Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
"Tidak apa-apa, Pa. Aurel hanya...."
"Aku belum terbiasa, Pa. Ke depannya, aku janji, aku akan memanggil dengan cara yang benar. Mas Arif suamiku, dia satu-satunya pemilik hati ku sekarang. Aku mencintai Mas Arif." sergah ku cepat, memotong kalimat Om Arif.
"Astaghfirullah!!!" seru Om Arif kaget sampai terlonjak dari kursinya. Dia terlalu sok mendengar pernyataan ku yang blak-blakan. Terlalu frontal. Om Arif memegang dadanya dengan wajahnya yang sudah sangat merah.
Papa terkekeh melihat respon terkejutan Om Arif atas kalimat ungkapan cintaku. Papa menepuk bahu Om Arif beberapa kali sebelum mengajak Mama meninggalkan ruang tengah. Memberi ruang lebih untuk kami berduaan saja.
Aku menarik nafas panjang berkali-kali. Ekor mataku sudah sangat lelah melihat Om Arif yang tengah cosplay menjadi setrikaan. Andai lantai itu pakaian, pasti sudah sangat licin dan mengkilap sekarang.
Dia seperti perawan yang baru ditembak, gak sih???
"Mas ayo tidur, Aku sudah ngantuk." seru ku.
Uhuk uhuk
Om Arif terbatuk-batuk. Salah kan mulutku yang memang tak ada akhlak sekarang. Ah, sudah terlanjur blak-blakan. Sekalian lah gas saja seperti saran Om Jo. Toh, Om Arif tadi juga nggak menolak harapan Papa tentang hubungan kami. Om Jo benar, Om Arif terlalu lamban, aku yang harus agresif.
"Aurel, aku yakin kamu bukan anak kecil yang tidak mengetahui apa yang sedang kamu katakan?? Tidak perlu mengambil langkah sejauh itu hanya untuk menipu Papa dan Mama kamu." tukas Om Arif akhirnya menunjukkan ketidaksukaannya.
"Menipu??? Menipu apa nya sih, Mas??? Aku memang bukan anak kecil, Aku tahu semua yang aku katakan." tandas ku.
Arif meraup kasar wajahnya yang masih sangat merah itu. "Aurel, aku memang tidak punya pengalaman apa-apa tentang cinta. Tapi, secara logika, Apa yang kamu katakan sungguh tidak masuk akal. Maaf, Aurel, bukan aku menganggap hati kamu murahan, tidak!! Tolong pahami kalimatku!!! Kamu juga mengakuinya kan, hubungan kamu dan Aldo baru berakhir beberapa hari tapi hati kamu sudah terpaut pada laki-laki baru itu. Dan sekarang, mengatakan cinta padaku,, itu tidak masuk akal, Aurel!! Aku tahu kamu hanya tidak ingin papa kamu terluka tentang kebenaran hubungan kita, tentang benang merah antara aku, kamu dan juga Aldo. Tapi bukan seperti ini caranya Aurel...."
"Bagaimana jika orang baru itu adalah Om???" tukas ku.
Gerakan kaki Om Arif yang kembali mondar-mandir itu sok tak terhenti. Dia membeku di tempatnya.
"Bagaimana Jika hati murahan ku ternyata jatuh pada Om????" imbuh ku lagi m
Bisa kulihat gelengan kepala Om Arif. Dia terlihat sangat shock dengan penegasan. Seperti nya, kalimat ku tak pernah ada dalam dugaannya.
"Laki laki yang di takdir kan untukku, Bagaimana jika itu Om???" tanyaku lagi. Kali ini, ku tatap penuh manik legam matanya. Ku hanya ingin meyakinkan padanya, aku sungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan.
"Aurel..."
"Apa salah, Om, Jika hatiku kini terpaut padamu??? Bukan kah kamu suamiku dan aku istri kamu??? Kita sekarang terikat dalam takdir yang sama.Laki laki yang Om katakan ditakdirkan untuk ku itu, apa tidak bisa Om saja?? Bukan kah kita sudah menikah??? Ikatan ini kuat, Kan???"
Om Arif mendudukkan tubuhnya di kursi, kakinya seakan kehilangan tenaganya sekarang.
"Laki-laki itu, dia berhasil menyentuh hatiku. Suka marah-marah, tapi sangat perhatian. Pelukan nya sangat nyaman., suara detak jantungnya memberi banyak ketenangan. Dia menjengkelkan, tapi kehadirannya selalu kurindukan. Maaf, Om, aku sudah lancang jatuh cinta sama Om.'
"Au-rel...."
"Om bilang, cinta setelah halal akan lebih indah. Meskipun pernikahan ini hanya terjadi secara siri, tapi kita sudah halal kan??? Tidak bisakah Om melihatku saja??? Bukan sebagai sebuah tanggung jawab terhadap Mama dan Papaku, tapi lihat aku sebagai pasangan yang ditakdirkan untuk Om. Aku....."
