AWAS! Cerita ini bikin SENYUM-SENYUM SENDIRI.
Dewa Arga, cowok baru lulus SMA, belum mendapat ijazah sudah disuruh orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang lebih tua darinya.
Bagaimana bocah petakilan itu bisa menjadi seorang suami yang baik?
Bara Abraham Wiratmaja, kakak tiri Nona yang baik dan tentunya tampan akan menambah manis cerita ini.
**
IG : marr_mystory
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Pengambilan ijazah
“Berondong?
Hahaha...” Nona tergelak mendengar ucapan Dewa. Dewa mengernyikan dahi lantas
Nona mencubit pipi Dewa.
“Aku hanya
milikmu sayang bahkan kau adalah berondong tertampan yang pernah aku lihat.
Dewa tertawa
kecil, Nona lalu mengajak Dewa untuk berangkat ke sekolahan dan sebelumnya Dewa
menelpon orang tuanya supaya tidak datang ke sekolahan. Nona berjalan menuju
halaman rumah dengan anggunnya sedangkan Dewa masih melirik penampilan Nona
yang terkesan berlebihan. Dia tidak suka jika sang istri berdandan mencolok
seperti ini.
“Sayang,
nanti sepulang dari sekolah kita ke mall ya? Ingin membelikan beberpaa potong
baju untukmu,” ucap Nona.
“Tidak
perlu, sayang. Lagipula setelah dari sekolah aku langsung ke bengkel milik papa
Jojo.”
Nona sedikit
kecewa tetapi dia tidak ingin melihat Dewa merasa tidak enak. Mereka menaiki
mobil dan yang menyetir mobil adalah Arsel. Arsel melirik Dewa dengan tidak
suka tetapi Dewa tidak mau menggubrisnya. Setelah masuk mobil. Arsel segera
melajukan mobilnya ke sekolahan Dewa.
Dalam
perjalanan, Dewa terus saja memandang kaca mobil. Pagi ini memang sedikit
mendung bahkan matahari nampak malu untuk memperlihatkan sinarnya. Dewa
teringat saat masa dirinya sebelum berangkat sekolah pasti dia menyempatkan
untuk membantu bapak di rumah Bara. Disana juga Dewa sering bertemu Elara
tetapi saat itu Elara memandangnya sebelah mata dan seolah sombong dengan Dewa.
“Cowok
miskin pekerja kebun, jika aku beritahu ke teman-teman bagaimana ya reaksinya?
Disekolahan saja menjadi primadona padahal aslinya si miskin yang menjadi
tukang kebun,” ejek Elara.
Dewa hanya
diam, dia tidak mau bertengkar dengan perempuan. Apalagi ini tempatnay sang
bapak bekerja. Dewa tahu jika mulut Elara ini adalah racun yang sering mengadu
domba dan suka mengompori tetapi saat Dewa dikabarkan berpacaran dengan Sarah
tiba-tiba Elara mendadak baik dan mengejar-ngejar Dewa. Dewa tidak
memperdulikan Elara yang sempat membuatnya sakit hati karena ucapan pedasnya.
“Sayang?”
ucap Nona membuat Dewa terkejut.
“Ya?”
“Memikirkan
apa?” tanya Nona.
Dewa
menggelengkan kepala. Nona langsung menyenderkan kepalanya dibahu Dewa. Bahu
Dewa memang bidang membuat para wanita pasti merasa nyaman jika bersandar pada
bahu Dewa.
Setengah jam
kemudian, mereka sampai disekolahan Dewa. Terlihat sudah ramai orang tua berdatangan. Dewa semakin berdebar
mengingat sang istri akan menjadi walinya. Bagaimana jika teman-temannya
bertanya siapa gadis cantik ini?
Benar saja,
saat akan masuk ke gerbang. Teman-teman Dewa yang sekelas dan bahkan berbeda
kelas langsung melihat Nona. Tubuh Nona
yang sangat putih begitu paling kontras. Tangan Nona menggenggam lengan Dewa,
Dewa menelan ludah dengan kasar.
“Dewa, ruang
kelasmu mana?” tanya Nona.
“Diujung
sana.”
Dewa
mengantar Nona menuju ruang kelasnya, Dewa menyuruhnya masuk sendirian karena
memang hanya orang tua saja yang diperbolehkan masuk sementara Dewa menuju ke
perpustakaan untuk mengembalikan buku yang sempat dipinjam. Sedangkan Nona
masuk ke kelas dan membuat dirinya diperhatikan oleh wali murid yang lain. Nona
mencari tempat duduk dan melepas kacamata hitamnya. Setelah menunggu beberapa
menit, Bara yang menjadi wali Elara terkejut melihat sang adik mengambil rapot
milik suaminya. Bara yang baru datang langsung duduk disebelah Nona.
“Kau yang
mengambilkan rapot dan ijazah untuk Dewa?” tanya Bara.
“Iya, kak.
Kenapa?”
Bara menahan
tawa, baru kali ini seorang istri mengambilkan ijazah dan rapot untuk suaminya.
Nona yang merasa diejek mencubit paha Bara. Bara langsung mengelus pahanya.
