NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Ryos sudah berada di dalam mobil, sudah lebih dari lima menit dia duduk di kursi kemudi sambil memerhatikan wajah Avellyne yang tertidur pulas. Begitu lelapnya Avellyne tertidur sehingga wanita itu tidak menyadari Ryos masuk ke dalam mobil.

Jika saja ada orang jahat yang mengambil kesempatan mungkin barang-barang berharga di dalam mobil tersebut sudah hilang.

Ryos tidak tega membangunkan calon istrinya itu sehingga dia tetap duduk diam dan menunggu sampai Avellyne bangun sendiri. Meski begitu, dia tetap saja masih kepikiran dengan hasil cek laboratorium milik Avellyne.

"Ma–Mama!" Avellyne bergumam di dalam tidurnya dan Ryos yang melihat wanitanya mengigau berusaha membangunkan Avellyne.

"Avel!" ucap Ryos sambil memegang tangan Avellyne.

Wajah Avellyne berkeringat padahal pendingin mobil dalam keadaan menyala.

"Ryos...." Napas Avellyne tersengal seperti seseorang yang habis lari maraton.

Avellyne melihat sekeliling sehingga mengembalikan kesadarannya.

"Kita masih di rumah sakit."

Ryos membuka kaca mobil agar angin alami bebas masuk ke dalam mobil lalu dia memberikan minuman untuk wanitanya.

"Minum dulu!" ucap Ryos dan Avellyne pun menerima minuman dalam kemasan tersebut.

"Mimpi apa?" Ryos bertanya sambil mengambil kembali botol minuman yang dipegang Avellyne, lalu dia memberikan tisu kepada wanita itu.

"Cuma mimpi buruk. Mimpiin mama." Avellyne menjawab dengan suara lirih.

"Kamu sampai keringatan gini, Sayang."

"Namanya juga mimpi buruk, Yos. Kalau mimpi indah, gue pasti ketawa sambil tidur."

Ryos menghela napas, merasa sedikit lebih lega karena Avellyne langsung bisa bercanda seperti ini.

"Gimana sama hasil laboratorium-nya?" tanya Avellyne.

"Punya aku sudah selesai. Tapi, kamu harus ambil darah ulang. Petugas medisnya melakukan kesalahan saat mau ngecek darah kamu. Jadi, kita masuk ke dalam dan ambil darah kamu lagi."

Avellyne menghela napas berat. Benar-benar merepotkan.

"Enggak profesional banget," gerutu Avellyne.

"Bukan enggak profesional, Sayang.  Ya, namanya juga manusia. Melakukan kesalahan satu dua kali wajarlah."

"Jangan menormalisasikan kesalahan, Yos." Avellyne mendadak badmood. Salah satu penyebabnya karena dia merasa sedikit pusing akibat terbangun tiba-tiba karena mimpi buruk tadi.

Mimpi buruk yang acap kali datang, tidak peduli dia sedang tidur malam atau tidur sekedar mengistirahatkan diri sejenak seperti beberapa menit yang lalu.

"Ya, mau gimana lagi. Pihak KUA meminta surat kesehatan kita untuk keperluan berkas."

Avellyne cemberut, dia membuka pintu mobil dan turun begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia bahkan berjalan lebih dulu dengan langkah cepat.

"Sama-sama jalannya, Sayang!" Ryos sedikit berteriak sebab Avellyne berada lima meter di depannya.

"Apaan, sih, pake manggil sayang segala." Avellyne ngedumel dan langkahnya semakin cepat sehingga Ryos berlari untuk menyamakan langkah mereka.

"Bisa enggak sih, jangan panggil gue dengan sebutan sayang?"

"Enggak bisa. Kamu harus terbiasa mendengarnya. Kayak enggak pernah dipanggil sayang aja sama mantan-mantan kamu itu."

"Beda, Yos. Kalau gue dengar dari mulut loe, tiba-tiba gue merasa merinding."

Ryos tersenyum sebab dia melihat sikap Avellyne saat ini sudah kembali seperti sedia kala. Avellyne yang selalu bicara ketus dan tidak mau mengalah.

"Kalau begitu aku bakal lebih sering manggil kamu dengan sebutan, Sayang." Ryos memang suka sekali menggoda Avellyne, semakin dilarang maka dia akan semakin berbuat jahil kepada wanita tersebut.

...

Kini Avellyne dan Ryos sudah berada di ruang periksa, sudah ada petugas bagian laboratorium untuk mengambil sample darah Avellyne. Wajah wanita itu cemberut sedari tadi. Sikapnya yang demikian karena dia merasa begitu lelah hanya sekedar berjalan masuk kembali ke dalam rumah sakit.

"Jaga baik-baik sample darah saya. Setiap tetesnya sangat berharga," ucap Avellyne sedikit ketus dan menatap tidak senang petugas laboratorium tersebut.

