NovelToon NovelToon
Gadis Somplak Milik Cassanova

Gadis Somplak Milik Cassanova

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak
Popularitas:17.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rita Tatha

Memergoki sepasang manusia yang sedang bercinta, membuat Kumala Rasya Putri—Kurap—harus terjerat sebuah perjanjian konyol dengan lelaki itu. Pandu Nugraha Andaksa—Panu—harus menahan emosi setiap kali berhadapan dengan Rasya yang begitu menguji kesabarannya.

Lantas, akankah mereka terjebak dengan sebuah pernikahan seperti kisah novel pada umumnya? Atau akan ada kejutan luar biasa yang mampu membuat kedua orang itu saling jatuh cinta?

Mau tahu jawabannya? Baca kisah ini dan jangan lupa beri dukungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Setelah kepergian Pandu, Rasya bersiap untuk kembali ke rumah sakit. Dia memakai jaket untuk menutupi bentol-bentol bekas ciuman ulat bulu. Rasya menuju ke sana menggunakan angkot karena tidak ada motor. Sesampainya di rumah sakit, Rasya menuju ke bagian administrasi untuk mengurusi seluruh biaya perawatan sang ayah.

Namun, Rasya melongo saat mengetahui kalau semua biaya rumah sakit sudah dibayar lunas oleh Pandu. Bahkan, petugas itu juga menyerahkan sebuah kotak kecil kepada Rasya.

"Ini apa, Mbak?" tanya Rasya heran.

"Tidak tahu, Dek. Mas yang tampan itu cuma menitipkan itu untuk kamu," jawabnya. Rasya menghela napas panjang lalu berpamitan pergi dari sana. Rasya begitu penasaran dengan kotak itu, tetapi dia akan membukanya di rumah saja. Setelah memasukkan ke dalam tas, Rasya segera masuk ke ruangan Paijo.

"Kamu sudah balik, Kum?" tanya Paijo saat melihat kedatangan Rasya.

"Sudah, Pak. Ibu mana?" tanya balik Rasya saat tidak melihat keberadaan ibunya.

"Lagi nyari makan siang." Paijo beranjak bangun. Rasya pun segera duduk di samping sang ayah yang mulai terlihat sehat.

"Bapak sudah makan?" tanya Rasya.

"Sudah. Kum, bagaimana dengan Nak Pandu?" tanya Paijo menelisik wajah putrinya.

"Pak, batalin aja sih, pernikahan Kukum sama Om Panu. Kukum waktu itu cuma alasan aja biar si Parjan enggak ngejar-ngejar Kukum lagi," ucap Rasya membela diri.

"Kum, bapak ini udah tua. Udah waktunya menimang cucu. Emang kamu mau, bapak mati belum gendong cucu? Kamu enggak kasihan?" cecar Paijo. Rasya memutar bola matanya malas.

"Bapak kalau ngomong yang bener aja. Jangan mati dulu, Pak. Kalau Bapak mati nanti yang ijabin Kukum siapa?" Rasya berpura-pura mengusap air mata.

"Kan ada Agus." Paijo menjawab lesu.

"Oh, iya ya. Aku lupa kalau wali nikahnya bisa diganti Mas Agus." Rasya menunjukkan rentetan gigi putihnya.

"Jadi kamu ikhlas kalau bapak mati?" Paijo tampak begitu kesal. Rasya bangkit berdiri dan memeluk sang ayah dengan erat.

"Tidaklah, Pak. Jangan mati dulu, nanti enggak ada yang bisa Kukum ledekin lagi, kalau sama ibu pasti Kukum dipukul sapu," ucap Rasya pura-pura terisak.

"Dasar anak kurang ajar! Aku ini bapakmu, Kum!" Suara Paijo naik satu oktaf.

"Lah, yang bilang bapak ini adik Kukum siapa?" timpal Rasya dengan tenang.

"Walah, Kum. Ibumu ngidam apa pas lagi hamil kamu." Paijo memijat pelipisnya. Berbicara dengan putrinya memang membutuhkan kesabaran lebih.

"Mana Kukum tahu, Pak. Waktu itu 'kan Kukum masih di dalam perut ibu," sahut Rasya. Dia kembali duduk di tempat semula, membelakangi pintu masuk.

"Sudahlah. Tidak penting bahas gituan. Pokoknya bapak tunggu Nak Pandu sampai minggu depan. Kalau sampai Minggu depan belum datang, nanti bapak nikahkan kamu sama Parjan. Keputusan bapak tidak bisa diganggu gugat!"

"Pak," rengek Rasya, "jangan gitulah, Pak. Kukum cari pria lain aja jangan Om Panu ya, Pak." Rasya berusaha menawar.

"Pokoknya keputusan bapak sudah bulat!" tegas Paijo. Rasya pun menghela napas panjang. Jika sang ayah sudah berkata demikian, maka dia tidak bisa untuk menawar lagi.

"Pak, tarik keputusan bapak, nanti aku mintain nomor Juleha, si Janda Kembang. Katanya bapak naksir sama dia," kata Rasya. Namun, beberapa menit kemudian, gadis itu berteriak karena ibunya sudah menjewer telinga kanannya.

