NovelToon NovelToon
Beautifully Painful

Beautifully Painful

Status: tamat
Genre:Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:24.9M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

SUDAH TERBIT CETAK

Cinta bertepuk sebelah tangan Anja mempertemukannya dengan Cakra, siswa paling berandal di sekolah.

Hati yang terluka bertemu dengan apatis masa depan akhirnya berujung pada satu kesalahan besar.

Namun masalah sesungguhnya bukanlah hamil di usia 18 tahun. Tetapi kenyataan bahwa Cakra adalah anak panglima gerakan separatis bersenjata yang hampir membuat papa Anja terbunuh dalam operasi penumpasan gabungan ABRI/Polri belasan tahun silam.

Beautifully Painful.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Cinta Selalu Ada (4)

Anja

Ia menggerutu panjang pendek di belakang punggung Cakra yang kini sedang membayar minuman pilihan mereka kepada pemilik kios. Ia memilih air mineral, sementara Cakra minuman isotonik.

Dasar cowok! Kalau diajak ngomong serius pasti langsung ngeles kayak bajaj! Huh! gerutunya sambil mencibiri punggung Cakra yang sedang menunggu uang kembalian.

"Sampai mana tadi?" tanya Cakra setelah menghabiskan setengah botol minuman isotonik.

"Tahu!" sungutnya sambil mengendikkan bahu karena merasa kesal.

Membuat Cakra tertawa, "Dooh, gitu aja ngambek..."

"Tahu ah!" ia kembali bersungut-sungut sambil mengendikkan bahu.

"Gue barusan haus beneran sumpah," Cakra terkekeh sambil menatapnya. "Ngobrol sedalem ini sama lo, bikin gue langsung kehausan tahu nggak sih?"

Namun ia tetap mengendikkan bahu tak percaya.

"Eh, lihat, ada kue cucur," tiba-tiba Cakra mengalihkan topik pembicaraan sambil mengarahkan telunjuk ke penjual jajanan yang berada sekitar lima meter di depan mereka.

"Kamu suka kue cucur nggak?"

Cakra mendadak memanggil kamu padanya, bukan elo seperti biasa.

"Oh, bukan, kamu pernah makan kue cucur nggak?"

Namun lagi-lagi Cakra menggeleng, "Pertanyaan yang salah. Harusnya, kamu tahu kue cucur nggak?"

Membuatnya -lagi dan lagi- memukul lengan Cakra sekeras mungkin. Membuat Cakra terkekeh-kekeh dengan puasnya.

"Waduh, Mpok Buni ternyata?" ujar Cakra antusias begitu mereka berdiri tepat di depan penjual kue-kue tradisional tersebut.

"Ealah, Agam?" penjual kue-kue tradisional yang dipanggil oleh Cakra dengan sebutan Mpok Buni itu terkekeh senang.

"Apa kabar, Gam? Mamak sama Pocut sehat?"

"Alhamdulillah sehat, Mpok," jawab Cakra sambil tersenyum dan jongkok di depan tungku arang Mpok Buni. Memperhatikan bagaimana cara Mpok Buni membuat kue cucur. Begitu juga dirinya.

"Kirain masih di Kebayoran," komentar Cakra sembari mengambil sebuah kue cucur yang telah matang dan langsung memakannya.

"Kebayoran itu tempat anak mantu aye, si Dais. Baru punya bayi kemaren. Jadi aye nginep dah disono dua bulan an ada kali. Ngurusin anaknya si Dais. Pan mereka dua-duanya gawe gak ada yang di rumah kalau siang."

"Mm, pantesan nggak pernah kelihatan di Pasar," ujar Cakra yang telah menghabiskan kue cucur pertamanya. Dan kini terlihat sedang mengincar kue yang lain.

"Ini juga baru, Gam," lanjut Mpok Buni lagi. "Baru ngegelar lapak lagi hari ini."

"Wah, rezeki kita nih," seloroh Cakra sambil menggosok-gosokkan kedua tangan tanda sangat antusias.

"Kamu mau kue apa?" Cakra beralih kearahnya. "Cucur? Carabikang? Pukis?" sambil menunjuk deretan kue yang masih mengepulkan asap menerbitkan air liur.

"Sapa Gam? Gandengan baru?" seloroh Mpok Buni sambil tersenyum kearahnya.

"Pinter lu nyari cewek," lanjut Mpok Buni sambil mengacungkan jempol.

"Bening banget," kali ini sambil setengah berbisik ke telinga Cakra, namun masih bisa didengar olehnya dengan baik. Ish!

Cakra sontak tergelak sambil mengerling kearahnya. Namun ia balas dengan pelototan dan cibiran meski tanpa suara.

