Malam temaram, cahaya siluet datang menyambar. Detak jantung berlarian ke segala arah. Menimpali ubin yang kaku di tanah.
Di sana, seorang anak kecil berdiri seperti ingin buang air. Tapi saat wajah mendekat, Sesosok hitam berhamburan, melayang-layang menatap seorang wanita berbaju zirah, mengayunkan pedang yang mengkilat. Namun ia menebas kekosongan.
Apakah dimensi yang ia huni adalah dunia lain? nantikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asyiah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan
Cahaya menelusup, memancar lewat pinggiran ranting, daun-daun dan tupai yang bersahutan pagi. Tupai yang mencari makanan melalui dahan pohon pinus dan mengambil buah pinus. Memberikan kepada kekasih, bermesraan pada teduhnya kayu yang sudah bolong-bolong. Bayi kecil berwarna merah baru saja terlahir dari rahim tupai betina. Tupai itu memberikan kehangatan pada sang bayi melalui bulu-bulu lembutnya yang berwarna coklat bergaris putih dan list warna hitam.
"Hoammmm." Suara itu berhasil keluar dari mulut Lucy. Dia berjaga semalaman namun tertidur juga di pundak Kick.
Lucy menatap Kick yang masih tertidur. Menatap cukup lama dan akhirnya Kick bangun dan memandang langsung wajahnya.
"Bangun!!! " Teriakan Lucy membuat Kick tersungkur.
"Kenapa harus teriak di telingaku, sih! " Kick beranjak dan duduk di tempatnya semula.
"Karena kau tidak bangun-bangun. Dasar kebo! "
Kick hanya menggelengkan kepala, dia malas berdebat atau bahkan berebut perkataan dengan Lucy. Berdebat adalah perang. Begitulah katanya.
Tabib Zhu dan Biksu Chou keluar dari goa. Mereka melihat sekeliling yang dipenuhi oleh hutan belantara, tetapi yang teramat asing adalah cahaya matahari yang mendadak berubah menjadi orange.
Cahaya matahari yang mendadak panas. Lalu kabut datang, awan putih yang tebal kian mendekat. Menutupi matahari yang bersinar.
Kulit menjadi tak terlalu kepanasan. Biksu dan Tabib menatap Stella yang berjalan mendekat. Lalu Lucy dan Kick. Mereka menatap keanehan yang baru saja terjadi.
Kabut kian tebal, langit menjadi gelap. Awan putih yang pekat mendadak menjadi hitam.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Lucy menelisik menggunakan indera penglihatan.
"Percuma. Kita tidak bisa melihat apapun kecuali langit gelap dan kabut." Stella berbicara dengan nada tenang.
Akhirnya mereka memilih untuk menelusuri jalan yang penuh dengan semak belukar.
"Harap berhati-hati! Jalanan penuh dengan semak. Hati-hati jangan sampai menginjak duri atau menyandung semak! " Kick berjalan duluan di depan. Seolah menjadi pemimpin dalam pasukan khusus.
"Baiklah." Ucap Lucy yang berada tepat dibelakangnya.
Lucy dan Stella diapit oleh Kick dan Biksu Chou. Sedangkan Tabib Zhu berjalan pada barisan paling akhir.
Mereka berjalan lurus ke depan, dengan pencahayaan yang menipis, mereka melangkahkan kaki secara hati-hati.
Naluri dan insting berfungsi. Mereka bersiap, saat memasuki gerbang berwarna hitam dengan relung-relung seperti tanaman paku.
Krekkk
Pintu terbuka. Mereka masuk. Semuanya terlihat samar, hanya kabut putih yang memenuhi penglihatan.
Di depan mereka terlihat sebuah patung, tapi karena sudah dimakan usia, patung itu tinggal menunggu saatnya terjatuh. Pinggiran patung tampak terkelupas.
"Patung ini... Seperti familiar! " Lucy berusaha mengingat sesuatu. Lalu dadanya berguncang hebat.
"Aaaah!!! Tolong! " Lucy meraih genggaman Lucy.
Lucy seperti sedang menerima sesuatu, tentang merasakan tanah yang berbicara, semut yang berkata dan tanaman rambat di patung yang ikut melambai.
Seolah kenangan berputar, sebuah peristiwa telah terjadi kembali terulang, terus terulang.
Lucy kecil berdiri di depan patung. Menangis tersedu-sedu melihat buah apelnya terjatuh. Patung itu seperti melotot. Padahal itu hanya perasaan dia saja, namun sebenarnya yang terjadi adalah iblis sudah mengintai dia sejak lama. Mencium bau darah suci yang sudah mereka nantikan.
Mata patung semakin melotot, memperlihatkan urat-urat yang merambat, mata yang memerah.
"Hiks... Hikssss. "
Lalu Raja dan Ratu datang. Membersihkan wajah yang belepotan oleh getah apel. Membersihkan sisa ingus yang masih menempel di pipi.
"Aku takutttt!!! " Pekik Lucy, memeluk ayah dan ibunya.
