NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sial

Pagi ini Hara terbangun dengan kepala yang sedikit berat di rasanya ia menurunkan kakinya satu persatu menapaki lantai dingin di rumah Dewi, ia berjalan keluar ketika mendengar beberapa suara berisik dari luar.

Matanya menyipit menyesuaikan dengan sinar membara yang tiba-tiba menyorot matanya, ia terkejut ketika melihat dapur di sebelah kamarnya itu penuh dengan kobaran api. Namun setelah itu, ia melihat Dewi yang dengan santainya membawa handuk basah dan APAR.

"Dewi!?"

Dewi menoleh lalu melambaikan tangannya sambil tersenyum, lambaian tangan itu memberi kode agar ia mendekat. Dengan langkah pasti ia melangkah menghampiri Dewi yang tengah memadamkan api yang cukup besar itu.

"Kamu ke ganggu ya?" tanya Dewi saat Hara sudah di sebelahnya

"Kan aku bilang tidurnya di atas aja, di atas banyak kamar. Malah pilih deket dapur" lanjut nya

"Kamu lagi apa?"

Suara Hara masih terkejut namun ia berusaha tetap tenang karna rupanya Dewi bisa mengatasi kobaran api yang besar tadi.

"Bikin roti tawar."

Hara melirik ke arah meja makan yang memang benar sudah ada satu buah roti yang mengembang dalam satu loyang persegi panjang.

Hara mendekat dan menyentuh sedikit permukaan roti itu yang rupanya masih panas.

"Masih panas, sabar ya." ucap Dewi yang menoleh sembari tersenyum

Hara kembali ke samping Dewi "Kamu bisa baking?"

Dewi mengangguk antusias "Nenek pinter bikin roti dulu, dan aku di ajarin."

Sungguh, Hara benar-benar terkesan melihatnya. Siapa yang sangka gadis cantik, pintar, kaya dan pintar memasak itu kini berstatus sebagai pembunuh.

"Kenapa gak beli aja sih." ujar Hara yang kini membantu Dewi

"Kamu lupa ya?"

"Aku ini buronan, udah pasti gak akan mudah kalo mau ke supermarket"

Benar juga, namun dengan begitu Dewi bisa mengatasi masalah nya karna syukurlah ia bisa memasak.

"Kamu mau keluar?" tanya Dewi

Hara terdiam, ia menimbang sebentar apa yang akan ia lakukan hari ini. Sekolahnya memang sudah selesai sejak dulu, ketika anak seusianya berkuliah mereka berdua malah terjebak dalam situasi sulit ini.

"Biar aku yang belanja keperluan kamu, aku gak ada rencana apapun hari ini" ucap Hara

Dewi tersenyum lalu mengeluarkan sebuah dompet dan mengambil salah satu kartu ATM-nya.

"Nih, pin nya 230918."

Hara mengambil kartu itu membolak-balikkan kartu yang baru pertama kali ia lihat.

"Kalo kamu inget, itu tanggal pertama kali kita ketemu." lanjut Dewi

Hara menoleh menatap sendu Dewi yang masih tersenyum, ia merasa bersalah karna baru menyadari bahwa Dewi sangat mengingat tentang mereka seolah Hara adalah salah satu bagian terpenting di hidupnya.

"Kamu sesayang itu ya ke aku?" ejek Hara yang di hadiahi kekehan Dewi.

Hara kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap membeli segala macam keperluan Dewi beberapa hari ke depan, sedangkan Dewi kini tengah menyiapkan sandwich untuk sarapan keduanya.

Hara keluar dengan pakaian sepenuhnya milik Dewi dari atas hingga bawah, pakaian Dewi sungguh feminim Hara sedikit tak percaya diri awalnya. Ia keluar menunjukkan beberapa setelan yang ia pakai, Dewi melihat beberapa yang tak cocok dengan Hara itu menyuruhnya mengganti hingga akhirnya terpilihlah baju kaos dengan celana jeans diatas lutut seperti setelan yang sering Hara pakai.

