Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Makhluk bodoh
"Hah... Hah... Demi langit, cepat kau turun dari punggungku, Ling Ye! Kita sudah sampai di tepian danau!" Xiao Chen terengah-engah, suaranya nyaris habis. Kulitnya memerah, dan seluruh tubuhnya terasa remuk setelah menanggung beban Ling Ye yang abnormal sepanjang perjalanan.
"Oh, sudah sampai ternyata. Ya sudah, aku turun," jawab Ling Ye dengan nada santai. Ia melompat turun. Anehnya, meskipun sudah menuruni punggung Xiao Chen, tangan Ling Ye tak pernah berhenti mengunyah sisa-sisa bakpao terakhirnya.
Saat beban itu terlepas, Xiao Chen tak sanggup lagi berdiri. Tubuhnya langsung ambruk di atas rerumputan hijau. Kakinya bergetar hebat—sebuah reaksi otot yang dipaksa bekerja melampaui batas. Ia berbaring telentang, dadanya naik-turun tak beraturan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang.
Ling Ye hanya menatap sahabatnya yang tak berdaya itu tanpa sedikit pun rasa bersalah. Ia sudah terbiasa melihat pemandangan ini; itu adalah konsekuensi kekalahan Xiao Chen.
Ling Ye melangkah maju. Danau di hadapan mereka terhampar luas, airnya tampak sebening kristal dan memantulkan birunya langit. Pemandangan itu seharusnya indah, namun ada yang janggal.
"Danau ini luas sekali... Tapi, ada yang aneh di sini, Xiao Chen. Kau merasakannya tidak?" Ling Ye berbisik, nadanya berubah menjadi sedikit tegang sambil menyapukan pandangan ke sekeliling.
"Apa maksudmu, Ling Ye? Aneh apanya?" balas Xiao Chen, suaranya terputus-putus karena kelelahan. Ia masih enggan mengangkat kepala, fokus pada upaya menstabilkan napas dan Qi-nya.
Ling Ye melirik ke sekeliling tepian danau. "Entahlah. Tapi intuisi-ku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres di sini. Aneh sekali, mustahil danau yang terkenal dengan ikan melimpah ini tak memiliki satu pun pemancing!"
Mendengar hal itu, Xiao Chen perlahan mengangkat kepalanya. Ia menyipitkan mata ke arah permukaan danau yang terlihat sangat tenang, seolah cermin raksasa.
"Hmm, sepertinya ucapanmu ada benarnya, Ling Ye. Kenapa air di sini terlihat begitu sunyi dan mati? Tidak ada riak ombak sedikit pun," ujar Xiao Chen, merasakan gelombang keanehan yang dingin.
Ling Ye mengangguk, keyakinannya semakin kuat. Tiba-tiba, ia menunjuk ke satu titik di tengah danau dengan jari gembulnya.
"Lihat itu, Xiao Chen! Ada sepasang tangan di sana!"
Tangan itu muncul dari kedalaman, seolah milik seseorang yang sedang tenggelam dan berusaha meraih permukaan.
"Mana?" Xiao Chen segera bangkit berdiri, rasa penasaran mengalahkan rasa lelahnya. Ia maju dan berdiri tepat di sebelah Ling Ye. "Oh, itu! Tunggu... bentuk tangannya ganjil, Ling Ye."
Xiao Chen memfokuskan Qi pada matanya, mempertajam penglihatannya. Sementara itu, Ling Ye hanya terdiam mengamati, mulutnya masih sibuk mengunyah Bakpao yang ia simpan.
"Ganjil apanya? Apa kau melihat sesuatu yang aneh, Xiao Chen?" tanya Ling Ye.
"Ya! Aku merasa tangan itu bukanlah tangan manusia!"
Ling Ye mengerutkan kening, bingung dengan asumsi sahabatnya. "Bukan tangan manusia?" Ia melihat Xiao Chen berjongkok dan mengambil sebuah batu sebesar kepalan tangan.
"Apa yang akan kau lakukan, Xiao Chen?" Ling Ye tidak mengerti maksud Xiao Chen.
"Kau lihat saja, Ling Ye," balas Xiao Chen sambil menyuruh sahabatnya untuk tetap memperhatikan.
Xiao Chen kemudian mengalirkan untaian energi Qi ke dalam batu di tangannya. Batu itu seketika diselimuti aura cahaya biru pucat—tanda energi yang terpusat.
Dengan segenap kekuatan, Xiao Chen melemparkan proyektil batu yang terlapisi Qi itu ke arah sepasang tangan aneh tersebut.
BYURRR!
