NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan

Sinar matahari pagi menembus lembut sela tirai, menyentuh wajah Valencia yang masih tertidur di teras kamar. Udara pagi terasa hangat, membawa aroma embun yang menenangkan. Perlahan, kelopak matanya bergerak, membuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya pandangannya fokus pada sesuatu yang begitu dekat—wajah Om Evan.

Lelaki itu tertidur pulas, wajahnya tampak tenang dengan napas teratur, sementara satu lengannya masih melingkari pinggang Valencia, membuatnya terperangkap dalam pelukan hangat itu. Seketika, jantung Valencia berdegup kencang. Ia tidak segera bergerak, hanya menatap Evan dengan tatapan campur aduk—antara kagum dan bingung.

Valencia memandangi wajah Evan lebih lama. Garis rahangnya tegas, matanya teduh meski tertutup, dan senyum tipis di bibirnya nampak menenangkan. Dalam hati, Valencia bertanya-tanya dengan ketampanan dan wibawa seperti ini, bagaimana mungkin Evan belum menikah? Rasanya sulit percaya kalau tidak ada satu pun wanita yang jatuh hati padanya. "Tampan..." gumamnya tanpa sadar.

"Iya, Om tahu itu."

Suara itu membuat Valencia refleks membeku. Matanya membulat, lalu buru-buru menunduk dengan wajah yang sudah memerah.

"Ih, Om!" serunya pelan, mencoba menutupi rasa malunya.

Evan hanya tertawa kecil, menatap Valencia dengan pandangan geli sebelum akhirnya menarik tubuh gadis itu lebih dekat ke pelukannya.

"Om nggak kerja?" tanya Valencia gugup, berusaha mengalihkan suasana sambil menatap dada Evan yang terasa hangat.

"Om yang punya perusahaan, kamu lupa?" jawab Evan santai tanpa membuka mata. "Om istirahat dulu. Sekali-kali nggak apa-apa, kan?"

Valencia memutar bola matanya. Ia tahu Evan benar, tetapi tetap saja rasanya canggung berada dalam posisi seperti ini.

“Om bisa lepas pelukannya nggak?” tanyanya pelan, mencoba menghindar.

“Nggak,” jawab Evan santai dengan nada menggoda. “Tadi malam kamu yang seenaknya meluk Om sampai Om gak bisa gerak. Sekarang gantian, biar kamu ngerasain rasanya dipeluk tanpa bisa kabur.”

Valencia mendesah. “Tapi Om…”

“Gak ada tapi-tapian. Sepuluh menit aja,” ucap Evan sedikit tegas tapi tetap lembut.

Valencia akhirnya menyerah. “Baiklah, sepuluh menit aja ya,” ucapnya dengan bibir cemberut.

Evan tersenyum kecil. Ia tahu gadis itu kesal tapi tidak benar-benar marah.

Suasana jadi hening sejenak, hanya suara burung di luar dan hembusan angin yang menemani mereka. Lalu tiba-tiba Valencia bertanya dengan nada penasaran, “Om… kenapa Om belum nikah?”

Evan membuka matanya perlahan, menatap langit-langit teras sejenak sebelum menjawab, “Belum dapet yang pas.”

Valencia mengernyit. “Emang tipe Om gimana sih? Ingat ya, umur Om udah matang. Harusnya udah punya istri. Coba kalau Om nikah dari dulu, pasti sekarang udah punya anak.”

Evan menoleh sekilas dan tersenyum tipis. "El… jangan bahas nikah.”

Nada suaranya datar, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya. Valencia menatapnya lama, lalu terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana. Ia mengeratkan pelukannya dan menempelkan kepalanya di dada Evan.

“Om… makasih ya. Udah dukung El terus sampai sekarang,” ucapnya lirih. “El nggak tahu deh, kalau Om nggak ada, mungkin El udah nyerah dari dulu.”

Evan terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat tangannya, mengelus rambut Valencia perlahan. Sentuhannya lembut, menenangkan. “Om akan selalu ada buat kamu, El. Selalu,” bisiknya.

Valencia tersenyum kecil, tapi matanya mulai terasa panas. Ada rasa hangat yang tak bisa ia jelaskan di dadanya.

Evan menatapnya sejenak, lalu dengan gerakan lembut menunduk dan mengecup singkat kening Valencia.

Valencia memejamkan mata, membiarkan detik itu terhenti sejenak. Hatinya bergetar, tapi entah kenapa… terasa damai.

Pagi itu, di bawah cahaya matahari yang mulai menghangat, keduanya diam dalam pelukan yang terlalu sulit dilepaskan—antara kasih sayang dan rasa yang mulai tumbuh tanpa mereka sadari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!