"Mau apa Neng?" tawar Mpok Buni kearahnya. "Buat kedemenannya si Agam, aye kasih gratis dah. Pilih aje yang disuka. Nggak usah bayar."

"Wah, ya jangan Mpok," tolak Cakra halus. "Kita kan kesini mau jajan, bukan mau dapat gratisan."

"Udah, nggak usah dengerin si Agam," tukas Mpok Buni sambil mengangsurkan sebuah kotak Snack berwarna putih kearahnya. "Pilih yang Neng suka."

"Si Agam sih dari dulu emang nggak pernah mau kalau dikasih gratis," cibir Mpok Buni kearah Cakra yang kini sedang mengu lum senyum.

"Ini aye kasih spesial buat Neng," lanjut Mpok Buni sembari memintanya untuk segera memilih kue yang diinginkan.

Ia sempat melirik kearah Cakra untuk meminta persetujuan, yang dibalas dengan anggukan mengiyakan. Menggerakkan tangannya untuk memilih kue cucur dan carabikang masing-masing dua buah.

"Itu buat kamu sendiri atau kita berdua?" tanya Cakra demi melihat isi kotaknya.

"Berdua boleh."

"Kalau gitu tambah satu lagi," sambung Cakra sembari mengambil sebuah kue cucur dan sebuah carabikang lagi. "Nah, pas."

Kemudian Cakra menyimpan selembar uang kertas yang ia lihat berwarna biru ke bawah daun pisang yang menjadi alas kue-kue yang baru matang.

"Apaan Gam?!" tolak Mpok Buni sambil mengkerut. "Kan aye bilang gratis."

"Ini bukan buat beli kue Mpok," jawab Cakra sambil tersenyum. "Ini buat cucu Mpok yang baru lahir. Dari itu tuh," tunjuk Cakra padanya sambil masih tersenyum.

Ia mengernyit heran namun dari isyarat mata, Cakra memintanya untuk setuju saja.

"Iya Mpok, buat jajan cucu ya Mpok," ujarnya sambil masih saling memandang dengan Cakra. Yang langsung memberinya acungan jempol.

"Aduh, makasih, Gam. Makasih Neng," meski mengucapkan terimakasih, namun Mpok Buni masih memberi tatapan tak setuju kepada mereka berdua.

"Ini Mpok kasih bonus," Mpok Buni pun memutuskan untuk memasukkan masing-masing dua buah kue cucur, carabikang, dan pukis ke dalam kotaknya.

"Wah, udah Mpok, jangan kebanyakan," cegah Cakra ketika Mpok Buni bermaksud menambah lagi isi kotaknya dengan kue cucur.

"Udah cukup," ulang Cakra. "Ini banyak banget malah. Makasih Mpok."

"Makasih banyak Mpok," ia tersenyum mengangguk sebelum mereka berdua pergi meninggalkan lapak Mpok Buni.

"Iye...iye...kalian bedua langgeng-langgeng ye. Udah cocok banget dah," ujar Mpok Buni sambil mengacungkan jempol dan tersenyum lebar.

Membuat Cakra tak berhenti tertawa meski mereka telah lumayan jauh beranjak dari lapak Mpok Buni.

"Ada yang lucu gitu?!" sungutnya sebal.

Cakra menggeleng sambil terus tertawa, "Yang pasti sih, duit yang tadi gue simpan di Mpok Buni, kita bagi dua."

"Hah?! Apa tuh maksudnya?!"

"Fifty-fifty, lo utang ke gue dua puluh lima ribu," jawab Cakra sambil menengadahkan tangan seperti orang sedang meminta-minta padanya. Kembali ber elo-gue dengannya.

Membuatnya spontan menepuk tangan Cakra yang tengadah dengan sebal, "Dasar pelit!"

"Itu duit gue buat naik ojek dari rumah lo, habis ngantar lo pulang," jawab Cakra sambil terus menengadahkan tangan padanya.

"Siapa juga mau pulang ke rumah?!" decihnya sebal.

"Elo lah," Cakra mengkerut tak kalah sebal.

Namun ia hanya terdiam.

"Jangan mempermainkan gue, Ja," Cakra semakin mengkerut. "Habis dari sini kita ke hotel ambil barang-barang lo, terus langsung gue antar pulang ke rumah."

"Ogah!" jawabnya sambil berjalan mendahului Cakra.

"Anja?"

"Gue mau pulang ke rumah....tapi bukan sekarang."

Cakra melotot.

"Besok pagi gue pulang ke rumah," ujarnya sungguh-sungguh. "Nggak perlu diantarin, ada matahari ini. Jadi lo nggak usah bolak balik cuma buat nganterin gue doang."

