Yuan. Keduanya kembali berdiri rapat. Kali ini, ia lebih berhati-hati, namun setiap guncangan di udara, setiap manuver cepat yang dilakukan Yun Yuan, tetap membawa punggung Yun Yuan yang halus dan kuat untuk bersentuhan lembut dengan dadanya. Mereka melesat, terbang melintasi kompleks sekte.
Beberapa saat berlalu, di bawah mereka terlihat asrama-asrama yang tersusun rapi untuk para murid sekte, bangunan-bangunan yang lebih sederhana dibandingkan paviliun sebelumnya. Yun Yuan hanya menjelaskan singkat pada Chen Huang, sambil menunjukkan dari atas, "Itu adalah asrama murid luar, di sana asrama murid dalam."
Kemudian, Yun Yuan mengarahkan pedang terbangnya menuju ke sebuah gunung besar yang mendominasi cakrawala. Gunung itu tertutup oleh selimut awan tebal, membuat puncaknya hampir tak terlihat, seolah disembunyikan dari mata manusia.
"Itu adalah Puncak Awan Abadi," ucap Yun Yuan, suaranya mengandung nada kekaguman yang tersembunyi.
Chen Huang yang menumpang di pedang terbang Yun Yuan, merasakan kekuatan Dou Qi yang begitu murni dan padat mengalir dari gunung itu. Itu adalah sumber energi sekte yang luar biasa. Ia hanya tersenyum tipis, matanya benar-benar terbuka lebar hari ini. Semua tempat, semua kemegahan yang dulu hanya ia dengar dalam legenda di desa, kini benar-benar ia lihat sendiri. Sebuah pengalaman baru yang sangat menyenangkan, mengisi jiwanya dengan ambisi.
Waktu terus berlalu, dan Pedang Terbang akhirnya mendarat di Aula Istana Langit, sebuah bangunan yang merupakan inti administratif sekte. Mereka berdua melompat turun. Chen Huang mulai meregangkan tubuhnya yang kaku karena lama berdiri di udara. Ia memutar bahu, melenturkan punggung.
"Ini benar-benar menyenangkan," ucapnya, wajahnya berseri-seri.
Yun Yuan memalingkan wajahnya, ia seakan tidak ingin menatap mata Chen Huang yang penuh kegembiraan itu, mungkin karena ia tidak ingin terpapar aura kekanak-kanakan Chen Huang. Namun, Chen Huang malah melangkah dan berdiri di depannya, menatapnya dengan penasaran yang tak terhindarkan.
"Ada apa?" tanya Chen Huang.
"Kenapa kau berdiri di depanku?" Yun Yuan membalas, rasa kesal mulai merayap ke wajahnya yang cantik, kerutan samar muncul di antara alisnya.
"Tadi, kau memalingkan wajahmu. Kupikir ada yang salah..."
"Bukan apa-apa." Yun Yuan berbalik, melangkah cepat, hendak meninggalkan Chen Huang.
Namun, Chen Huang menghentikannya. Ia bergerak cepat, meraih dan memegang pergelangan tangan Yun Yuan dengan lembut namun cukup kuat untuk menahan langkahnya. Tentu saja, Yun Yuan terhenti. Sebuah gelombang amarah sekilas terlihat di matanya, ia benar-benar ingin memukul Chen Huang sekarang karena kurang ajar menyentuhnya, namun ia mengurungkan niatnya.
"Ada apa lagi? Aku sudah mengajakmu untuk mengelilingi sekte seperti yang Xin Li minta."
"Yun Yuan. Bisakah kau membantuku?" Pertanyaan Chen Huang itu menggantung sesaat di udara pagi, mengubah suasana dari tur santai menjadi ketegangan yang serius.
Yun Yuan tidak mengerti, ia memutar pergelangan tangannya, mencoba melepaskan diri dari Chen Huang. "Membantu?"
Chen Huang melepaskan pegangannya, kini ia berdiri tegak, matanya memancarkan keseriusan.
"Bantu aku untuk menerobos Dou Zhe dalam seminggu ini."
Yun Yuan terdiam. Wajahnya kali ini terlihat lebih kesal lagi, kekesalan yang bercampur dengan keheranan. "Kau bercanda? Aku sedang tidak ingin meladeni lawakanmu saat ini."
"Aku serius. Jika kau membantuku. Maka aku juga akan membantumu, untuk menyelamatkan Senior Pang Bo." Chen Huang menekankan setiap kata, suaranya dipenuhi keyakinan yang dingin. "Jika mencapai Dou Zhe, bukanlah hal sulit bagiku melawan musuh di tingkat yang sama."
Yun Yuan, jenius Sekte Awan Langit, akhirnya menatap Chen Huang dengan serius. Ia menatap ke dalam mata Chen Huang, mencari celah kebohongan, mencari tanda-tanda arogansi kosong. Namun, ia sama sekali tidak bisa menemukan keraguan atau kebohongan. Hanya ada tekad yang menantang akal sehat.
"Aghh! Aku akan membantumu, tapi jika kau menipuku awas saja!" Yun Yuan memberikan jawaban akhirnya.
Di dalam benak Chen Huang suara lembut mulai terdengar. Itu suara Yue Chan. "Kau ingin menggunakan wanita itu untuk naik Ranah? Itu keputusan bagus, namun apa kau yakin? Dia bisa saja membuatmu mengalami kemunduran seperti sebelumnya."
"Tenang saja, meski dia melakukan itu sekalipun, aku sudah memiliki Teknik Pemecah Segala Hukum," balas Chen Huang di benaknya.
"Kalau begitu... berjuanglah."
Ucapan singkat itu memancing senyum Chen Huang. Sebuah pemicu untuk membuatnya lebih bersemangat. Ia melakukan ini bukan untuk Pang Bo melainkan untuk dirinya sendiri.
...[SEKTE AWAN LANGIT]...