Mereka menyantap sarapan sambil sesekali tertawa karna menatap lucu kartun yang dinyalakan Dewi, setelahnya Hara pergi dengan memesan ojek online.

Ia sampai di supermarket mengambil troli sebab list yang Dewi berikan cukup banyak kali ini ia menyusuri lorong demi lorong mencari pesanan Dewi meski terkadang ia akan menelepon Dewi apabila tak menemukannya.

Kakinya ia langkahkan dengan riang melewati berbagai macam produk sambil terus bertelepon dengan Dewi, ia menanyakan seberapa banyak telur yang harus dibeli, menanyakan bagaimana caranya meminta karyawan untuk mengambil telur pesanannya, ia menanyakan banyak hal pada Dewi saat bingung memilih produk, ia menanyakan buah seperti apa yang bagus untuk dimakan, dan Dewi tak pernah keberatan soal itu ia menjawab semuanya dengan lembut dan senang juga tentunya.

Hingga ia kini tengah berada di konter daging ia memilih daging ayam dan sapi sambil masih bertelepon dengan Dewi.

"Aku bilang apa ke Bapak nya?"

"Di ambil aja Hara, di depan itu pasti banyak yang udah mereka display"

"Gimana kalo aku salah ambil."

"Ada tulisannya Hara, coba kamu ambil aja. Kamu boleh buka freezer nya kok."

"Oh! Iya betul! Kita butuh ayam dan sapi aja kan?"

"Betul sekali, tambah ambil udang ya."

"Emmm, udang gak ada di pajangan mereka Dewi. Gimana ini?"

"Kamu bisa tanyakan ke karyawan disana, kita butuh 500gr ya."

"Oh, Oke."

Hara menatap seorang lelaki yang tengah memegang pisau daging di hadapannya "Pak, aku butuh uda-"

"Hara?"

Suara itu tampak familiar di telinganya, suara seorang wanita tua yang jelas ia kenali.

Hara menoleh ke belakang mendapati Ayah dan Ibu Hakim yang berdiri sembari membawa troli yang masih kosong.

Secara spontan ia membalikkan tubuhnya lagi seketika tubuhnya kaku tak mampu apapun, ia merasakan ada gerakan yang semakin mendekat ke arahnya.

Handphone yang di genggamnya tiba-tiba di rampas begitu saja oleh Ayah Hakim yang membuat Hara terlonjak kaget.

"Kamu bisa stop teror keluarga saya!?"

Ayah Hakim berbicara tepat di handphone yang ia rampas tadi, berkata dengan nada sedikit tinggi dan mengundang sorot mata penasaran para pengunjung supermarket disana.

Hara masih terdiam tanpa berbuat apapun ia juga melihat Ibu Hakim yang kini tengah mengelus dada suaminya guna menenangkan Ayah Hakim.

"Saya gak takut! Tapi saya risih! Dasar pembunuh sialan!"

Lagi-lagi Ayah Hakim berkata dengan sedikit membentak. Kini makin ramai orang yang memperhatikan mereka.

"Ayah udah, udah. Malu di lihatin orang." ucap Ibu Hakim

"Kamu ikut saya setelah bayar semua ini." tunjuk Ayah Hakim pada Hara

Hara tak mampu berbuat apapun ia mengangguk dan menarik troli yang sejujurnya masih banyak yang belum ia beli, ia membayar dengan Ayah Hakim yang selalu memperhatikannya.

Setelahnya ia berjalan mengikuti Ayah dan Ibu Hakim yang membawanya ke sebuah restoran, mereka tak pesan apapun disana. Mereka hanya memesan ruang private untuk ketiganya mengobrol.

"Hara sudah makan Nak?" tanya Ibu Hakim ketika sudah terduduk di bangku

Hara mengangguk sembari menunduk ia kini berhadapan dengan Ayah Hakim dan Ibu Hakim yang kemarin sempat ia tinggalkan begitu saja tanpa pamit sedikitpun.

Ibu Hakim yang melihat betapa lengan Hara bergetar itu merogoh handphone nya.

