Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Puber Kedua
Keputusan Andra yang ingin menjadikan dirinya sebagai asisten pribadi bosnya itu terang saja membuat Kirana bingung. Bagaimana mungkin ia bisa menjalankan tugas sebagai asisten pribadi di saat kondisi rumah tangganya seperti saat ini.
Kirana tak tega membiarkan anak-anak kehilangan banyak waktu dengannya, apalagi saat ini mereka sudah tak bersama papa mereka lagi. Kirana juga khawatir, hal ini akan dimanfaatkan Bryan untuk merebut hal asuh anak-anak darinya.
Bisa dikatakan, dia lebih memilih tetap dengan tugasnya saat ini dibanding harus menjadi asisten pribadi bosnya itu, yang pastinya akan menambah jam kerja meskipun ia yakin penghasilkan yang akan ia dapatkan akan makin bertambah.
"Apa kamu keberatan dengan tugas kamu yang baru itu?" Melihat Kirana terlihat ragu dan menampakkan kebingungan, Andra menduga Kirana tidak menyetujui keputusannya menjadikan wanita itu sebagai asisten pribadinya.
"Hmmm, bukan begitu, Pak. Hanya saja, saya kurang paham, apa yang harus saya kerjakan dengan tugas saya yang baru nanti." Kirana tak enak mengatakan apa yang sebenarnya membuatnya berat menerima tugas barunya sebagai asisten pribadi sang bos.
"Tugas kamu adalah membantu pekerjaan saya, seperti menemani bertemu dengan klien dan lain-lainnya." Andra menyebut salah satu contoh tugas yang akan dikerjakan Kirana, yang sebenarnya bisa dilakukan oleh Nathan ataupun Rachel sebagai sekretarisnya.
"Hmmm, maaf, Pak. Bagaimana dengan jam kerja saya? Apa saya harus datang lebih awal dan pulang lebih telat dari biasanya?" tanya Kirana untuk memastikan apakah ia bisa menerima tugas barunya itu atau menolak karena alasan keluarga.
"Jam berapa kamu biasa berangkat ke kantor?" Andra balik bertanya.
"Jam tujuh atau setengah delapan kurang, Pak," jawab Kirana.
"Jam kerja kamu nggak berubah. Kamu bisa berangkat seperti biasa. Hanya saja kamu datang ke rumah saya dulu untuk menyiapkan keperluan yang saya butuhkan untuk dibawa ke kantor." Andra menjelaskan.
"Oh, hmmm, baik, Pak." Kirana tidak bisa lagi menolak, dia hanya berharap Reva sudah bisa ia atasi. Mungkin dengan mulai sekolah kembali Reva bisa melupakan kesedihannya harus berpisah dengan sang papa. "Kalau saya boleh tahu, kapan saya harus mulai dengan aktivitas baru saya, Pak?" tanya Kirana kemudian.
"Kamu bisa melakukan pekerjaan kamu itu mulai besok." Andra menyebut waktu Kirana mulai dengan tugas barunya.
"Besok?" Kirana terkesiap karena saat ini Reva belum siap ia lepaskan. Dan penugasan itu terlalu mendadak baginya.
"Kenapa? Ada masalah? Kalau memang ada yang mengganjal di hati kamu, katakan saja. Saya nggak ingin karyawan saya melakukan pekerjaan dengan terpaksa atau dengan setengah hati." Andra masih melihat keraguan dari jawaban Kirana.
"B-bukan seperti itu, Pak. Hanya saja, belakangan ini anak saya yang kecil agak susah saya tinggal kerja. Saya mohon maaf kalau saya melanggar aturan di sini karena ..." Kirana menjeda kalimatnya. Dia ingin jujur mengatakan kalau hari ini saja anaknya ikut bersamanya ke kantor. Tapi, ia khawatir Andra akan marah padanya. Namun, mengingat dia pernah menolong Nabila, dia berharap Andra akan mengerti kondisinya dan tidak menyalahkannya kalau hari ini dia membawa Reva ke kantor.
"Karena apa?" tanya Andra penasaran dengan kalimat Kirana yang terjeda.
"Hari ini saya bawa anak saya ke kantor, Pak. karena dia menolak saya tinggal di rumah berdua dengan pengasuhnya, sedangkan saya dua hari kemarin nggak berangkat kerja." Kirana akhirnya menceritakan kalau saat ini anaknya itu berada di kantor Andra.
"Kamu kerja bawa anak?" Andra terkejut mendengar pengakuan Kirana.
"M-maaf, Pak." Kirana langsung menundukkan kepala. Matanya terpejam sementara giginya menggig!t bibir bawahnya.
"Di mana anak kamu sekarang?" tanya Andra. Suara pria itu tak terdengar bernada marah pada Kirana.
"Ada di ruangan saya bersama Rita, Pak," sahut Kirana.
"Rita?" Tentu saja Andra tidak tahu siapa Rita yang disebut Kirana.