"Anja?" Cakra memegang kedua bahunya sambil menatap matanya dalam-dalam.

"No debat," ia menggeleng sambil mendelik marah.

"Orang-orang rumah lo pasti nyariin lo."

Ia menggeleng, "Gue udah pamit sama Bi Enok sama Mang Jaja mau tidur di rumah sakit."

"Tapi buktinya elo nggak tidur di rumah sakit kan?!"

"Ih!" ia berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Cakra. Namun Cakra tak bergeming, justru semakin erat mencengkeram bahunya.

"Mama masih sibuk ngurusin Papa. Mama pikir aku pasti ada di rumah!" gerutunya kesal.

"Tapi pada kenyataannya, elo nggak ada di rumah, nggak ada di rumah sakit."

"Terus kenapa?! Masalah buat lo?!'

"Orang rumah pasti udah kelimpungan nyariin elo, Ja!" Cakra menatapnya sungguh-sungguh. "Kakak lo bakal nyariin elo!"

"Kakak gue nggak di sini."

"Siapa bilang?"

"Gue lah!" semburnya kesal. "Mas Tama di Surabaya, Mas Sada udah pulang ke Jogja malam itu juga! Nggak ada yang bakalan nyariin gue! Puas?!?"

Cakra akhirnya bersedia melepaskan rengkuhan di kedua bahunya, namun sambil menghela napas panjang.

"Gue pasti pulang ke rumah....tapi besok, bukan sekarang," lanjutnya lagi sambil merengut.

"Sekarang gue pingin menikmati malam terakhir buat senang-senang, sebelum besok....gue pulang ke rumah....terus semua orang mulai tahu keadaan gue....," air mata mulai menggenangi pelupuk matanya.

Dan entah siapa yang memulai, tiba-tiba Cakra telah meraih kepalanya hingga ia bisa menenggelamkan diri dalam-dalam di dada hangat milik Cakra.

"Sshhh....it's okay....kita bisa....."

Bisikan Cakra sontak membuat tangisnya pecah saat itu juga. Namun ia harus bisa menahan diri dengan menggigit bibir kuat-kuat agar isakan yang keluar tak terlalu kencang karena khawatir bisa menarik perhatian orang lain yang kebetulan lewat. Yeah, terrible times, karena sekarang Cakra sedang merengkuhnya di pinggir jalan di tengah keramaian yang dipenuhi oleh lalu lalang orang.

Perlahan tangisnya mulai mereda, dengan Cakra yang berusaha menyusut sudut matanya dengan menggunakan ujung jempol.

"Kita pasti bisa," bisik Cakra sambil terus menyusut sudut matanya. "Kita lalui ini sama sama...."

Yang hanya bisa ia jawab dengan anggukan lemah.

"Jangan nangis dong," bibir Cakra mulai menyunggingkan seulas senyum. "Dokter gigi masa nangis sih."

"Emang kenapa kalau nangis??" salaknya sebal. "Dokter gigi juga manusia! Manusia pasti bisa nangis, emangnya robot nggak bisa nangis! Dan gue sekarang belum jadi dokter gigi!!"

Cakra tertawa sambil menyentil ujung hidungnya, "Here we go again....Anjani yang galak dan...."

"Ape lo?!" salaknya sengit sambil melepaskan diri dari hadapan Cakra untuk kemudian melangkah pergi terlebih dahulu.

"Mana nih yang katanya guide teladan, cuma segini doang Pasar Malem?!" sambil berjalan menghentakkan kaki ia pura-pura mencibir untuk mengalihkan sesak di dada agar tak berujung menjadi tangis kesedihan lagi.

Cibirannya sontak membuat Cakra tertawa lalu berlari mengejar dirinya, "Kamu pasti udah lapar. Jadi, sekarang aku bakal ajak kamu makan baso paling ueeenak disini," ujar Cakra sambil merengkuh bahunya.

Entah sudah berapa kali peralihan cara memanggil Cakra padanya berubah dalam waktu singkat. Dari elo, kamu, elo lagi, dan sekarang kembali ber aku-kamu. Hmm.

"Kamu hobbynya makan baso kan?" lanjut Cakra dengan penuh percaya diri.

"Darimana lo tahu gue suka makan baso?!" cibirnya -pura-pura- tak percaya sambil berusaha melepaskan diri dari rengkuhan tangan Cakra yang hangat dan menentramkan. Oh, please Anja.

"Kalau ke kantin sekolah, kamu seringnya pesan baso kaaan?" kerling Cakra sambil mempermainkan alisnya naik turun.