Drtttttt Drtttttt Drtttttt
Suara getaran ponsel Om Arif yang berdering panjang membuat kalimat ku sontak terhenti. Om Arif mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Bisa aku lihat siapa yang tengah membuat panggilan itu.
Putra ku.
Deg.
Itu Aldo, kan???
Om Arif melirikku sejenak. Aku tak merespon apapun. Om Arif menarik nafas berat, lalu menggeser tombol hijau di layar ponselnya untuk menerima panggilan telepon dari Aldo.
"Pa, tolong, Aldo, Pa!!! Tolong bantu Aldo menemukan Aurel, Pa!!! Aldo sungguh tak bisa hidup tanpa Aurel."
Bisa aku lihat cengkeraman tangan Om Arif yang menguat pada ponselnya. Hati ku berdenyut nyeri melihat responnya. Apa aku kalah lagi dari Aldo sekarang???
"Sudah, tidak apa-apa. Ayo, tidur, Aurel!!" ajak Om Arif setelah mengakhiri sambungan teleponnya dengan Aldo.
Jangan bayangkan jika kami akan tidur satu ranjang seperti siang tadi. Tidak!! Om Arif memilih menggelar selimut di lantai seperti malam pertama setelah akad kami malam itu.
Dia sepertinya trauma aku nakali lagi. Haish!!!
Seperti malam itu juga, Om Arif tidur memunggungi ku. Tak ada pergerakan darinya, kupikir dia benar benar memang tertidur. Tapi, selang 1 jam dari ekor mataku yang hampir terlelap, kulihat samar pergerakannya. Dia menoleh ke arahku seakan memastikan Aku benar-benar tertidur. Lalu dia mengambil ponselnya dan membuat panggilan telepon.
"Dengar kan aku saja, Jo." seru Om Arif dengan suara berbisik.Pasti khawatir suaranya mengejutkan aku.
"Aldo minta bantuanku untuk menemukan Aurel, Jo. Dia mencari Aurel di kos lamanya, di tempat kerja nya dan juga kampus nya. Tapi, Aldo tidak menemukannya. Aldo menangis, Jo. Dia putus asa.
Hening sejenak,
"Mereka tanggung jawab ku, Jo. Aurel dan Aldo, mereka tanggung jawab ku. aku tidak bisa memilih satu diantara mereka. Menuruti Aldo, itu artinya Aurel akan bertemu dia lagi. Aku tidak ingin Aurel terluka atas pertemuan itu, Jo. Aurel, dia sudah tidak ingin bertemu Aldo lagi. Tapi, jika aku tidak membantu Aldo kali ini, Aldo akan semakin berantakan, Jo. Dia mencari Aurel seperti orang gila di sana. Aku harus bagaimana, Jo. Melihat Aldo kesakitan, hatiku juga sakit. Tapi, Aku juga tak sanggup jika Aurel. ... Kasihan anak itu, Jo. Dia banyak menangis..."
Seperti nya Om Jo sekarang yang sedang berbicara dengan om Arif diam menyimak.
"Saran apa itu. Bodoh!! Mengungkapkan kan pernikahanku dengan Aurel Aldo, kamu ingin membunuh Aldo??? Dia sudah sangat stress tidak mendapati Aurel di Bandung lalu kau pikir Aldo akan baik-baik saja mengetahui fakta bahwa Papa nya menikahi kekasihnya. ... Ya iya iya. Mantan kekasihnya, kamu benar Jo. Aku memang melihat dan mendengarkan langsung saat Aurel memutuskan Aldo, tapi Aldo belum setuju untuk itu, Jo."
Om Jo yang berbicara lagi.
"Astaga, otak kamu benar-benar bisa mikir apa nggak sih, Jo?? Saran gila apa lagi itu?? Aku tidak mungkin melepaskan Aurel, Jo. Papa Mama nya sangat mengharapkan pernikahan kami akan berhasil. Mereka menerima ku, Jo. Sungguh, aku tak menyangka mereka bisa menerimaku untuk Putri mereka. Aku tak ingin melukai harapan mereka..... Aurel???Apa yang coba kamu lakukan, Jo?? Perasaan ku?? Jo, jangan macam-macam...!
Om Arif kembali diam menyimak.
"Bicara dengan kamu sungguh tak ada gunanya, Jo!! Cukup. Aku hanya minta bantuan Bagaimana cara mengeluarkan Aldo dan Aurel dari kerumitan ini tanpa melukai salah satu dari mereka. Aldo putraku, Jo!! Jangan ngawur! kamu gila!! Aurel kekasih putraku, Astaga, iya iya mantan..."
Ku memeluk guling ku erat, menenggelamkan wajahku di sana. aku tahu sekarang alasan Om Arif tak bisa membuka hatinya untukku. Dia khawatir melukai Aldo kan?? semua itu membuat Om Arif tak bisa menoleh ke arahku.
Aku harus bagaimana sekarang????
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.