Nyatanya, menikah dengan pria yang dicintai tak selamanya membuat Naomi bahagia. Baru beberapa bulan Naomi merasakan kebahagiaan menjalani biduk pernikahan dengan Gilang, badai besar datang menerpa rumah tangga mereka.
Melvina, adik ipar Naomi yang berstatus sebagai adik angkat Gilang, ternyata juga mencintai Gilang dan berusaha melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan Naomi dan Gilang.
“Maaf, aku terpaksa harus menikahi Melvina menjadi istri keduaku untuk menyembuhkan rasa trauma di dalam hati Melvina.” Pernyataan Gilang malam itu berhasil membuat hati Naomi hancur berkeping-keping.
“Lebih baik aku pergi dari pada harus di madu dan merasakan sakit hati seumur hidup.” ~Naomi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPRT 9 - Pemain VS Sutradara
“Berani sekali kamu menuduhku seperti itu. Setelah kamu berusaha menjauhkan aku dengan Kak Gilang, sekarang kamu menuduhku yang bukan-bukan!” Seru Melvina. Wajahnya kelihatan tidak terima dengan yang Naomi katakan.
Naomi tersenyum sinis menatap wajah Melvina. “Aku gak nuduh kamu. Aku cuma berbicara fakta. Karena aku yakin betul kalau kamu sebenarnya gak sakit.”
“Fakta katamu? Sudah jelas kamu menuduhku. Masih saja mengelak. Lagian tahu apa kamu tentang diriku?!”
“Aku memang gak tahu banyak tentang dirimu, Melvina. Tapi aku yakin kalau tebakanku itu benar. Kamu baik-baik saja.” Naomi masih yakin dengan perkataannya. Membuat Melvina kesal bukan main dan rasanya hendak memaki Naomi.
“Lebih baik kamu keluar sekarang sebelum aku teriak meminta Kak Gilang mengusir kamu dari sini!” Melvina sudah tak ingin berdebat. Lebih baik dia mengusir Naomi dari pada kebohongannya nanti terbongkar.
Naomi tersenyum sinis menatap Melvina sebelum akhirnya keluar dari dalam kamar. Melihat sikap Melvina barusan, membuat Naomi semakin yakin dengan perkataannya.
“Mas Gilang, seharusnya kamu bisa menilai sendiri apakah adik kamu ini beneran sakit atau tidak. Aku gak nyangka kalau kamu sebodoh ini dalam menilai sikap adik kamu.” Naomi rasanya sedikit kecewa dengan sikap Gilang. Namun, ia memilih untuk bersabar.
Pukul delapan malam, Gilang menepati janjinya untuk mengajak Melvina jalan-jalan. Melvina yang melihat Naomi baru saja keluar dari dalam rumah pun sontak membuka pintu depan mobil.
“Kak Gilang, aku mau duduk di depan, ya. Soalnya lebih seru kalau lihat pemandangan jalanan dari depan dari pada di belakang.” Pinta Melvina. Dia sama sekali tidak peduli kalau Naomi pasti bakalan protes dengan sikapnya.
“Tapi, Melvina…” Gilang merasa tak bisa mengiyakan permintaan Melvina. Apa lagi kini Naomi mendengarnya.
Naomi masih bersikap santai melihat drama yang sedang Melvina buat. Menyadari kebimbangan Gilang, Naomi segera bersuara. “Gak masalah. Biarkan aja Melvina duduk di depan, Mas.”
Gilang menatap wajah Naomi intens. Ingin memastikan perkataan istrinya barusan. Melihat anggukan dari Naomi, membuat Gilang akhirnya mengiyakannya. Melvina pun senang bukan main melihatnya.
Setelah melihat Melvina masuk ke dalam mobil, Naomi langsung menahan pergerakan Gilang yang hendak masuk ke dalam mobil.
“Aku sudah mengizinkannya duduk di depan. Sekarang biarkan aku yang membawa mobilnya. Aku juga lagi pengen bawa mobil dan menikmati suasana jalanan sama seperti Melvina.”
Gilang tertegun. Hendak menolak keinginan Naomi, rasanya tidak mungkin. Lagi pula menyetujui keinginan Naomi bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.
“Mereka lagi bicarain apa sih. Kenapa lama banget bicaranya?” Di dalam mobil, Melvina merasa tidak sabar menunggu Gilang masuk ke dalam mobil dan membawanya jalan-jalan. Selain itu, Melvina juga ingin melihat wajah sebal Naomi karena melihat dirinya duduk di sebelah Gilang. Seakan memperlihatkan jika istrinya Gilang adalah dirinya. Bukan Naomi.
