NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 27

Chapter 27

Masa Kini

POV – Kairav Arumbay

“Nama?” Si janggut memainkan janggutnya di depanku. Sementara Si perut gemuk meniup rokok dan menghembuskan napasnya di depan mukaku.

Manusia sialan!

Omar menekan lenganku. Lagi-lagi dia orang paling bisa menjaga emosi di situasi paling sulit. Pria yang terlalu lembut seperti dia bisa-bisanya aku pertahankan.

Urusan dengannya akan aku selesaikan setelah berhasil menyelamatkan Islana.

Istriku. Aku rindu dengan wangi rambutnya. Rindu dengan senyumannya yang polos. Aku bisa gila kalau lebih lama lagi tanpanya.

“Nama saya Omar Arumbay dan dia Kairav Arumbay.” Omar menjelaskan.

Keduanya menatap kami bergantian. Dahi mereka mengernyit bersamaan. Polisi-polisi bodoh!

“Kalian satu keluarga tapi nggak mirip sama sekali.” Si janggut semakin memperlambat semuanya.

Bertanya pertanyaan tidak penting.

“Kenapa kalian melewati daerah tujuh sembilan?” Si perut gemuk mengambil alih.

Aku sudah tidak tahan. “Kami ada urusan. Seseorang mengambil sesuatu dari kami. Mereka tinggal nggak jauh dari sini.”

“Nggak jauh dari sini, berarti...”

Si janggut berdeham. Perawakannya berubah sedikit takut? “Barabay? Apa itu tempat yang kalian tuju?”

Aku dan Omar memberinya jawaban hanya dengan tatapan saja.

“Oh...” Si perut gemuk tiba-tiba tidak nyaman di tempat duduknya.

Si janggut melihat kartu identitas kami lagi dengan seksama. Wajahnya kali ini benar-benar sadar siapa kami.

Dia menatapku dan aku membalasnya dengan tatapan yang membuat semua orang buang air kecil di celana mereka. Kecuali Islana. Aku tidak pernah menatapnya dengan cara ini.

Listrik di ruangan itu padam. Aku melipat tanganku. Sudah tahu siapa dalang dari pemadaman listrik ini. Pasukan keempat milikku. Arumthaga.

Mereka hanya keluar saat kami membutuhkan mereka.

Dan semuanya terjadi seperti sebuah film.

Pasukan Arumthaga mendobrak pintu dan masuk untuk langsung menyekap kedua polisi berbadan bongsor itu. Menutup mata mereka dan akan menutup mulut mereka.

“Tolong Tuan Muda...maaf kami tidak tau.” Si janggut memohon dengan tangannya.

Si perut kembung berlutut dan memegang kakiku. Berbanding terbalik dengan ucapannya yang penuh kesombongan lima menit yang lalu. “Kita nggak tau kalau anda adalah pemimpin tertinggi dari Klan...yang ti...tidak berani saya sebut itu.”

Aku menendang tangannya. Menarik bajuku yang kusut. “Lebih baik kita nggak bertemu lagi setelah ini.”

Aku keluar dari pintu dan mengabaikan kalimat rintihan pria-pria bongsor tapi merengek seperti orang-orang kesakitan. Tapi jalanku tidak mulus karena ternyata ada polisi-polisi lain yang sudah siap menodongkan senjata mereka ke arahku.

“Kalian benar-benar ingin mati hari ini?” aku memainkan rambutku. “Oke, kita selesaikan sekarang juga.”

Aku berlari kencang dan menendang seorang polisi paling depan. Mengambil pistolnya dan mengambilnya sebagai sandera di depan teman-temannya.

“Letakkan semua pistol kalian!” aku mengancam mereka sambil menodongkan ke arah teman mereka yang ada di genggamanku.

Semuanya meletakkan pistol mereka. Dan di saat itulah personil Arumthaga yang lain datang dari arah berlawanan.

Merek menghantam para polisi hingga mereka tidak bisa menggapai pistol mereka sama sekali. Darah bercucuran dari wajah dan badan mereka. Bahkan ada darah yang terciprat hingga ke dinding.

Semua itu terjadi hanya dalam hitungan menit.

Semua polisi tergeletak dan aku berhasil melenyapkan mereka dalam waktu yang lebih singkat daripada pertarungan Arumthaga sebelumnya.

Aku melangkahi setiap tubuh polisi yang tidak berdaya itu.

Melangkah keluar dan bersiap untuk menyambut pulang istriku.

Islana.

***

Masa Kini

POV – Islana

Aku menenggelamkan kepalaku lebih lama kali ini. Aku ingat bagaimana aku bisa menahan beberapa menit di dalam air saat berlatih berenang dulu dengan ayah.

Ayah bilang kalau kamu bisa menahan napas lebih lama dari yang lain berarti kamu akan lebih bisa bertahan dari tekanan dan beban dunia daripada orang lain.

Apa itu benar? Apa itu benar Ayah? Tapi kenapa walaupun aku bisa menahan napas di bathtub ini, tetap saja aku merasa pundakku terlalu letih.

Aku keluar dari air dengan terengah-engah. Menghirup udara sebisa mungkin dan sebanyak mungkin. Aku mengeluarkan air mata yang aku tahan sejak tadi. Di kamar mandi yang hanya diterangi oleh lilin-lilin, aku hanya bisa merenungi nasibku sendiri.

Kehidupanku sekarang seperti dua mata pisau. Meskipun aku mengambil sisi satunya, aku juga akan terluka.

“Gadis cilik.” Oza mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

Panggilan itu membuat aku merasa orang paling kecil di dunia ini. Aku berdiri dan segera mengambil kimono. Aku tahu tidak lama lagi Oza akan masuk dan aku tidak ingin dia merasa puas karena bisa melihat apa yang bukan miliknya.

Oza membuka pintu tepat setelah aku selesai memakai kimono. “Apa ini cara orang dewasa membuka pintu?”

“Kamu marah karena dipanggil gadis cilik?” Oza bersandar di ubin pintu. Dia sudah mengganti pakaiannya meskipun tetap memakai jas.

Terlalu berpakaian ‘serius’ di rumah sendiri.

“Aku mau tidur.” Aku berusaha menghindari dia sebisa mungkin.

Oza menggeleng. “Kamu harus bertemu dengan dia dulu.”

Aku memegang tali kimonoku. “Siapa?”

“Ibu kamu.”

Air mata itu siap untuk keluar lagi. “Aku nggak mau ketemu dia, Oza. Tolong.”

“Sayangnya kamu harus melakukannya. Hidupnya ada di tangan kamu, gadis cilik.” Matanya menyiratkan sesuatu yang buruk akan dia perbuat.

Aku tidak peduli lagi dengan Ibuku.

Tapi apakah aku rela melihat hidupnya melayang karena pria ini?

Aku berjalan dengan kaki basah.

Oza berada di belakangku. Mengamati setiap langkah yang aku perbuat. Aku melangkah dengan mengeluarkan suara tapi tidak dengan dia. Dia berjalan tanpa mengeluarkan suara.

Dia benar-benar semakin menakutkan menit demi menit aku bersamanya.

Aku sampai di ujung tangga. Tangga itu menuju ke ruangan makan. Dari atas aku bisa melihat mereka. Mereka duduk berdampingan. Ibu dan anaknya.

Anak yang dia idamkan.

Seorang anak laki-laki.

Hatiku seperti kembali ke masa lalu.

Kembali merasakan rasa hancur karena Ibuku sendiri meninggalkan kami untuk bersama pria pilihannya.

Meninggalkan kami.

Di saat kami menderita dan membutuhkannya...

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!