NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu / Tamat
Popularitas:804.5k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arga Kasih Tahu Sesuatu

Kedatangan Valerie yang tiba-tiba sontak mengejutkan Amira dan juga Ika. Amira segera menyambut Valerie dengan sapaan dan senyum sopan, disusul Ika yang menganggukkan kepala hormat. Ika tahu benar siapa wanita tu, dia adalah bibi dari Tuan Arga, dan itu cukup untuk membuatnya bersikap hati-hati, bahkan sedikit gentar.

"Nona, apakah ada yang mau saya pilihkan aksesoris di sini?" Amira berusaha membuat suasana tampak stabil meskipun sekarang perasaannya lagi tidak menentu. Dia sedang kepikiran ingin mengetahui dimana Gladys.

"Panggil saja bibi, tidak usah sungkan. Tadi saya hanya penasaran, siapa manusia yang berbelanja hingga mensterilkan satu lantai? Dan ternyata dugaan saya benar."

"Ah iya, maaf bi, kami jadi merepotkan begini. Hari ini jatah libur kami, dan ternyata Tuan Kecil sedang tidak mau di tinggal."

"Tidak apa-apa, Amira. Tidak perlu minta maaf. Memang seharusnya Arkha terus bersamamu."

Melihat Valerie mengenal baik Amira, dalam hati Ika mulai merasa curiga. Sejauh apa sebenarnya Amira terlibat dengan keluarga Tuan Arga? Ia menduga, jangan-jangan suatu hari nanti Amira adalah Nyonya Arga.

Sekilas Valerie melirik ke arah Ika, kemudian pandangannya kembali terarah pada Amira. Valerie mulai berbasa-basi dengan Amira, membangun percakapan ringan yang terkesan biasa saja, padahal sesungguhnya mengarah pada sesuatu yang lebih serius.

Dari percakapan itu, Amira akhirnya menyadari bahwa Valerie tahu dirinya telah mengetahui tentang Gladys.

Amira memang belum terlalu dekat dengan Arga, namun Valerie jelas sudah sangat mengenal keponakannya itu. Ia pasti memahami risiko yang tengah dihadapi Ika saat ini.

Beruntung, baik Amira maupun Ika cukup cerdas. Mereka tidak pernah membicarakan hal ini secara gamblang, apalagi melalui ponsel yang mudah dilacak. Justru karena itulah Valerie merasa harus turun tangan.

Dalam hati, Valerie sudah membuat keputusan. Jika situasi memburuk, ia akan mengaku pada Arga bahwa dirinyalah yang memberi tahu Amira soal Gladys. Ini adalah strategi diam-diamnya. Ia tidak bisa membicarakannya sekarang, karena ia tahu, di tempat itu mungkin ada telinga-telinga Arga yang mengawasi.

Setelah percakapan usai, Amira dan Ika berpamitan kepada Valerie dengan penuh hormat. Sebelum mereka benar-benar pergi, Valerie menyodorkan sesuatu kepada Amira.

"Pegang saja. Siapa tahu suatu saat kamu membutuhkannya."

Amira menerimanya tanpa banyak tanya, menyimpannya dengan hati-hati. Gestur itu tampak sederhana, tetapi cukup menunjukkan kedekatan antara mereka berdua.

"Mbak Ika, belanjanya sudah selesai kan? Atau ada lagi yang mau dibeli?"

"Tidak ada, Nona. Sudah selesai."

Amira terhenyak. Ini Ika atau bukan? Apakah dia sedang kesurupan?

Ika refleks merombak sikapnya total. Ia langsung berubah drastis 180 derajat karena berfikir Amira adalah nyonya Arga di masa depan. Atau mungkin sebenarnya sudah menjadi nyonya Arga dalam mode senyap.

Nada bicaranya jadi lebih kaku, geraknya lebih tertata, dan yang paling mencolok, Ika memanggil Amira dengan sebutan Nona, sama persis seperti yang biasa dilakukan Pak Genta.

Ika pun mulai menyadari satu hal yang selama ini luput dari perhatiannya. Di rumah Tuan Arga, dia baru sadar bahwa hanya Amira satu-satunya pekerja yang dipanggil Nona oleh kepala pelayan itu.

...*****...

Pikiran Amira terus dipenuhi bayangan Gladys. Rasa rindu dan penasaran yang menumpuk membuatnya tidak lagi mampu menahan diri. Ia memutuskan menemui Pak Genta dan berbicara jujur.

"Pak, saya ingin bertemu dengan mamanya Tuan Kecil, Mbak Gladys."