Batu itu menghantam air dengan dentuman keras, mengenai area sekitar tangan aneh itu. Tiba-tiba, air di sekitarnya menyembur tinggi dan beriak hebat akibat pergerakan sesuatu yang sangat besar di bawah permukaan!
"Apa itu, Xiao Chen?! Sepertinya itu memang bukan manusia!" Ling Ye terkejut melihat turbulensi air yang luar biasa.
"Sepertinya itu Makhluk Spiritual, Ling Ye!" asumsi Xiao Chen segera terbentuk. Makhluk Spiritual adalah entitas yang mampu memanfaatkan energi Qi, memiliki tingkat kultivasi yang setara dengan para kultivator.
"Mundur, Ling Ye! Dia menuju ke sini!" Xiao Chen menyadari bahwa Makhluk Spiritual itu telah murka dan kini melesat menuju tepi danau, berniat menyerang.
Ling Ye tanpa basa-basi patuh dan segera bersembunyi di balik pohon berukuran raksasa, matanya terus mengawasi Xiao Chen dari kejauhan.
Xiao Chen mencabut pedang kayunya dari pinggang. Ia berdiri di tepi danau, siap menghadapi makhluk itu.
"Maju kau, Makhluk Bodoh! Mari kita lihat seberapa kuat level Pemurnian Qi-mu!" tantangnya dengan seringai.
Sebuah makhluk yang bentuknya mirip buaya raksasa dengan sisik hitam pekat melompat keluar dari air. Mulutnya terbuka lebar, memperlihatkan gerigi tajam yang mampu mengoyak baja. Makhluk Spiritual itu melesat maju, hendak menerkam mangsanya.
Xiao Chen tersenyum penuh percaya diri. Alih-alih menghindar, ia justru melompat, dan dengan ketangkasan luar biasa, ia menginjak keras kepala makhluk spiritual itu!
"Kau terlalu lambat!"
Mendengar ucapan meremehkan Xiao Chen, makhluk itu semakin mengamuk dan menyerang dengan gerakan yang brutal dan tak terkendali.
Xiao Chen menghindari setiap serangan buas itu seolah sedang bermain-main dengan seekor hewan peliharaan yang nakal. Setiap gerakan kakinya sangat presisi dan anggun. Ia melayang-layang di udara dan di darat, menciptakan ilusi seolah sedang menari indah di tengah bahaya.
"Dia semakin hebat saja," puji Ling Ye dari balik pohon, sambil terus mengunyah bekal Bakpaonya yang tersisa. Ia sama sekali tidak menunjukkan kepanikan atau ketakutan akan keselamatan sahabatnya.
Ling Ye yakin penuh bahwa Xiao Chen akan mengakhiri pertarungan ini dengan mudah.
"Kau tidak mungkin bisa mengalahkan seorang jenius sepertiku, hahaha!" Ejekan dan kesombongan Xiao Chen muncul kembali, ia benar-benar menikmati momen mengejek Makhluk Spiritual itu.
Makhluk itu mulai menggunakan cakar tajamnya yang berlapis Qi untuk menyerang. Sayangnya, setiap cakaran selalu meleset dari sasaran, hanya mencabik udara.
"Kau menyerang apa, Bodoh?" Xiao Chen menjulurkan lidahnya dan menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan yang menyebalkan, memancing kemarahan lawan.
Ling Ye yang melihat Xiao Chen masih saja bermain-main mulai tak sabar. "Hei, Xiao Chen! Cepat selesaikan sandiwara ini! Aku tidak sabar ingin mencicipi daging Makhluk Spiritual yang katanya nikmat!" teriaknya.
Xiao Chen menoleh sekilas dan tersenyum getir. "Ada-ada saja kau ini, Ling Ye. Tapi kau benar. Aku juga penasaran dengan rasa daging Makhluk Spiritual."
Xiao Chen menarik pedang kayunya ke belakang punggung dan memejamkan mata sejenak, mengumpulkan konsentrasi. Tiba-tiba, dengan kecepatan kilat yang melampaui batas pandangan mata, ia melancarkan seribu tebasan yang seolah hanya terlihat sebagai beberapa kilasan cahaya.
Xiao Chen mendarat dengan elegan di belakang Makhluk Spiritual itu dan kembali menyarungkan pedang kayunya di pinggang.
"Sudah selesai, Ling Ye. Ayo, kita makan lagi!" seru Xiao Chen.
Ling Ye langsung berlari mendekat dengan wajah berseri-seri penuh kebahagiaan.
Di belakang Xiao Chen, tanpa suara, tubuh Makhluk Spiritual raksasa itu perlahan terbelah menjadi potongan-potongan kecil yang teratur dan sempurna, siap untuk diolah menjadi hidangan.
makanya pembaca langsun hiatus