Baru saja kesenangan membayangkan ekspresi kesal Naomi dan merasa menang dari Naomi, Melvina dibuat kaget saat Naomi membuka pintu depan mobil.
“Mau ngapain kamu?” Tanya Melvina dengan mata melotot menatap wajah Naomi.
“Mau nyetir mobil lah. Memangnya mau apa lagi?” Naomi tersenyum sinis kemudian segera duduk di kursi kemudi.
“Apa?!” Melvina terperangah. Dilihatnya ke arah Gilang yang kini masuk ke dalam belakang mobil.
“Kak Gilang, kenapa Kak Naomi yang menyetir mobilnya. Kenapa gak Kak Gilang aja?” Melvina kalang kabut. Dia tidak terima dengan posisi mereka saat ini.
“Karena aku juga ingin seperti kamu, Melvina. Duduk di depan dan melihat pemandangan secara luas.” Sahut Naomi mengambil alih jawaban Gilang.
Melvina terperangah. Dia dibuat sebal bukan main karena ternyata dirinya bermain-main dengan seorang pemain.
Melihat kekesalan di wajah Melvina, membuat Naomi tersenyum sinis. Dia tahu apa yang dipikirkan Melvina saat ini. Rasanya Naomi puas sudah membuat Melvina kalah dari dirinya.
“Aku gak akan biarin kamu terus merusak hubunganku dan Gilang. Aku akan mempertahankan hubunganku dan Gilang meski rasanya sulit sekali untuk melakukannya.” Gumam Naomi dalam hati.
Sepanjang perjalanan, wajah Melvina terlihat begitu tidak bersahabat. Seolah keinginannya untuk jalan-jalan tak berhasil membuat suasana hatinya jadi senang. Melvina justru merasa kesal karena rencananya tidak berjalan lancar.
“Kita mau kemana lagi, Melvina? Aku akan mengantarkan kamu kemana pun kamu pergi.” Tanya Naomi sembari menatap wajah Melvina dengan tatapan mengejek. Meski tahu kalau Melvina sudah tak lagi semangat untuk berjalan-jalan bersamanya, tapi Naomi sama sekali tak memperdulikannya. Dia tetap saja bertanya seolah tidak menyadari rasa kesal di hati Melvina saat ini.
“Terserah mau kemana. Tapi sekarang aku lagi pengen duduk di belakang aja. Rasanya aku bosan duduk di depan terus!” Melvina sudah mencari cara agar bisa duduk berdekatan dengan Gilang.
“Oh begitu, ya?” Naomi mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah Melvina turun dari dalam mobil dan berpindah duduk di kursi belakang, Naomi langsung saja bersuara pada Gilang.
“Mas, ayo pindah ke depan. Aku bosan kalau nyetir gak ada teman cerita!” Pinta Naomi sembari memerintah lewat tatapan matanya pada Gilang.
“Baiklah.” Gilang menurut. Dia sudah bergerak hendak membuka pintu mobil. Namun, Melvina menahan pergerakannya.
“Tetaplah duduk di sini. Aku juga mau cerita sama Kakak!” Pinta Melvina dengan tatapan penuh harap.
Gilang menurunkan tangan Melvina hingga terlepas dari tangannya. “Kita masih bisa bicara meski Kakak duduk di kursi depan.” Perkataan Gilang membuat Melvina bungkam. Lagi-lagi, dia kalah dari Naomi yang ternyata memiliki otak lebih cerdik dari pada dirinya.
“Maaf, Melvina. Kali ini aku gak akan biarin kamu jadi duri dalam daging lagi di hubungan aku dan Mas Gilang. Mungkin kamu memang sangat pandai dalam bermain drama. Tapi kamu jangan lupa kalau akulah yang menjadi sutradaranya!”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
Derdy sangat curiga melvina itu hanya sandiwara hanya tuk menarik perhatian mama ruby dan gilang dasar ular berbisa...
Gilang merasa tidak nyaman dekat-dekat sm melvina, tidak menjawab pertanyaan ingin menikahi melvina hanya diam aja....
Gilang makanya jd pria hrs tegas dan punya pendirian jgn mau hidupmu disetir mamamu itu yg egois bingit memaksakan kehendaknya....
Derby sangak muak skl sm melvina sok jaim dan kalem pdhal asli ular berbisa sangat jahat dan licik sampai tega menghancurkan rumahtangga noami dan gilang...
Ayo Debby n papa Rega cari bukti u/ membuka kebusukan ulet bulu