Pak Genta terdiam. Wajahnya tampak tercengang. Ia tidak menyangka Amira akan sampai pada titik ini, menyebut nama yang selama ini berusaha ditutupi.

Pikiran Pak Genta tanpa sadar mengarah pada Ika, menyiratkan tuduhan bahwa Ika mungkin telah membocorkan sesuatu. Melihat air muka Pak Genta yang terlihat berfikir, Amira langsung menangkap sinyalnya.

"Pak, tanpa mengurangi rasa hormat, jangan salahkan siapa-siapa. Saya tahu ini karena insting saya, bukan karena orang lain. Saya hanya ingin tahu ke mana Mbak Gladys pergi. Saya ingin memastikan dia baik-baik saja."

Pak Genta menarik napas berat.

"Nona Amira, soal itu hanya Tuan Arga yang berhak menjawab. Tidak ada seorang pun di rumah ini yang bisa atau berani menjelaskan." Ujar Pak Genta, berharap Amira berhenti sampai di sini.

Tapi Amira tidak lagi mudah dihalangi.

"Kalau begitu, saya akan tanyakan langsung pada Tuan Arga. Saat beliau pulang nanti."

Pak Genta terkejut dengan jawaban Amira. Amira sekarang lebih berani, membuat Pak Genta tidak bisa membiarkan ini. Akhirnya Pak Genta menghubungi Buana, dan ternyata Arga setuju untuk bicara langsung dengan Amira tapi tidak di rumah. Amira diminta menemuinya di suatu tempat.

Hanya butuh tiga puluh menit bagi Amira untuk tiba di tempat yang telah disepakati. Begitu turun dari kendaraan, pintu sudah dibukakan oleh seseorang. Ia melangkah masuk tanpa ragu dan gentar.

Di dalam, Arga dan Buana sudah menunggunya. Amira memberi salam dan sedikit menunduk dengan hormat.

"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Arga drngan suara dingin namun penuh kuasa.

"Saya ingin tahu kabar Mbak Gladys. Saya yakin hanya Tuan yang bisa menjelaskannya."

Tidak ada basa-basi. Arga mengangguk pelan. "Baiklah, akan aku beri tahu. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya dulu pada seseorang."

Pintu kembali terbuka. Seseorang masuk perlahan dengan langkah terseok. Amira terbelalak, itu Ika.

Jantung Amira mencelos. Bagaimana bisa? Ia yakin tidk ada satu pun bukti, tidak ada jejak chat, tidak ada rekaman suara. Lalu bagaimana Arga bisa sampai pada kesimpulan itu?

Buana yang duduk di samping Arga segera bertanya tajam, "Ika, jawab dengan jujur. Apakah kau yang memberitahu nama istri Tuan Arga kepada Nona Amira?

Ika melirik ke arah Amira, gugup sekali. Sekilas mata mereka bertemu. Amira segera memberi kode kecil dengan sorot matanya, jangan akui, biar aku saja yang tanggung.

Amira pun angkat suara, "Maaf, Tuan, bukan Ika yang memberitahu saya."

Namun Buana langsung memotong, "Maaf, Nona Amira. Bukan jawaban Anda yang diminta."

Amira terdiam. Arga hanya duduk santai, menonton jalannya penghakiman.

Kekhawatiran mulai menyelimuti Amira. Ini salahnya. Gara-gara dirinya, Ika terseret ke dalam situasi berbahaya ini.

Sebelum Ika sempat bicara, suara lain memotong. Valerie datang dari arah belakang menyela, "Aku yang sudah memberitahu Amira, Ga."

Namun Buana kembali menggeleng tegas. "Maaf, Nyonya. Bukan jawaban nyonya juga yang diperkenankan."

Kini semua mata tertuju lagi pada Ika.

Dengan napas berat, Ika akhirnya menjawab, "Iya, saya yang kasih tahu ke Mbak Amira."

Jawaban itu seperti bom kecil yang meledak di ruangan. Arga tertawa pelan, lalu berdiri.

"Bagus. Setidaknya kau jujur, itu sudah meringankan hukumanmu." Ujar Arga puas. "Buana, asingkan dia ke sebuah pulau selama satu bulan."

"Baik Tuan."

Lalu Arga menatap ke arah Amira dan bibinya, ekspresinya berubah.

"Bisnis milikku menjalar ke mana-mana. Hal kecil seperti ini bukan apa-apa dibanding apa yang pernah kuhadapi. Kalian pikir aku bisa ditipu semudah itu? jangan berbohong hanya untuk melindungi, tapi jujurlah untuk meringankan keadaan."