"Ibu telepon Kak Hakim ya, biar menemani Hara disini."

Pergerakan itu Hara hentikan dengan menggenggam pergelangan tangan Ibu Hakim, ia menggeleng ribut menyuruh Ibu agar tak melakukannya.

"Kenapa? Kak Hakim khawatir banget sama Hara dari kemarin, Hara abis darimana?"

"A-aku di rumah Paman."

"Oh, sama si pembunuh itu?" kini Ayah mengangkat suara dengan lebih sarkas lagi

"Tapi Hara tidak apa-apa kan, Nak?"

Hara menggeleng lemah

"Bilang ke si pembunuh itu untuk berhenti meneror keluarga saya." ucap Ayah Hakim

Kini Hara memberanikan diri menatap Ayah Hakim yang kian jengah rupanya.

"Dewi teror keluarga Om?"

Om?

Ia tak lagi menyebut lelaki itu dengan sebutan Ayah yang dulu di ajarkan mereka. Ia cukup tahu diri setelah mendengar penolakan dari Ayah Hakim kemarin, ia ingin mengikuti semua yang di minta Ayah Hakim untuk kembali asing seperti awal mula.

"Gak usah pura-pura gak tahu. Saya tahu kamu juga dalang dibalik teror itu semua."

"Om, tapi aku benar-benar gak tahu soal itu."

"Gak usah bohong Hara! Saya lihat kamu di jemput si pembunuh itu kemarin!"

Nadanya benar-benar membentak, meninggi, kasar, ditambah tatapan tajam mata lelaki itu membuat mata Hara menjadi panas dan kini air yang menggenang di pelupuk nya jatuh perlahan.

Ibu Hakim yang merasa tak bisa membiarkan ini ia langsung keluar untuk menelpon Hakim saat itu juga.

"Aku benar-benar gak tau Om, aku gak ada sangkut pautnya sama ini." Hara terisak kini

Isakan bohong, isakan yang ia keluarkan adalah sakit hatinya ketika di bentak oleh orang ia sangka baik selama ini. Bukan isakan pembelaan perihal Hara yang tak tahu menahu, jelas ia tahu tentang semalam Dewi memperlihatkan kue yang ia kirim pada keluarga Hakim yang kini di gadang-gadang sebagai teror.

"Pembunuh itu mengirimkan paket yang mengerikan satu jam sekali! Dia pikir saya takut? Tidak!"

Barulah kali ini Hara terkejut, ia benar-benar baru dengar soal ini.

"M-maksud Om?"

"Pembunuh itu mengirimkan paket satu jam sekali, ia mengirimkan bangkai tikus, mengirimkan pakaian berlumur cat, mengirimkan cermin retak dengan cat juga. Dia pikir saya takut?!"

Hara benar-benar terkejut kini, Dewi tak menceritakan ini. Hara kesal, marah dan tak terima.

Ditengah perbincangan itu Ibu Hakim yang sempat keluar untuk menelpon Hakim itu kembali dengan tangisannya.

"Ayah, Hakim Yah!" teriak nya saat masuk ke ruangan itu

Hara dan Ayah Hakim kompak menoleh sama sama terkejutnya.

"Hakim kecelakaan kata Kala, Ayah anak kita Yah!" tangis Ibu Hakim pecah

Ayah Hakim yang kelimpungan itu tampak memegang dadanya dengan nafas nya tersengal-sengal, ia menunjuk Hara berkali-kali tanpa berbicara apapun karna saking sesaknya.

Hara yang masih terkejut itu menelan ludahnya, benaknya tahu ini perbuatan siapa ia tahu betul.

"K-kamu! Ini semua salah kamu Tahara! Sial sekali keluargaku di singgahi orang pembawa sial seperti kamu! Ini semua salah Kamu!"

Ayah Hakim berhasil mengeluarkan semua kata yang sempat menyesakkan dadanya barusan, Hara yang kini menangis tanpa suara itu menelan pahit umpatan yang ia terima hari ini.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!