"Bu, sakit." Rasya mengusap telinganya yang sudah memerah. Marlina tidak menjawab, hanya berkacak pinggang dan menatap Paijo serta Rasya secara bergantian.

"Kalian ngobrol apa?" tanya Marlina setengah berteriak.

"Yang jelas bukan ngobrolin Ibu," sahut Rasya santai.

"Terus kenapa kalian sebut nama Juleha?" Pertanyaan Marlina begitu menuntut jawaban. Rasya merogoh saku jaket dan mengambil ponsel di sana.

"Hallo, Hallo." Suara Rasya terdengar begitu keras. "Sebentar aku cari sinyal dulu." Rasya bangkit berdiri dan meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja.

Setelah pintu ruangan tertutup rapat, Paijo menelan salivanya susah payah saat melihat sorot mata istrinya yang menajam. Dia yakin, setelah ini omelan istrinya bakalan sepanjang jalan kenangan bersama mantan.

Sementara Rasya yang sudah sampai di luar ruangan, langsung memasukkan ponselnya kembali. Bibirnya tersenyum senang karena bisa melarikan diri dari amarah Marlina. Dia pun hendak bergegas pergi dari sana, tetapi tiba-tiba seorang lelaki cukup tampan menarik kerah baju Rasya bagian belakang, hingga tubuh Rasya sedikit tertarik.

"Woy! Siapa, sih, kurang ajar banget!" Rasya berbalik, tetapi dia langsung terdiam saat melihat sang kakak yang sedang berdiri masih dengan memegang kerah bajunya. "Mas Agus kapan pulang?" tanya Rasya berusaha terlihat biasa saja.

"Mas yakin kamu pasti habis bikin ulah 'kan?" tukas Agus dengan tatapan penuh selidik.

"Astaga, Mas. Perasaan suudzon mulu sama adek kesayangan," elak Rasya. Agus, kakak Rasya, adalah orang yang sangat kritis terhadap sekitarnya.

"Terus kenapa kamu cengengesan gitu?" Agus semakin menelisik. Rasya berpaling karena tidak mau kakaknya tahu.

"Masya Allah, Mbak Ajeng sudah di sini." Wajah Rasya tampak begitu semringah. Mendengar nama wanita yang dia cintai disebut, Agus pun berbalik untuk mencari keberadaanya. Namun, dia tidak melihat siapa pun. Agus pun menggeram kesal karena sudah dibohongi adiknya.

Agus berbalik, tetapi Rasya sudah tidak terlihat lagi. Bayangan gadis itu benar-benar lenyap dari pandangan. "Ke mana lagi dia? Dasar adik laknat!"

"Aku di sini, Mas."

"Astaghfirullah!" Agus terlonjak saat mendengar suara Rasya tepat di belakang telinganya. Rasya tergelak keras sebelum akhirnya benar-benar kabur dari Agus yang masih berusaha menetralkan debaran jantungnya.

"Bagaimana bisa aku punya adik yang begitu menyebalkan? Aku yakin yang jadi suaminya kelak harus punya kesabaran yang lebih-lebih," gerutu Agus. Dia pun akhirnya masuk ke ruangan ayahnya.

💦💦💦

Maaf gaes, slow update ya

Saya sekeluarga sedang diberi nikmat sakit.

buat kalian yang saat ini juga sedang sakit, semoga lekas sembuh.

jangan lupa selalu jaga kesehatan gaess

1
Mamake Nayla
Luar biasa
ayu hendrayani
marjan ya kaleee😀😀😀😀
ayu hendrayani
😀😀🤣🤣🤣🤣
watashi tantides
Rasya Kurap kamu kuat banget klo aku dah sakit hati dah😭🙏
watashi tantides
Anjay dar der dor niat nya mau jadi babu eh malah di suruh jadi menantu orang kaya wow KURAP🫰😘
watashi tantides
Anir bisa bisanya nama panjang di singkar KURAP & PANUAN 😭🤣
watashi tantides
Kurap kebanyakan baca novel kek aku😘
watashi tantides
Anjimlah kurap lawak🤣😭
Uniqueen
gimana mau ninggalin rasya kalo ga sampai sehari udah kangen/Facepalm/
Deni Susanti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣,,anjirrrr aturrrr bikin bengekk,
Deni Susanti
ya Allah turrr,sampe bengek aku ketawa turr🤣🤣🤣
Deni Susanti
aduh sakit perut ku turrr ku,ketawa dri tadi,,,😂😂
Deni Susanti
lanjutt turr, penasaran SM cerita nya,
Muchamad Ridho
🤣🤣🤣🤣🤣
Asih Sudarsih
/Facepalm/
Muji Lestari
CEO kok jarang krja di rumah teros thorr
elis farisna
Luar biasa
Rhustam Menma
dah lah kacau/Facepalm//Facepalm//Joyful/
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
PANDU RASYA🤣🤣🤣🤣
Iin Uniah
😂🤣😅 kocak banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!