Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Jarum jam di dinding ruang pegawai, baru saja menunjuk pukul sepuluh malam. Safeea yang baru saja selesai membersihkan kamar terakhir langsung meletakkan alat alat kebersihan yang tadi ia gunakan, untuk bergegas menuju loker. Tangannya sedikit gemetar saat membuka pintu logam itu, ia lalu mengambil tas selempang lusuh yang sudah menemaninya sejak pertama kali bekerja di Tirta Kencana Hotel.
Dengan langkah cepat sembari mengendap endap untuk memantau situasi, Safeea keluar dari ruang pegawai, menyusuri lorong hotel, lalu menuruni anak tangga menuju basement tempat parkir. Di ujung area, mobil mewah berwarna hitam pekat dengan kaca gelap terlihat mencolok. Bahkan dari jauh, Safeea sudah bisa melihat siluet William dari balik kemudi.
"Ya tuhan, sebenarnya kemana pak William akan membawaku pergi?" tanya safeea di dalam hatinya dengan cemas sebelum akhirnya ia melangkah menghampiri mobil milik William.
Safeea mengetuk pintu mobil sebelum ia masuk ke dalam mobil, Begitu ia membuka pintu mobil dan duduk di kursi empuk berbalut kulit, aroma khas parfum William langsung memenuhi indera penciumannya.
Tanpa banyak bicara, William langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia lalu menginjak pedal gas, dan membawa mobilnya keluar dari area parkir, melewati gerbang Tirta Kencana Hotel, dan melaju di jalanan Jakarta yang mulai sepi dari keramaian.
Safeea menatap pemandangan lampu-lampu kota yang berpendar di luar jendela. Jemarinya saling bertaut di pangkuannya, berusaha mencari keberanian untuk bertanya kepada William.
“Pak William, sebenarnya kemana kita akan pergi?” tanya Safeea yang suaranya nyaris tenggelam di antara suara AC dan deru mobil.
William meliriknya sekilas, lalu kembali memandang ke depan. Bibirnya membentuk senyum samar, tapi tatapannya mengandung ketegasan.
“Ke tempat yang spesial. Kau akan mengerti saat kita sampai nanti.” jawab William singkat.
Jawaban itu tidak memuaskan rasa ingin tahu Safeea, tapi entah kenapa ia memilih untuk diam. Ada sesuatu di nada suara William yang membuatnya yakin bahwa malam ini bukan sekadar pertemuan biasa.
Perjalanan berlangsung sekitar tiga puluh menit sebelum akhirnya mobil berbelok ke sebuah jalan yang lebih tenang. Lampu-lampu taman yang tertata rapi menyala di sepanjang sisi jalan, menandakan kawasan ini bukanlah perumahan biasa.
Mobil berhenti di depan sebuah gerbang tinggi dengan ornamen besi tempa yang berkilau diterpa cahaya lampu. William segera mengambil remote kecil yang ada di dashboard mobil lalu menekan salah satu tombol di remote itu. Saat gerbang terbuka perlahan, terbentang halaman luas dengan taman hijau yang ada di sisi kanan, air mancur, dan bangunan megah bergaya klasik yang menjulang kokoh.
William kemudian memarkirkan mobil di depan tangga utama dari teras depan rumahnya. Begitu mobil berhenti, pintu depan rumah terbuka, dan dari dalam, beberapa pelayan keluar sembari berlari kecil. Mereka membentuk barisan pagar di sisi kanan dan kiri jalan setapak menuju pintu utama, membungkukkan badan dengan sopan sambil mengucapkan salam kepada William.
“Selamat datang kembali, pak William.” sambut mereka yang terdengar kompak dan menciptakan suasana penyambutan yang megah dan penuh penghormatan.
Safeea yang melihatnya hanya bisa memandang dengan takjub. Ia merasa seperti berada di dalam film daripada di dunia nyata, dunia yang terlalu jauh dari kehidupannya yang sederhana.
William mengangguk kecil sembari tak lupa untuk tersenyum kecil kepada pelayan yang sudah menyambut kepulangannya dengan baik.
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.