“Kenapa
bukan orang tua Dewa yang mengambilkan?” tanya Bara.
“Ini
keinginanku sendiri. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengambil rapot
disekolahan. Anggap saja ini latihan
supaya saat kami punya anak tidak kagok saat mengambil rapot anak-anak kami,”
jelas Nona membuat Bara semakin geli.
Nona yang
melirik sang kakak menertawainya lalu mencubit lengan Bara. Nona hanya bisa
sabar dan menahan senyum padahal dia juga sendiri merasa geli.
“Dewa Arga
Mahren Afrizal,” ucap guru memanggil wali Dewa untuk maju kedepan.
Nona yang
langsung beranjak dari tempat duduk membuat semua orang yang diruangan itu
melihatnya, Nona dengan pede maju ke meja guru dan duduk dididepan walikelas
Dewa.
“Ini walinya
Dewa?” tanya guru itu.
“Iya, bu.
Saya walinya.”
Guru
tersebut menganggukkan kepala lalu memberikan daftar absen yang harus ditanda
tangani Nona. Sambil menunggu Nona untuk bertanda tangan, guru itu memperlihatkan kekurangan
administrasi yang harus segera dilunasi jika ingin mengambil rapot dan ijazah.
Setelah selesain menandatangani, Nona mengeluarkan dompet dan melunasi
kekurangan Dewa.
“Hanya 700
ribu ‘kan?” tanya Nona.
“Iya dan ada
uang kenang-kenangan juga sebesar 300 ribu.”
Total yang
harus dibayar sebesar 1 juta dan untung saja uang yang ada didompet Nona lebih
dari itu. Setelah membayar, Nona langsung diberikan nota pelunasan dan tentunya
rapot dan ijazah boleh dibawa pulang.
“Oh ya mbak
ini siapanya Dewa jika saya boleh tahu?” tanya guru itu.
“Ehm... Saya
kakaknya Dewa.”
“Benarkah?
Bukannya Dewa anak tunggal?”
“Eh... Saya
hanya kakak sepupunya saja. Orang tua Dewa sedang sibuk dan saya disuruh untuk
mewakilkan.”
“Oh begitu.”
Setelah itu
Nona berpamitan untuk keluar setelah menerima rapot dan ijazah milik Dewa. Bara
lalu mengkode untuk menunggunya di kantin, Nona menganggukkan kepala. Nona
keluar dari kelas dan mencari keberadaan Dewa. Dewa juga saat itu keluar dari
perpustakaan.
“Dewa, sudah
mengembalikan buku?” tanya Nona.
“Sudah
sayang.”
Nona lalu
mengajak Dewa ke kantin untuk menunggu Bara. Ternyata di kantin ada banyak
teman-teman Dewa termasuk Jojo. Dewa menggigit bibirnya dan lidahnya langsung
kelu karena pasti Jojo akan melontarkan banyak pertanyaan.
“Dewa, sini!”
Jojo menyuruh Dewa untuk bergabung untuk duduk bersamanya yang sedang
sendirian.
“Dewa, jika
kau tidak yakin aku bisa menunggu dimobil saja,” ucap Nona.
Dewa
menggelengkan kepala, dia langsung menggandeng Nona untuk menghampiri Jojo.
Jojo mengernyitkan dahi saat melihat mereka bergandengan tangan. Dewa menarik
kursi untuk Nona dan mempersilahkannya untuk duduk. Jojo memandang Nona tanpa
berkedip, Dewa langsung menepuk mata Jojo.
Plaaaak....
“Jangan
memandangi istriku dengan segitunya!” ucap Dewa sambil duduk disamping Nona.
Nona dan
Jojo terkejut mendengar pengakuan dari Dewa.
“Istri?”
tanya Jojo.
“Perkenalkan
dia Nuna atau biasa dipanggil Nona, dia istriku,” ucap Dewa.
Ku pikir Dewa akan menyembunyikan
fakta jika aku istrinya tetapi dia malah membongkarnya sendiri. Aku sangat
salut dengan Dewa yang tidak gengsi.
“Kau
menghamilinya?” tanya Jojo.
“Tidak,”
jawab Nona dan Dewa secara bersamaan.
Jojo
langsung tertawa mendengarnya.
“Intinya
kami menikah bukan karena Nona hamil. Jangan menganggap pernikahan kami seperti
itu!” ucap Dewa.
Jojo masih
tidak mempercayai ucapan Dewa. Dewa si primadona sekolah mendadak menikah
dengan wanita blasteran yang sangat cantik ini.
“Jadi ini
sebabnya kau putus dengan Sarah?”
“Bukan, aku
putus dengan Sarah sebelum kami menikah,” jawab Dewa.
Jojo
menggigit jemarinya, entah dia harus senang atau justru kecewa ini semua
membuatnya bingung karena Dewa tidak mengabari jika dirinya menikah. Dewa
meminta maaf karena ini adalah pernikahan dadakan bahkan sampai saat ini hanya
Jojo yang tau pernikahan mereka dan teman-teman lainnya belum mengetahuinya.