"Rekan saya, Pak." Kirana menjelaskan siapa Rita yang ia maksud karena ia menduga Andra tidak akan mengenali semua pegawainya.
"Oh ..." Andra menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, kamu kabari saja kapan kamu siap menjalankan tugas kamu yang baru itu." Andra sedikit banyak tahu permasalahan yang dihadapi Kirana dari Grace, sehingga ia bisa memaklumi Kirana.
"Baik, Pak." Tarikan nafas lega dirasakan Kirana ketika Andra tak mempermasalahkan dirinya yang membawa Reva ikut ke kantor. Bosnya itu juga memberi waktu kepadanya untuk Reva beradaptasi dengan kondisi rumah tangga mama papanya saat ini.
Andra lalu menekan tombol di wireless intercom di mejanya, lalu berbicara pada Rachel.
"Rachel, ke ruangan saya sebentar!" Andra memberi perintah pada sang sekretaris untuk segera menemuinya.
"Nanti kamu akan menghandle beberapa pekerjaan Rachel, jadi kamu bisa belajar dari dia," ujar Andra kemudian kepada Kirana.
"Baik, Pak," sahut Kirana, walau hatinya merasa kurang nyaman bekerja bersama sekretaris Andra itu. Tapi, mana mungkin Kirana menolak dan membantah Andra.
Tok tok tok
"Ada apa, Pak?" Tak berapa lama, Rachel masuk ke ruangan Andra.
"Rachel, nanti Kirana ini akan menjadi asisten pribadi saya, jadi ada beberapa pekerjaan kamu yang akan dihandle oleh dia. Tolong kamu kasih tahu apa saja yang harus dipersiapkan saat saya bertemu dengan relasi bisnis kantor ini!" Andra langsung memberi perintah kepada Rachel untuk mengajari Kirana, apa yang harus Kirana lakukan jika menjadi asisten pribadinya.
Rachel terperanjat mendengar jabatan baru yang diberi Andra pada Kirana. Di pun langsung melirik ke arah Kirana dengan menunjukkan ekspresi tak suka.
"Kenapa Pak Andra kasih dia jabatan Aspri? Kenapa bukan aku saja yang jadi Aspri Pak Andra? Aku 'kan lebih tahu pekerjaan yang harus dikerjakan Pak Andra dibanding dia!?" gerutu Rachel dalam hati. Menjadi asisten pribadi, artinya akan banyak berinteraksi dengan sang bos, apalagi bisa pergi dan pulang dalam satu mobil dengan bosnya itu. Tentu saja ia pun menginginkan jabatan itu. Tapi, justru Andra memilih pegawai lain yang ia anggap tak kompeten.
Selama ini Rachel sudah menjalani perawatan untuk mempercantik diri agar bosnya itu terpikat olehnya. Nyatanya, Andra tak acuh padanya, bahkan tak terlihat tertarik dengan penampilannya.
"Kamu dengar kata-kata saya, Rachel?" Tak ada respon dari Rachel, Andra kembali berkata pada sekretarisnya itu.
"B-baik, Pak. Saya mengerti." sahut Rachel gugup karena tak merespon cepat perkataan Andra padanya tadi.
"Ya sudah, kamu bisa kembali ke mejamu!" Andra menyuruh Rachel keluar dari ruangannya.
"Baik, Pak." Sebelum meninggalkan ruangan Andra, Rachel melirik pada Kirana yang tak mau menatapnya. Dia pun melangkah dengan hati kesal keluar dari sana.
"Hmmm, apa saya bisa kembali ke tempat saya, Pak?" Kirana meminta izin meninggalkan ruangan bosnya, karena menganggap tak ada yang harus dibicarakan lagi dengan Andra.
"Silakan!"Andra mempersilahkan Kirana untuk kembali ke tempat kerjanya.
"Baik, Pak. Terima kasih, permisi." Kirana bangkit dari tempat duduk dan melangkah meninggalkan ruang kerja Andra.
Andra memperhatikan punggung Kirana hingga wanita itu menghilang dari ruangannya. Sudut bibirnya seketika terangkat. Entah mengapa? Sosok Kirana seolah telah mencuri perhatiannya.
Andra langsung mengerjakan mata. Merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Hatinya berdesir ketika menatap wajah cantik Kirana. Seolah sedang merasakan puber kedua di usia yang tidak mudah lagi.
*
*
*
Bersambung ...
si Rachel tambah kebakaran jenggot tuh saat tahu Kirana akan jadi Asprinya Andra
sabar pa andra tunggu masa idah yah... pe de ka te aja dulu..
Na ajukan syarat, kalau jadi aspri boleh bawa anak gak ke kantor, sekalian pak bos pdkt ke calon anak😅
kirana pasti dilema yah..?.. naik jabatan tp waktu buat anak2 berkurang...kl ga diambil pasti ga enak buat nolak.. apalagi kl tahu billing jasa papi rizal udah dibayarin sama andra
Selamat menikmati AP yg kau tanam