Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 28 Calon Istri Janu, Again!
Disinilah Mia sekarang, didalam mobil bersama Januar dan Nyonya Arista- bahkan pria songong yang menjadi mantan kekasih sahabatnya itu ada didalam mobil yang sama.
Mia sempat terkejut saat melihat Julian tidak lagi menatap tidak suka padanya. Pria berdimple di dagu itu justru tersenyum kecil padanya- membuat Mia mengernyit penuh waspada.
Pasti ada cabai di balik arem arem.
Mia tetap waspada, pria bermulut lemes itu pasti sedang menyimpan kata kata pedasnya- yang setiap saat bisa Julian keluarkan tanpa permisi.
Dan lihat sekarang, Julian melirik padanya lewat spion- padahal pria itu sedang menyetir.
Genit sekali!
"Pengasuh Mia!"
Panggilan Nyonya Arista membuat Mia tersentak. Gadis itu segera tersadar dan mengubah raut wajahnya, Mia mengangguk kecil saat Nyonya Arista melirik kecil padanya.
"Iya, Nyonya?!"
"Saya harap kamu bisa menangani Januar nanti!"
Mia mengernyit heran, dia tidak paham dengan ucapan majikannya. Menangani? maksudnya dia harus menangani apa?
Mia mengangguk pasrah, sudut matanya melirik pada Januar yang sedari tadi terdiam sembari memainkan rubik nya.
Mia menghela napas pelan, gadis itu cukup kesal dan bosan selama perjalanan. Suasana di dalam mobil hening, tidak ada pembicaraan berarti.
'Kalau mau di cuekin kenapa aku di ajak!' pekik Mia dalam hati.
Giginya bergemerutuk gemas, Mia gemas sekali pada pria yang ada di sisinya ini. Saking gemasnya Mia sampai harua menahan buang anginnya. Mia memejamkan kedua mata, menarik napas pelan dan menghembuskannya perlahan.
Ayolah, saat ini Mia merasa sedang berada di dunia lain. Manusia di sekitarnya membisu, Mia bukan makhluk anti sosial yang tenang di setiap keadaan- untuk apa Mia menyandang Sarjana Sosial kalau mulutnya tidak di pergunakan dengan baik.
"Janu haus?" Mia memulai pembicaraan.
Tangannya mengulurkan botol minum yang dia bawa dari kediaman Rajendra. Kedua matanya berbinar, Mia berharap kalau Januar akan menerima dan berbicara dengannya.
Sumpah demi apa pun, saat ini Mia bisa mati karena bosan.
"Janu enggak haus. Janu ngantuk, Mia peluk Janu ya!"
Januar menyenderkan kepalanya di bahu Mia, terlihat memejamkan kedua matanya dengan damai.
"Janu, jangan tid-,"
"Biarkan dia seperti itu. Kamu bisa membangunkannya saat kita sampai nanti."
Mia mengangguk pada Nyonya Arista, Sang Pengasuh membiarkan Januar terlelap selama perjalanan.
Padahal hari ini Mia ingin tidur lebih awal, tapi karena Januar memaksanya ikut dan Nyonya Arista serta Eyang Nyonya mengizinkan- terutama Eyang Nyonya, akhirnya Mia melupakan kenikmatan duniawi nya sejenak.
🍭 SA 🍭
Mia meliarkan pandangannya kesetiap penjuru tempat yang dia jejaki saat ini. Dalam hatinya berdecak kagum, dia cukup katrok kalau berurusan dengan kehidupan para konglomerat.
Nyonya Arista bahkan menyediakan tempat untuknya sendiri, dengan makanan lezat dan pastinya mahal. Ingin rasanya Mia berkenalan pada makanan makanan itu, namun rasa malu serta gengsinya masih tumbuh subur di dalam dadanya.
"Jadi bagaimana Nyonya Rajendra? apa anda setuju?"
Nyonya Arista terdiam, sudut matanya melirik pada Januar yang terlihat asik dengan rubik nya. Sementara Julian, pria berdimple di dagu itu tidak merespon apa pun- dia hanya menjadi pendengar yang baik.
"Kerja sama kita akan semakin erat, kalau putra bungsu anda dan putri ku bisa bersatu,"
Nyonya Arista tersenyum kecil, satu tangannya mendorong pelan berkas yang ada di hadapannya.
"Sayang sekali, anda sudah terlambat. Januar sudah memiliki calon istri," tolak halus Nyonya Arista.
Wanita itu tersenyum tipis, satu tangannya terulur mengusap kepala Januar lembut, membuat pria itu mendongak.
"Apa itu benar?" tanyanya kembali.
"Benar, iya kan Sayang?" sahut Nyonya Arista lembut dan terlihat penuh sayang pada putra sambungnya.
Januar mengangguk cepat, kedua sudut bibirnya terangkat membuat Nyonya Arista tertular senyumnya.
"Mama benar, Janu udah punya calon istri!"
Senyuman Nyonya Arista semakin lebar, sudut matanya melirik pada pria dan wanita yang ada di hadapannya.
"Kalian dengar sendiri kan? Januar sudah memiliki calon istri, dan calon istrinya bernam-,"
"Calon istri Janu itu namanya Mia!" potong Januar cepat.
Senyuman pria itu melebar, namun senyuman di bibir Nyonya Arista memudar- berganti dangan wajah terkejut. Bahkan Julian pun tersedak saliva nya sendiri saat mendengarnya. Sementara orang yang Januar sebut, hanya melotot tidak percaya- ingin rasanya Mia segera berlari dan pergi dari tempat duduknya saat ini juga.
"Matilah aku," gumamnya.
**KAGET AMPE AUS DAH
SEE YOU TOMORROW
BABAYYY MUUUAACCHH😘😘**
jadi pengasuh malah 🤗