Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.
Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPILOG (Damai Yang di Tunggu)
Haii, setelah perjalanan singkat dan sedikit panjang akhirnya kita sampai di akhir cerita terimakasih semuanya sudah mau membaca karya saya, saya berharap semuanya tak bosan untuk membaca ulang hehe, jangan basa basi ah langsung aja yaa ke ending cerita..
...
Happy Reading...🕵♂️📸
...**----------------**
...
Matahari pagi menyinari Desa Warengi Jati. Suara ayam berkokok, anak-anak kecil berlarian, dan warga kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak ada lagi bisikan mencekam, tak ada lagi mata yang was-was menatap bayangan malam.
Di halaman mushola yang hampir selesai, warga bergotong-royong. Pak RT sibuk mencatat daftar bahan bangunan, Pak Herry mengangkat kayu untuk rangka atap, dan Pak Ustadz memberi semangat sambil mengatur pembagian kerja.
Kevin duduk di bawah pohon, tangannya penuh debu semen, keringat mengalir tapi wajahnya tetap datar. Billy, dengan celana abu-abu khas SMA, ikut mengaduk semen sampai belepotan ke bajunya.
Sementara itu, Bayu… entah apa yang dia lakukan. Ia berdiri di atas tumpukan bata, pegang sendok semen kayak orator.
“Warga Desa Warengi Jati yang saya cintai!” suaranya lantang. “Hari ini kita buktikan… melawan setan itu gampang, tapi melawan panas terik sambil ngaduk semen? Itu jihad yang sebenarnya!”
Warga yang sedang kerja bakti langsung ngakak.
Kevin mendengus, “Turun, Bay. Nanti lo jatuh.”
Bayu nyengir lebar, “Tenang, Pin. Gue ini ringan kayak kapas. Eh, kayak… apa ya? Pokoknya ringan!”
Belum sempat turun, Bayu benar-benar kehilangan keseimbangan dan jatuh ke adukan semen. Braaak!!
Billy langsung teriak sambil ketawa ngakak, “Waduh, ahahhahah kualat Bang Bay! Jadi patung semen dadakan!”
Bayu bangun dengan wajah belepotan abu putih, bergaya ala hantu.
“Lihatlah! Aku adalah setan semen dari dimensi lain! Yang berani lawan gue harus setor batu bata dulu!”
Semua orang meledak ketawa, termasuk Pak Herry yang biasanya serius. Bahkan Kevin, yang jarang banget ketawa, sampai menunduk sambil nyembunyikan senyum.
Pak Ustadz sampai geleng-geleng kepala.
“Astaghfirullah, Bayu. Kalau semua setan kayak kamu, mungkin dunia ini isinya Cuma ketawa.”
Bayu menyeringai sambil ngusap semen di
Pipinya.
“Kan katanya tawa itu obat, Ustadz. Jadi gue ini dokter spesialis ketawa gratisan!”
Billy nggak berhenti cekikikan, “Bang Kevin, aku yakin Bang Bay lebih serem kalau jadi pelawak daripada waktu lawan setan kemarin.”
Kevin menepuk bahu Bayu sambil pura-pura kesel.
“Bay, gue janji satu hal…”
Bayu melongo, “Apa tuh?”
Kevin menatapnya lempeng, lalu menjawab, “Lo jangan pernah berubah. Karena kalau lo serius mulu, dunia ini bakal ngebosenin banget.”
“Ehhh Guys ada yang ketingggalan!!”
Para warga mendadak berhenti dari kerjaan mereka terus menatap Bayu dengan serius, setelah warga serius barulah Bayu bicara.
“Kubah pink jadi?” Ucapan terakhir Bayu dan membuat warga diam sejenak Kemudian tertawa beramai-ramai.
Suasana jadi hangat. Tawa warga bercampur dengan suara palu, adukan semen, dan semangat kerja bakti. Mushola makin hari makin kokoh berdiri, jadi simbol kebersamaan baru.
*Ucapan Polisi*
Menjelang sore, rombongan polisi datang kembali ke desa. Seorang perwira berdiri di hadapan warga, suaranya lantang namun penuh rasa hormat.
“Dengan ini, kasus Warengi Jati resmi kami tutup. Semua berkas sudah kami catat, dan dalang sebenarnya telah berakhir bersama kutukannya. Desa ini kini aman.”
Ia lalu menoleh pada Kevin dan Bayu, yang berdiri berdampingan di depan mushola.
“Terima kasih, kalian berdua. Kalau bukan karena keberanian kalian membuka gerbang lama rahasia desa ini, mungkin kebenaran tidak akan pernah terungkap. Bagi kami, kalian adalah detektif kampung yang sesungguhnya.”
Warga bersorak bangga. Billy langsung menepuk-nepuk bahu mereka.
“Tuh kan, Bang Kevin, Bang Bay! Kalian resmi jadi detektif kampung. Aku asistennya aja, ya?”
Bayu menyeringai, “Asisten? Lo lebih cocok jadi maskot, Bil.”
Billy manyun, tapi akhirnya ikut tertawa bersama warga.
*Perpisahan Arwah*
Saat azan maghrib berkumandang, Kevin tiba-tiba merasakan hawa dingin yang familiar. Pandangannya menembus cahaya senja, dan ia melihat sosok-sosok samar muncul di dekat mushola.
Arwah Bu Minah berjalan perlahan, tak lagi berlumuran darah. Wajahnya kini bersih, cantik, penuh senyum damai. Di sampingnya, Zikri dan Nabila bergandengan tangan, wajah mereka berseri. Nabila mengelus lembut perutnya yang membuncit, tanda kehidupan yang sempat terenggut..Serta herman dan dengan rasa gembira walaupun mati ia merasa senang karena kebenaran telah terungkap.
“Terimakasih Herman...” kau adalah pahlawan, walaupun kau tersangka sebagai pelaku, tapi kalau bukan karena kau membocorkan semuanya, kasus ini tidak akan pernah terpecahkan dan desa Warengi Jati akan terus di landa kabut gelap
Mereka semua menatap Kevin, Bayu, dan Billy. Senyum yang tulus, penuh rasa terima kasih. Lalu perlahan, cahaya terang terbuka di balik pepohonan. Satu per satu arwah itu melangkah masuk, semakin lama semakin memudar, sampai akhirnya lenyap dalam sinar putih yang menenangkan.
Kevin terdiam lama, matanya basah. Bayu menoleh, heran.
“Pin, kenapa?”
Kevin menggeleng kecil, lalu tersenyum samar.
“Gak apa-apa… akhirnya mereka bisa pulang.”
Senja menutup hari dengan tenang. Desa Warengi Jati kini benar-benar bebas dari kegelapan, dan hanya menyisakan kedamaian, tawa, serta doa.
Dan sejak hari itu, nama-nama mereka dikenang bukan lagi sebagai korban, melainkan sebagai cahaya yang pernah menerangi Desa Warengi Jati cahaya yang lahir dari pengorbanan, doa, dan keberanian untuk melawan kegelapan.
...TAMAT...
...----------------...