Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

CHAPTER 01

Chapter 01

“Kamu kira aku mau jadi istri pria psikopat seperti kamu?”

Pria bermata seperti elang itu menarik tanganku hingga aku kesakitan. “Kamu sudah tanda tangan kontrak Islana, kamu pikir aku mau jadi istri suami kamu secara resmi?”

“Kamu yang memaksa kan?!”

“Lalu kamu cuman mau uang aja kan? Demi keluarga kamu?”

Plakkk...aku menamparnya.

Dia melihat aku dengan wajah murka. Dia menarik aku saat aku hanya bisa berteriak di lorong kosong ini.

Aku akan mati hari ini.

Aku tidak akan hidup lagi hari ini....

***

​Aku tidak sengaja melihat jam tangan dan bersiap menuju stasiun bis untuk menuju kampus.

​Setelah menghabiskan teh berri, aku keluar dari pintu rumah kami dan sebelum keluar dari pagar kayu rumah kami, mataku melihat kotak pos merah rumah kami. Kotak pos itu setengah terbuka dan banyak surat berada disana.

​Tanpa pikir panjang aku segera mengambilnya, memasukkannya ke tas dan berlari menuju stasiun bis. Setelah menghabiskan jalan pagi yang melelahkan selama sepuluh menit, akhirnya aku sampai ke stasiun bis dan mengambil bis nomor dua puluh dua.

​Duduk di kursi nomor tujuh dari depan di sebelah jendela. Kursi favoritku. Mengatur napas sambil melihat semua orang mulai mengisi bis.

​Aku membuka tas dan melihat satu per satu surat disana. Mayoritas adalah surat penagihan biaya rumah kami. Surat-surat itu hanya membuat suasana hatiku menjadi buruk.

​Tapi ada satu surat dengan amplop biru tua yang begitu kontras dengan yang lain. Aku membukanya tanpa pikir panjang. Di dalamnya sebuah kertas tebal dengan tulisan dari bulpen tinta. Tulisan tangan seseorang.

Aku akan segera datang

K.R.A

Apa seseorang salah mengirim surat? Ini seperti surat cinta kepada seseorang. Tapi aku tidak melihat nama apapun di amplop itu. Tidak ada nama penerima.

​Aku memasukkan lagi surat itu. Pikiranku sekarang sudah berada di kampus dan memulai kelas pagi ini.

***

​Samirah – aku memanggilnya dengan Mirah – duduk di sebelahku dengan mata terpejam. Matanya terbuka dan tertutup layaknya lampu sepuluh watt yang sudah perlu diganti.

​Dosen kami sama sekali tidak menegurnya karena lampu satu ruangan ini sedang dipadamkan karena kami sedang mempelajari apapun yang ditampilkan proyektor.

​Aku menyenggol lengan Mirah. Saat matanya terbuka lebar, aku hanya bisa tersenyum padanya. “Lebih baik buka handphone dan mencari sesuatu supaya nggak ketiduran.”

​Mirah menopang dagunya dengan tangan. Lalu membuka berita di handphone-nya. “Nggak ada yang benar-benar mengejutkan di kota sepi ini. Nggak ada yang viral.”

​Tidak lama kemudian….

​“Siapa ini? Orang baru di kota kita? Dia seperti model. Terlalu ganteng untuk berada di kota lembab kita ini.” Mirah menyodorkan berita di depanku.

​Pria yang ada di berita kota itu memang sejujurnya terlalu tampan untuk dibicarakan. Hidung yang tinggi, alisnya yang tebal, matanya yang tajam dan rambutnya yang sempurna itu, terlalu sulit untuk diucapkan dengan kata-kata.

​“Disini dikatakan kalau dia adalah keturunan pendiri kota ini yang sudah lama nggak tinggal di sini. Dia akhirnya kembali ke kampung halamannya,” Mirah mulai membaca kelanjutannya. “dan dia adalah pemilik Universitas Arumbay. Alias kampus kita.”

​Mirah terus membacakan berita itu hingga sesi pembelajaran selesai. Mirah terdengar sangat terpesona dengan orang yang berada di berita itu. Sementara aku hanya mengangguk saja karena aku harus bergegas menuju kerja sampinganku di café siang ini.

***

Melewati waktu kerja di café dan kemudian menghabiskan waktu di pekerjaan lainnya di sebuah toko kelontong hingga jam sebelas malam membuat badanku remuk seketika.

​Aku mengganti pakaian untuk kembali ke rumah. Aku mengambil sepeda yang dipinjamkan pemilik toko kelontong padaku dan mulai mengayuh di jalanan gelap menuju rumah.

​Entah kenapa mala mini semuanya terasa sangat sepi. Tidak banyak orang berkeliaran. Tidak banyak orang lalu lalang seperti biasa.

​Udara malam yang semakin lembab membuatku semakin cepat mengayuh roda untuk sampai di rumah. Kiran pasti belum tidur karena dia selalu cemas jika salah satu dari kami belum pulang.

​Plakkk

​Ada masalah di rodaku. Aku turun dan melihat roda belakangku kempes dan aku tidak akan bisa mengayuh sepeda ini.

​Jalan ke rumah masih panjang dan aku harus mendorong ini sampai ke rumah. Hari yang sempurna.

​Dari arah belakang, aku mendapati sebuah mobil hitam panjang yang begitu berkilau menghampiriku dan berhenti tepat di sebelahku.

​Jendela terbuka perlahan. Siluet seseorang. Pria. Ada di dalamnya dan dia sedang melihatku. Suaranya muncul dengan nada berat.

​“Nggak baik berjalan malam hari, cantik.”

​Jantungku menjadi berdebar. Ini bukan pertanda yang baik. Aku mulai berjalan menjauh tapi dua orang keluar dari mobil itu dan mendekatiku dan tanpa aku sadari mereka menutup hidungku dengan sebuah serbet putih dan meskipun aku meronta-ronta, mereka tidak menggubrisnya.

​“Bawa dia masuk.”

​Pinta pria yang ada di dalam.

​Keduanya membawa aku yang sudah hampir kehilangan kesadaran. Hal pertama yang aku rasakan adalah begitu harumnya interior mobil itu. Wangi aroma maskulin mengelilingiku.

​Tidak terkecuali pria yang sekarang duduk di sebelahku. Dia seperti menatapku dari kegelapan itu. Dia mendekatiku setelah pintu ditutup.

​Tangannya membelai rambutku ketika aku tidak bisa bergerak. Kenapa aku tidak menggerakkan tanganku?

​“Tenang, Islana. Aku nggak akan melakukan sesuatu diluar batas.”

​Dia berjanji di depan wajahku tapi tangannya berkata berbeda. Tangannya menyentuh leherku, mengintarinya dengan begitu pelan hingga terasa seperti menyiksaku secara perlahan.

​Dan tidak lama kemudian mataku tertutup dan semuanya menjadi gelap….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!