"I-iya, Mbak. Maaf soal sample Mbak yang sebelumnya."

Tidak perlu memakan waktu lama, sample darah Avellyne berhasil di ambil.

"Besok siang Mas-nya bisa datang kembali untuk mengambil hasil darahnya," ucap Ratna–perawat yang mengambil sample darah Avellyne.

Ryos mengerti, setelah mengucapkan banyak terima kasih, Ryos dan Avellyne pun keluar dari gedung rumah sakit.

"Sayang banget kalau calon istrinya pemakai. Kalau dilihat dari luar seperti wanita baik. Padahal cantik," ucap Ratna kepada salah satu rekannya.

"Jangan sembarangan menilai. Kita belum tahu hasil pastinya." Heni menyahuti perkataan dari rekannya itu.

Ketika sudah sampai di ruang laboratorium, mereka pun mulai melakukan pengecekkan pada sample darah milik Avellyne.

...

Setelah sampai di rumah, Avellyne langsung membersihkan dirinya dan ingin melanjutkan tidur lagi. Namun, setiap kali mata terpejam pikirannya selalu terusik.

Pikiran-pikiran negatif tidak bisa dia hindari. Wanita itu merasa frustrasi, dia ingin sekali tidur untuk beristirahat tetapi kenapa begitu susah untuk melakukannya.

Dia tinggal di rumah mewah, tidur di ranjang yang nyaman, tetapi hampir tidak bisa mendapatkan ketenangan.

"Menyebalkan," gumam Avelleyne dan dia langsung beranjak dari tempat tidur empuknya.

Kakinya melangkah menuju meja rias, dibukanya laci dan terlihat dia mengambil sesuatu dari dalam laci tersebut.

Di tangan wanita itu terlihat pot obat ukuran kecil. Dia memandanginya untuk beberapa detik sebelum mengeluarkan obat dari pot tersebut.

Wanita itu menghela napas dan duduk di pinggiran ranjang, dia pandang lagi dua butir obat warna putih yang ada pada telapak tangannya, enam detik setelah terlewati, dia konsumsi obat berukuran kecil tersebut.

Meski tidak ingin ketergantungan, Avellyne harus mengkonsumsi obat tersebut agar dia bisa tidur tanpa mengalami mimpi buruk yang selalu mengganggu.

***

Keesokan harinya, setelah selesai dari rapat pukul tiga sore, Ryos bergegas ingin meninggalkan kantor sebab hasil cek sample darah Avellyne sudah keluar. Dia mendapat pesan satu jam yang lalu dari pihak rumah sakit.

"Kita lanjut membahas hasil rapat tadi, kan?" Marsha berkata seraya menghadang jalan Ryos.

"Enggak bisa hari ini. Aku ada urusan penting. Kamu susun aja dulu materi yang mau dibahas. Kirim ke email aku, nanti malam aku periksa materinya dan besok kita bahas bersama-sama." Ryos berkata dengan cepat karena dia memang sedang terburu-buru.

Pria itu sudah sangat tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari dokter tentang calon istrinya.

"Ada masalah di proyek baru kita, Yos. Kita harus cepat mencari solusinya." Marsha tahu benar kalau permasalahan yang terjadi pada proyek mereka tidaklah begitu serius.

Apa yang dilakukannya saat ini karena dia menebak kalau Ryos ingin pergi untuk menemui Avellyne.

Ryos menatap Marsha dengan lekat, kali ini terlihat cukup menakutkan.

"Aku bilang, kirim saja materinya dan aku bakal periksa nanti malam. Apa kata-kata aku kurang jelas?!"

Marsha cukup tertekan, akhirnya dia menggeser posisi berdirinya dan memberi celah agar Ryos bisa keluar dari ruang rapat.

"Kamu mau bertemu dengan Avel lagi hari ini?" Pertanyaan Marsha mengurungkan Ryos untuk membuka pintu.

"Kamu masih tidak bisa memisahkan urusan pribadi dan urusan pekerjaan. Aku tidak bisa terus-terusan mengambil alih pekerjaan kamu, Yos. Aku tahu kamu sibuk mengurus acara pernikahan kalian. Tapi, masalah proyek yang sedang kita hadapi tidak bisa dianggap remeh."

"Kalau kamu tidak bisa menomor satukan perusahaan, sebaiknya kamu pikir ulang apakah kamu pantas menduduki posisi tertinggi di perusahaan ini? Selain itu, aku berniat resign. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi mengambil alih semua pekerjaan kamu."

Mendengar semua perkataan Marsha, Ryos berbalik badan dan menatap wanita itu begitu dalam. Dia ingin mencari kepastian, apakah setiap kata yang keluar dari Marsha benar-benar diucapkan dengan serius atau hanya gertakan semata?

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!