Raja dan Ratu saling menatap. Mereka melihat patung yang Lucy tunjuk.
Raja memeriksa sekitar patung. Berputar dan mengawasi. Tapi tidak ada apapun, entah itu serangga atau binatang berbisa.
"Bawa Putri Lucy masuk! "
Lalu kenangan itu mengabur. Lucy terjatuh.
BRAKKK
Kick menghampiri, meraba dahi Lucy. Namun suhu tubuhnya baik-baik saja.
"Ayo berdiri. " Kick memapah tubuh Lucy. Tubuhnya sangat dingin.
Sementara Stella merasakan berat di pundaknya. Penglihatannya seketika rabun, namun dia tetap bertahan memilih untuk melirik sekitar, yang nampak olehnya adalah sumur tua dengan timba yang sudah dipenuhi oleh tanaman hijau yang menjalar.
Mereka semua mengikuti Stella. Melihat sumur itu dengan memicingkan salah satu mata.
Stella mendapatkan ide, dia mengambil kerikil dan melemparkannya ke dalam sumur.
PLUNGGG
Kerikil terjatuh. Terdengar dasarnya sangat dalam.
"ini sumur yang dalam." Ucap Stella.
Kemudian terlihat gagang pintu. Pintu yang berwarna merah dengan gagang berwarna emas itu disentuh oleh Lucy.
KREKKK
Pintu terbuka. Mereka memasuki ruangan utama itu seperti ballroom acara pernikahan atau menjamu tamu yang bisa hadir hingga 10.000 kapasitas.
Lucy meraih jaring laba-laba yang sudah tergantung sejak mereka tiba.
"Sepertinya sudah lama tidak dihuni! " Ucap Lucy.
Mereka mengitari ruangan, yang ternyata tanpa batas. Semakin mereka memasukinya untuk mencapai singgah sana atau kursi bertahta emas. Semakin dalam pula mereka harus masuk, semakin sering berlari, kursi itu semakin cepat menjauh dari pelupuk mata.
SRETTTTT
Sesuatu yang terbang melintasi mereka. Lucy yang berada di depan, melihat ada sesosok iblis yang terbang.
Stella melihat iblis yang kemarin membawa dia. Menggiringnya seperti makanan untuk anak burung elang.
"Cih, itu iblis yang sudah membawaku masuk lubang itu. "
Lucy beralih menatap Tabib Zhu. Seketika terlihat sendu di wajahnya.
"Tabib, katakan padaku. Inikah kerajaan ayah dan ibu yang telah lama menghilang?"
Seketika tangis itu pecah. Dia menggigit bibir bawahnya. Meski Tabib Zhu tak bersuara, namun sorot mata itu... Sorot mata rasa bersalah karena sudah memasuki dunia ayah dan ibunya berada : Kerajaan yang telah lama hilang.
Lucy menangis dalam diam, sementara Stella berlari mengejar iblis yang berwujud kelelawar yang terbang dan memberi Stella percikan api melalui lidahnya.
BUMMMM
SRTTTTT
Stella berhasil menghindar. Lalu serangan demi serangan selalu ingin menjatuhkan dirinya.
Lalu saatnya tiba, Stella menjadi marah. Dia memelototi, memperlihatkan bola mata hitam yang sudah menjadi berkilat-kilat.
BRRTTTT
Petir datang. Suaranya membelah kesunyian dan kengerian di dalam istana.
Stella menjadi dirinya, bersatu dengan kekuatan yang bersarang di tubuhnya. Matanya memancarkan kilatan.
BRTTTTTT
ZKREEEKKK
Iblis itu tumbang. Namun sebelum semua berakhir, nyala mata Stella semakin berpendar, mencari-cari sesuatu yang membahayakan dirinya. Tanpa sadar dia terbang. Tak lagi berjalan, kakinya sudah terangkat. Bebannya seketika menjadi ringan.
Stella menuju lantai kedua. Sementara Kick berusaha menghentikannya.
Lucy menatap tak percaya, Stella mengeluarkan kekuatannya, yang semula tak pernah dia ketahui.
Telepati mereka berhasil. Stella terbang menuju ke ruang rapat Raja. Seperti tertarik oleh magnet, dia melesat menuju pintu yang separuhnya sudah rusak. Engsel lepas dibagian atasnya.
Lucy dan yang lainnya berlari menuju ruang itu. Membawa senjata mereka dan menyerbu tempat itu.
Di dalam ruangan terdapat Raja iblis yang menunggu. Penampilannya yang seperti manusia, namun sepasang tanduk yang lancip dan gigi yang menjulur keluar. Seperti gading gajah. Tebal dan keras.
"Akhirnya kau datang juga! " Suaranya menggema.
Lalu datanglah antek-antek nya yang berdatangan. Menarik kaki Stella, namun Stella menghindar. Para iblis yang terlihat lebih kecil, seperti kurcaci yang buruk rupa dengan bau darah yang mengalir di kukunya.
Bersambung