"Idih, lo nyetalkingin gue?!" ia mendelik kesal.

Namun Cakra hanya terkekeh sambil merangkum bahunya untuk memasuki sebuah tenda yang berada tepat di bawah pohon beringin besar persis di samping tanggul. Dengan gerobak warna biru muda bertuliskan Baso dan Mie Ayam Tanggul Mas Warno asli Wonogiri.

"Baso Mas!" ujar Cakra begitu memasuki tenda. Yang ternyata malam ini lumayan ramai dipenuhi oleh pembeli. Hanya tersisa untuk dua orang di meja paling ujung.

"Disana nggak papa?" Cakra sempat meminta pendapatnya, namun ia sudah keburu menghampiri meja paling ujung yang kosong tersebut.

"Hati-hati, Gam, barusan ada gelas pecah disana," dengan logat medok yang khas, seseorang yang bertugas melayani pembeli mencoba memperingatkan.

Namun terlambat, karena ia keburu meletakkan tangan kiri diatas meja sebagai tumpuan ketika hendak duduk di bangku yang sempit.

"Aww," desisnya spontan ketika telapak tangan yang awalnya terasa seperti digigit semut, sedetik kemudian berubah menjadi pedih dan sakit.

"Kenapa?" tanya Cakra dengan wajah cemas demi melihatnya meringis. Dan bertambah cemas saat melihat telapak tangan kiri tepat di bawah jari kelingkingnya terluka, dan kini telah mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

Dengan sigap Cakra langsung meraih tangan kirinya dan memeriksa luka yang kini justru semakin banyak mengeluarkan darah.

"Kenapa Gam?" tanya orang yang tadi memperingatkan sambil meletakkan dua gelas teh tawar hangat di hadapan mereka.

"Walah, kena beling to? Iya?!" tanya orang itu lagi sambil berusaha memeriksa sekitaran meja di hadapan mereka untuk meneliti jikalau ada pecahan beling yang masih tertinggal.

"Lho kowe piye to mberesi tapi ra tuntas (lho kamu bagaimana sih membereskan tapi tidak tuntas)," gerutu penjual baso yang sedang meracik pesanan pembeli.

"Yo malah keno wong ngene ki (malah kena orang begini). Maaf ya, Gam," ujar penjual baso lagi yang sepertinya telah mengenal Cakra dengan baik.

"Iku lho ono betadine ning mburi (itu lho ada betadine di belakang). Jupuken (ambilkan)," perintah penjual baso kepada orang yang melayani pembeli, yang masih berusaha membersihkan meja di hadapan mereka dengan mengelapnya.

"Tapi ra ono plester e (tapi nggak ada plesternya), tuku sik rono nggone Bang Ahmad (beli dulu sana di tempatnya Bang Ahmad). Sisan nggo piranti (sekalian buat lain waktu)."

"Iyo sek (iya sebentar)," jawab orang tersebut sambil beralih kearah Cakra, "Sori yo Gam, ga ketok e mau (tadi nggak kelihatan)," sambil berlalu membawa lap kotor bekas membersihkan meja mereka.

Namun Cakra tak menjawab, karena sedang konsentrasi mengambil pecahan beling yang menancap di telapak tangannya. Setelah berhasil, Cakra menyimpan pecahan beling yang lumayan besar itu ke dalam asbak yang berada di atas meja mereka.

Kemudian Cakra mengambil botol air mineral miliknya yang tinggal tersisa setengah, lalu mengucurkannya keatas telapak tangannya untuk membersihkan luka. Setelah darah sedikit berkurang, namun masih ada yang tetap keluar dari luka yang menganga, dengan tanpa ragu Cakra menyesap luka dengan menggunakan mulut.

Membuatnya terkesiap karena sentuhan bibir hangat Cakra di atas telapak tangannya sontak membuat tubuhnya seperti disengat arus listrik bertegangan tinggi.

3 detik, 10 detik, 15 detik.

Cakra masih saja menyesap lukanya dengan tanpa risih sedikitpun. Namun justru ia yang mulai merasa risih. Karena sebagian besar pembeli di meja lain kini sedang memperhatikan tingkah Cakra sambil saling berbisik-bisik.

"Iki kapuk (ini kapas), betadine, plester," ujar orang yang tadi memperingatkan mereka sambil meletakkan barang-barang yang jelas sangat dibutuhkannya saat ini.

"Makasih Mas," jawab Cakra sambil terus menyesap lukanya.

"Nek bersih-bersih iku sing temen no (kalau bersih-bersih itu yang sungguh-sungguh). Ngene ki sing keno yo wong liyo (Kalau begini yang kena -terluka- jadi orang lain)," sungut penjual baso yang sepertinya tak puas dengan cara kerja stafnya.

