NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:493
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perdebatan Dengan Natalie

Mobil yang dikendarai Garda melaju membelah jalanan. Pikirannya tak tenang saat menerima panggilan beberapa saat lalu dari sang mantan istri.

Natalie? Untuk apa wanita itu bertandang ke rumahnya?

Berselang beberapa menit berkendara dan terjebak macet, Garda akhirnya tiba di rumah. Ternyata Natalie tidak bercanda, mobil wanita itu terpakir tepat di halaman depan. Garda buru-buru masuk setelah seorang penjaga menyambutnya.

"Papa!" seru Nata begitu Garda masuk tergopoh.

Anak gadisnya tengah berada di dapur dan membawa sepotong cake. Sedangkan sang mantan istri duduk di ruang tengah sembari menyesap teh hangat. Kedatangan Garda dihadiahi senyum lebar Natalie.

"Hai, Garda. Kamu cepat juga pulangnya," sapa Natalie.

"Kita bicara di atas, Natalie. Ikut saya!"

Melihat kedua orang tuanya saling menatap, Nata mendekat. "Ada apa ini? Papa kenapa kelihatan marah begitu?"

"Papa cuma mau bicara dengan mama kamu, Nata," kata Garda.

"Oh? Papa mau marah-marah ke Mama? Yah, awalnya aku juga kesel karena Mama tiba-tiba dateng setelah beberapa tahun ini. Tapi kan kita udah lama nggak ketemu Mama. Aku juga kangen sama Mama."

"Nata kamu dengar Papa nggak? Papa cuma mau bicara sana mama kamu. Masuk ke kamar kamu sekarang!" titah Garda dengan intonasi yang sedikit naik.

Nata terkesiap karena setelah beberapa tahun, ia baru mendengar papanya membentak lagi. Gadis itu menggigit bibir, lalu dengan kasar meletakkan piring ke meja makan dan bergegas naik ke kamar. Terdengar suara 'bam!' keras saat Nata menutup pintu kamarnya.

Aksi Nata membuat Nataline menghela napas. Wanita yang mengenakan long dress berwarna peach itu bangkit dari tempat. Ia mendekati Garda sembari berkacak pinggang.

"Kamu sering marahin dia, ya? Dia itu putrimu, Garda," kata Natalie memprotes.

"Dia sudah dewasa dan kamu nggak berhak memprotes bagaimanapun cara saya mendisiplinkan atau mendidik Nata."

"Aku ini ibunya."

Senyum remeh terlihat di bibir Garda. "Baru sekarang kamu menyebut dirimu ibu? Setelah kamu meninggalkan Nata, kamu mengatakan kamu adalah ibunya? Apa kamu sedang mabuk, Natalie?"

"Garda!" Natalie menjerit.

"Kenapa kamu marah? Faktanya kan memang begitu. Kamu menyerah untuk mengurus Nata demi karier. Saya mengizinkan kamu pergi, saya merawat Nata, dan kamu sama sekali nggak mengabarinya. Beruntung sekarang Nata bisa bersikap baik padamu hanya karena kamu bilang, kamu merindukannya."

"Oke. Itu semua salahku. Tapi sekarang aku datang untuk memperbaiki semuanya, Garda." Wanita dengan rambut bergelombang itu mendekat dan meraih lengan Garda. "Kasih aku kesempatan, hm?"

Garda menarik kasar lengannya. Pegangan Natalie langsung terlepas. Kesempatan katanya? Yang benar saja.

"Sudahlah, Natalie. Jangan mengusik kehidupan saya dan Nata lagi. Kalau kamu tetap ingin bertemu dengannya, silakan bertemu di luar. Tapi saya tetap akan membuat batasan, kamu nggak bisa bertemu setiap hari dengannya."

"Bagaimana bisa aku memperbaiki kesalahanku kalau kamu membatasi pertemuan kami? Aku pengen mengganti waktu-waktu yang terbuang bersama Nata," cetus Natalie.

"Kamu ngga denger? Aku nggak melarang kalian bertemu. Tapi aku membatasinya."

"Garda ...." Natalie merengek sembari berusaha menyentuh jemari mantan suaminya.

Secepat mungkin Garda mundur. Ditunjuknya wajah Natalie. "Kamu datang hanya untuk Nata, ingat itu."

"Bagaimana kalau aku ingin memperbaiki semuanya dengan kamu? Kita bisa menjadi keluarga seperti dulu, Garda."

Ingin sekali Garda tertawa keras mendengar permintaan Natalie. Menjadi keluarga? Dulu Garda memang menginginkannya. Ia bahkan rela membawa Nata, merawat dan menjaganya. Namun, setelah Natalie membuat keputusan untuk menyerah menjadi ibu rumah tangga, Garda sedikitpun tak ingin berurusan lagi dengan wanita itu.

Kekecewaan yang disebabkan Natalie masih terasa sampai detik ini. Andai Garda lebih brengsek, mungkin ia akan melepas tanggung jawabnya atas Nata.

"Aku tau, kamu kecewa." Natalie mendongak, memandang mantan suaminya dengan tatapan sendu. "Aku minta maaf, Garda."

"Sudah cukup, Natalie. Pulanglah!" Garda mengusir.