Ia lalu melangkah mendekat ke Amira, berdiri tepat di hadapannya.

"Sekarang, giliranku yang bertanya padamu. Sebegitu besar sayangmu pada Gladys sampai-sampai kau berani melangkahi semua batas ini? Atau kau hanya ingin tahu sesuatu yang seharusnya tetap jadi rahasia?"

"Kalau yang Tuan maksud adalah sayang, maka iya, saya sayang Mbak Gladys. Tapi bukan seperti yang Tuan bayangkan. Dia sahabat saya, satu-satunya orang yang pernah menggenggam tangan ini saat saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Tanpa saya sadari, justru Mbak Gladys lah yang membuat saya bangkit dari kenaifan saya sendiri. Suaranya yang terus-menerus menyuruh saya meninggalkan keluarga toxic itu masih terus terngiang di kepala saya sampai sekarang."

"Iya kamu benar. Bahkan sampai detik ini, apa yang kau alami dan terima, Gladys lah yang memintanya."

Apa?

Amira menatap Arga, "Jadi..."

.

.

Bersambung.

Jadi gini pemirsa, besok-besok kalian akan mengarungi flashback yang agak panjang.

1
Syifa Azhar
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/ astaganaga lamaran model apa nih??/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Kartika Dewi
Luar biasa
Zenun: terimakasih
total 1 replies
Syifa Azhar
cemburu yang bikin runyam ya pak buana/Joyful//Joyful//Joyful/
Syifa Azhar
eling Arga eling itu foto jadul pas Amira masih istri Ardi,makanya buana berani naruh hati sama Amira dan mau nunggu jandanya,tp mau gimana lagi habis jadi janda malah jadi incaran bos sendiri. nasi. buana sungguh sial/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
mau di bikin sup katanya/Joyful//Joyful//Joyful/
wadau mau ngapain pakai bawa-bawa pistol??/Silent/
Slamet Riyadi
sepertinya menarik thor/Pray//Good//Good/
Zenun: selamat membaca👍
total 1 replies
Syifa Azhar
gimana ceritanya tikus perkosa kamu sinta, ada-ada saja/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ya begitulah 😄
total 1 replies
Syifa Azhar
karma yang tidak semanis kurma/Grin//Grin/
Zenun: iya betul
total 1 replies
Syifa Azhar
iyaaaaa ternyata oh ternyata Arga di balik keretakan rumah tangga Amira secara tidak langsung/Joyful//Joyful//Joyful/
tp bagus lah setidaknya Amira gak perlu lama-lama sama keluarga toxic itu
Zenun: iya hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
makin penasaran,apa maksudnya Arga bilang yang dialami Amira adalah yang di inginkan Gladys??
apa Gladys meninggal setelah melahirkan tuan kecil dan meminta supaya Almira yang merawat anaknya??
Jajuk Triagustin
kuapokmu kapan ,rasakno koen.
Syifa Azhar
wih jangan-jangan Amira sering jadi bahan gosip di keluarga tuan Arga kalau dia pantas jadi kandidat ibu tuan kecil/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
mety
wkwkwkw Amira Amira......diriku tak bisa komen dah
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
eeeaaaaa....dari ibu susu jadi ibu untuk anak ku/Joyful//Joyful//Joyful/
langsung naik jabatan jadi istri tuan rumah/Grin//Grin/
Zenun: uhuuuuy
total 1 replies
Syifa Azhar
good Lisa jangan mau jadi korban kedua dari keluarga toxic itu,kalau perlu jangan cuma barang-barang aja yang kamu angkut tp sekalian kamu tendang yang punya barang,dah rumah tangga sendiri-sendiri kok masih suka numpang
Zenun: iya ya kak
total 1 replies
Syifa Azhar
bagus Amira langsung kasih paham sama Mia biar gak makin besar kepala
Syifa Azhar
wih di bibi lihat ngak tuh Amira di jemput mobil bagus pakai bodyguard lagi,bisa kejang-kejang tu kalau sampai tau Amira bisa tinggal dirumah orang tajir melintir/Joyful//Joyful/
Zenun: hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
satu kata untuk Ardi,kuapok....
kalau sudah tiada baru terasa,
bagi Amira kamu cuma batu kali gak ada harganya,jadi lbh baik hidup sendiri demi kewarasan dari pada punya suami dan keluarga cuma keluarga toxic
Zenun: betul kak
total 1 replies
Syifa Azhar
waduh mas mas nya ganteng sekali/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Rajo kaciak
singkat padat mantap deh
Zenun: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!