"Yo jenenge ra ketok piye meneh (namanya juga nggak kelihatan. Mau gimana lagi). Mbengi je peteng (malam-malam gelap)," jawab orang yang tadi memperingatkan mereka sambil terus melakukan tugasnya melayani pembeli.

Setelah yakin lukanya tak lagi mengeluarkan darah, dengan penuh kehati-hatian Cakra mulai membersihkan daerah sekitar lukanya dengan kapas yang telah dibasahi air mineral.

Kemudian mengeringkannya menggunakan tisu yang tersedia di meja. Barulah Cakra mengoleskan betadine ke atas lukanya.

Ia sempat meringis karena rasa pedih yang menyengat ketika cairan betadine menyentuh lukanya.

"Sakit ya?" tanya Cakra sambil meniup-niup telapak tangannya agar betadine yang baru saja dioles cepat mengering.

Ia menggeleng ketika Cakra masih terus meniup-niup telapak tangannya dengan perlahan.

Beberapa menit kemudian, setelah betadine mengering, Cakra mulai merekatkan plester untuk menutupi lukanya.

"Makasih," ujarnya sambil tersipu campur mengkerut karena malu, begitu Cakra menyelesaikan tugas mengobati lukanya dengan amat sangat baik. Sem pur na.

Cakra hanya tersenyum samar sambil berteriak lantang, "Baso dua Mas."

Kemudian beralih padanya, "Kamu mau baso urat, cincang, apa isi telor?"

Ia masih tersenyum sambil mengangkat bahu have no idea, "Sama aja kayak pesenan kamu."

Oh yeah, dalam sekejap sebutan elo berubah menjadi kamu.

Be careful Anja!

"Pakai mie kuning atau bihun? Sayur?" tanya Cakra lagi.

"Mm...bihun aja."

Cakra mengangguk, kemudian kembali berteriak lantang, "Baso urat dua Mas, yang satu biasa, yang satu bihun doang."

"Siap, Gam!" jawab penjual baso sigap.

"Disini nih tempat makan baso paling enak se Basmol (nama jalan). Baso dan Mie Ayam Tanggul Mas Warno asli Wonogiri," ujar Cakra seolah sedang membaca sebuah baliho besar yang mentereng.

"Kamu boleh nambah kalau kurang," seloroh Cakra sambil mengerling. "Aku traktir makan sepuasnya."

1
Yuliaya
suatu hari nanti, Aran akan tahu jika ada perbedaan dengan saudara-saudaranya... semoga kamu berlapang hati ya Nak, dan adik-adiknya juga berlapang hati.
Matahari
🤣🤣🤣🤣🤣
Nuy Nerazzurri Masihsetia
samaan 4 Juli😍😍😍
Azka Alfadilla
entah yg ke berapa kali baca ini,. tolong dong,rekomendasi bacaan lain yg mrnarik apa?
mrs.andriIndra
Mengkerut krna neng anja seumur umur gak pernah mikirin harga wahai abang cakra tersyang🤗
mrs.andriIndra
senang krna bisa ngobrol,setelah bertahun tahun cuma bisa merhatiin anja dlm diam dan bentangan jarak yg berasa jauuuuuuuhhhhh banget ya cak🥰
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘMarwah
🥰🥰🥰
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘMarwah
cabar cakra
Devi Safitri
kog sebel SMA si anjay ini 😒
mrs.andriIndra
baca ulang ttp deg²an😁
mas sadaaaa,anja nakal nih mancing² buat adegan punggung seputih susu part 2😂
mrs.andriIndra
pas cakra-anja nikah ulang dirimu ketemu ka'pocut lgsg SKSD wahai mas tama😜😂
mrs.andriIndra
teh daraaaa,nih mas sada hoyong d takol😂
mrs.andriIndra
apalagi klw udah ketemu ka pocut lbh manis lg mas tama,biar dikasih restu😅
mrs.andriIndra
pasangam klop,cakra yg tenang ketemu anja yg sumbu pendek😁
mrs.andriIndra
ini yg kesekian x,tp nyeseknya msh sama.biar dipa puas meluk tp neng aja ttp milikmu ya cak😍
Kinara (Hiatus)
20 Agustus 2025
Sweet Girl
Adoh adoh... wes pakar ternyata.
Sweet Girl
Cakra, berarti kamu udah perna ngelakuin atau malah sering ya...???
Sweet Girl
Lu senyum senyum Cakra... Anja mewek...
Sweet Girl
Kao sempat melupakan kejadian semalam Cakra...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!