"Selama ini aku mengecewakan kamu. Aku selalu menjadi beban buat kamu. Bahkan kamu rela merawat anak yang buk—"

"Natalie!" Garda menyergah. Sepasang matanya melotot tajam saat Natalie mulai membawa arah pembicaraan ke masa lalu. "Jaga bicaramu dan pergi dari sini."

"Dia sudah dewasa dan dia seharusnya tau."

"Tutup mulutmu!" Suara Garda meninggi. "Nata adalah anak saya. Saya nggak peduli kamu masih menganggapnya anak atau menyebut dirimu seorang ibu, tapi di mata saya ... Nata putri saya. Hanya putri saya, Natalie."

"Garda!"

Tak memedulikan Natalie, Garda bergegas keluar dari ruang tengah. Jika Natalie bersikeras tak mau pergi, lebih baik dia yang menjauh.

Garda naik ke lantai dua dan langkahnya melambat saat melihat pintu kamar Nata terbuka sedikit. Anaknya berdiri di belakang pintu, mengintip sedikit saat Garda naik ke lantai dua. Selama sekian detik, Garda menatap sang putri sampai akhirnya Nata-lah yang menutup pintu itu.

*****

"Papa masih marah?" tanya Nata saat masuk ke ruang kerja ayahnya.

"Ada apa, Natasha?"

Nata mendengkus dan duduk tepat di sofa beludru di depan meja kerja Garda. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya tertekuk sedikit.

"Oke, aku minta maaf karena seenaknya ngajak mama ke sini." Nata memberi jeda sesaat. "Tadinya aku juga kesel karena waktu itu mama ke kampus. Aku bahkan batalin janji sama Bening karena mama ngotot pengen ngajak aku ngobrol. Aku marah loh, Pa, karena mama baru dateng sekarang.

"Tapi kan mama udah minta maaf dan dia bilang merindukan aku. Jujur aja, walaupun aku kesel, tapi aku juga kangen mama. Mama minta maaf dan katanya dia pengen memperbaiki semuanya. Aku nggak berharap kalian kembali bersama, tapi seenggaknya aku masih bisa bareng papa dan mama. Aku masih bisa ketemu mama dan papa."

Sepasang mata Garda beralih dari layar laptop. Ia baru saja selesai online meeting dengan seorang investor asal Singapura. Untung Nata datang tepat waktu.

"Lain kali, bertemu di luar. Jangan membawanya ke rumah ini," kata Garda menimpali sekenanya.

"Papa ngelarang kami ketemu?"

"Bukan, Nata. Papa hanya memberi batasan. Kamu nggak boleh ketemu setiap hari dengannya. Fokus pada kuliah dan kelulusanmu. Contoh Bening ...." Garda menghela napas. "Maaf, Papa nggak bermaksud membandingkan kalian. Papa cuma mau kamu lebih banyak belajar lagi dan fokus pada kuliah. Selagi Bening bisa membantu, kamu bisa minta bantuan darinya. Maksud Papa untuk belajar."

"Iya, iya! Anak Papa tuh siapa sih sebenernya? Aku atau Bening?"

Senyum tipis Garda terlukis sesaat. "Tapi kamu paham kan maksud Papa tadi?"

"Iya." Nata beranjak dari tempat. "Oh iya, Pa. Sebentar lagi aku ulang tahun. Oma pengen ngadain pesta. Aku boleh kan ngajak mama bahas pesta ulang tahun? Aku juga mau ngajak Bening diskusi tentang ulang tahunku."

Sebenarnya Garda kurang setuju dengan mengikutsertakan Natalie. Hanya saja, Nata bisa marah kalau sampai Garda tak mengizinkan Natalie terlibat. Biar bagaimanapun wanita itu adalah ibu kandung Nata.

"Pa?" Nata merengek. Dia benar-benar mirip dengan Natalie. Bahkan suaranya saat merengek pun terdengar mirip. "Boleh, ya? Mama serius, loh, mau memperbaiki hubungan kami."

"Iya, boleh."

Binar antusias di mata Nata langsung terlihat. Gadis itu berlari ke arah Garda dan memeluknya dari belakang. "Terima kasih, Papa. Aku doain deh biar cepat dapet tante yang super baik, biar Papa nggak jadi duda ngenes."

"Sembarangan kamu." Garda mengusap pelan punggung tangan putrinya. "Oh ya, emangnya kamu siap punya ibu sambung?"

"Asalkan dia tulus cinta sama Papa, nggak gila harta, dan baik ke aku, Oma, juga Bening," cetus Nata.

"Bening? Kenapa Bening juga?"

"Ih! Bening itu udah kayak kakak buat aku, Papa." Nata menjauh dari sang ayah. "Kalau Papa punya pacar, dia juga harus bisa memperlakukan Bening dengan baik."

"Kamu sesayang itu sama Bening?"

"Iyalah! Papa pake nanya. Udah, ya, aku ke kamar dulu." Nata beranjak. Namun, berhenti sebentar di depan pintu. "Oh ya, aku nggak mau punya mama sambung yang seusia denganku atau lebih muda dariku. Catet itu ya, Papa Garda yang ganteng."

Ucapan Nata membuat Garda tercenung. Punggung anaknya menghilang di balik pintu yang tertutup.

"Tapi sayangnya, Papa mencintai perempuan yang seusia denganmu, Natasha," gumam Garda.

Memikirkan Bening, ia tiba-tiba rindu gadis itu. Padahal baru beberapa jam lalu mereka bertemu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!