NovelToon NovelToon
Jangan Main HP!!!

Jangan Main HP!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Dendam Kesumat / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Jangan main HP malam hari!!!

Itu adalah satu larangan yang harus dipatuhi di kota Ravenswood.

Rahasia apa yang disembunyikan dibalik larangan itu? Apakah ada bahaya yang mengintai atau larangan itu untuk sesuatu yang lain?

Varania secara tidak sengaja mengaktifkan ponselnya, lalu teror aneh mulai mendatanginya.

*

Cerita ini murni ide penulis dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar itu hanyalah karangan penulis, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

follow dulu Ig : @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Dia datang lagi

Malam di kota Ravenswood masih seperti sebelum-sebelumnya, sunyi, dingin dan mencekam. Lewat tengah malam, angin yang berhembus kencang membuat semua orang bergegas tidur dan bersembunyi dalam selimut.

Bahaya mungkin tengah mengintip melalui kegelapan, atau mungkin kabut aneh yang bergerak perlahan di atas cakrawala sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dalam kamarnya, Rea terjaga sendirian, dia duduk di sudut kamar sembari memperhatikan lampu belajar yang memancarkan cahaya redup.

Ia sudah mencoba untuk tidur tetapi matanya tak kunjung terlelap. Ponselnya tergeletak di atas meja, setiap lima sepuluh menit sekali akan ada panggilan masuk dari nomor asing.

Ponselnya berdering, nomor itu kembali menelpon meskipun ponselnya sudah di nonaktifkan. Tidak masuk akal, tapi ini sudah terjadi sejak kemarin malam.

Rea mengambil ponsel itu, menekan tombol off untuk menolak panggilan. Tapi sayangnya, nomor yang menelpon kali ini tidak bisa ditolak.

“Ti-tidak! Ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia tetap bisa menelpon ku.” Rea menggenggam kuat ponsel, matanya melirik ke jam dinding. Pukul setengah dua malam.

Rea berdiri, lalu mengambil jaket tebal dari dalam lemari. Ia memakai jaket tersebut kemudian keluar dari kamarnya dengan suara minim agar tidak membangunkan Fardan yang mungkin sudah tidur.

Tujuan Rea sekarang adalah menemui Varania karena hanya dia yang memiliki jawaban atas semua keanehan dan teror ini.

“Re, mau kemana?” Rea baru saja membuka pintu, ternyata Fardan baru pulang dari luar dan kebetulan baru akan membuka pintu dari luar. Pria itu menatap heran adiknya yang keluar tengah malam.

“Eum… bang Fardan, aku-”Rea menggerakkan bola matanya cepat, mencari alasan masuk akal agar Fardan tidak curiga. “Aku sedang mencari angin segar, ya, angin segar.” Katanya cepat.

Fardan mengerutkan alis, matanya yang tajam menelisik penampilan Rea yang bisa dikatakan cukup berantakan. Fardan dulunya adalah seorang ahli analisa terbaik, dalam sekali pandang bisa langsung tahu Rea sedang berbohong dan sedang terburu-buru.

'kenapa Rea berbohong?’ tanya Fardan dalam hati.

“Ya, sudah. Di sekitar rumah saja, jangan pergi terlalu jauh.” Pesan Fardan kemudian melewati Rea begitu saja, tidak bertanya lebih lanjut.

Rea menghembuskan napas lega, ia menoleh sebentar ke belakang dan tidak melihat Fardan ada disana. Rea bergegas pergi ke rumah Varania.

Tanpa disadari, Fardan memperhatikan bagaimana gadis itu pergi terburu-buru ke rumah Varania.

Ngomong-ngomong soal Varania, Fardan tidak senang dengannya yang tiba-tiba saja berhenti.

“Rea memang dekat dengannya, tetapi kenapa tengah malam begini Rea pergi kesana?” Monolog Fardan. Kerutan di dahinya semakin dalam saat mengingat sesuatu.

Sementara itu dalam kamarnya, Varania sudah tertidur sejak tadi. Saat ini ia sedang bermimpi sesuatu yang aneh.

Dalam mimpinya, ia sedang tidur di tengah-tengah Padang rumput yang sangat luas. Kemudian, secara aneh ia sampai di tengah sungai.

Kelopak mata Varania bergerak tidak nyaman, ia melihat sesuatu di dasar sungai.

Rasa penasaran membuat Varania turun ke dasar sungai. Semakin ia turun, semakin gelap pemandangannya dan semakin jauh dasar sungai tersebut padahal tadinya dari permukaan ia bisa melihat dasar sungai dengan cukup jelas.

“Kak Ara,”

Tiba-tiba ia mendengar suara halus memanggilnya. Varania menoleh, tidak menemukan sumber suara itu.

Tok…tok…tok…

“Kak Ara, bangun!”

Suara itu sekarang menyuruhnya bangun sambil mengetuk sesuatu - seperti ketukan pada pintu atau mungkin jendela. Sepertinya. Varania menatap bingung air sungai di sekitarnya, entah kenapa sekarang air ini seolah hendak menghancurkannya. Mereka bergerak seperti ombak yang mengamuk.

Oh, tidak! Jika ia melanjutkan pergi ke dasar sungai, ia akan mati. Varania mendongak dan menemukan diatas sangat gelap.

“Kak Varania!” Suara halus itu memanggilnya lagi, jauh dan ia mengenalinya.

“Rea,” gumamnya. Tak ada pilihan, air ini menyakitinya, Varania dengan cepat kembali ke atas. Ia mengabaikan kegelapan aneh itu, terus kembali ke permukaan sungai.

Varania membuka matanya, ia melihat langit-langit warna putih yang akrab. Ia menoleh ke kanan, ada lemari dan jendela. Ini kamarnya.

“Jadi cuma mimpi?” Varania bangun, duduk bersandar dengan linglung. Tadi itu terlalu nyata untuk sebuah mimpi, ia bahkan mengingat setiap detailnya. Padang rumput, air sungai yang aneh dan dingin. Air yang mengamuk dan dasar sungai yang menyimpan sesuatu. Semua itu terasa nyata - Varania tadi meyakini ia ada di sana.

“Kak Ara!”

Varania menoleh ke jendela. Suara yang sedari tadi memanggilnya ternyata berasal dari luar jendela.

“Re, itu kamu?” Tanya Varania sebelum membuka Jendela, ia menempelkan telinganya ke kaca yang tertutup gorden, tidak berani melihat langsung keluar.

“Iya, tolong aku, kak.” Jawab Rea, suaranya bergetar.

Varania membuka jendela, mendapati Rea yang berdiri dengan wajah pucat sembari menggenggam ponsel yang berdering.

“Masuk, Re.” Kata Varania.

Rea yang bertubuh mungil sangat mudah menyelinap masuk ke kamar Varania melalui jendela.

“Nomor itu menelponku lagi, kak.” Rea menunjukkan layar ponselnya. Varania mengambilnya sambil mencoba mengingat nomor yang juga sering menelponnya.

'kurasa angkanya kebanyakan memang sama, tapi… ada beberapa yang berbeda.’ Varania berpikir keras. Kenapa nomornya ada yang berbeda?

“Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Rea panik.

“Angkat saja, kita dengarkan sama-sama.” Kata Varania kemudian mengangkat telepon itu.

Terdengar suara aneh yang menyerupai suara radio rusak. Ada juga suara orang, tidak jelas, bercampur dengan suara radio rusak.

Varania dan Rea saling bertatapan, keduanya sama-sama menoleh ke belakang - pada jendela yang masih terbuka lebar.

Bayangan itu ada di luar jendela, tidak lagi seperti bayangan. Dia tampak lebih realistis, perempuan berambut panjang yang berdiri membelakangi mereka.

Dia tidak bisa lagi dikatakan sebagai bayangan, karena bagaimana mungkin ada bayangan yang memiliki bentuk-

Kepala bayangan itu bergerak perlahan ke kanan, Varania dan Rea berdiri kaku sambil saling berpegangan tangan.

Sejenak waktu seolah berhenti, hanya bayangan itu yang bergerak dalam gerakan lambat.

“Vara,”

1
gaby
Baru gabung, seperti bagus dr judul critanya.
Dini Anggraini
apakah yang mengutuk kota Ravenswood itu ibu kandungnya celine yang mati karena bunuh diri setelah tahu suaminya selingkuh dengan Mathilda ya bunda author sehingga dia mau siapapun yang menggunakan HP di malam hari akan mati seperti yang terjadi pada Samuel dan orang lainnya lagi. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!