NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova 2

Benih Sang Cassanova 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:70.9k
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.

"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."

"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"

Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?

Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?

Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Bab 4 – Jejak Sang Cassanova

Sharon berdiri di depan gedung pencakar langit yang menjulang megah di jantung kota Jakarta. Di puncaknya, terpampang logo perak mengkilap: LXR Holdings. Ia menatapnya lama, merasa dadanya sesak seperti menahan ledakan. Ini dia … tempat di mana pria itu bekerja. Tempat di mana semuanya bisa berubah.

Tangan Sharon mencengkeram map cokelat berisi hasil pemeriksaan kandungan dan print out hasil penelusurannya tentang Leonardo Xavier Reynaldi. Dalam amplop terpisah, ia menyimpan dua test pack dengan garis merah tegas. Bukti nyata dari malam penuh luka itu.

“Tenang, Sharon … ini bukan tentangmu. Ini tentang anakmu,” bisiknya pada diri sendiri sebelum melangkah masuk ke lobi perusahaan yang mewah dengan jantung berdebar kencang.

Lantai marmer putih mengilap, langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang mewah, dan petugas resepsionis yang berdiri dengan senyum formal. Ia langsung merasa seperti orang asing di dunia ini.

“Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” sapa resepsionis wanita dengan sopan.

Sharon menelan ludah. Kemudian ia menarik napas dalam. “Saya ingin bertemu Pak Leonardo Reynaldi. Ini ... penting," ucapnya terdengar gugup dan ragu.

Petugas itu mengerutkan kening. “Apakah Anda sudah membuat janji?”

“Belum. Tapi tolong sampaikan bahwa Sharon ingin bicara langsung dengannya. Katakan ini tentang hal pribadi dan ... sangat mendesak.”

Wanita itu tampak ragu, namun akhirnya menghubungi seseorang lewat telepon kantor. Suara lirih terdengar di ujung sana, diikuti gumaman pendek.

“Maaf, Nona Sharon. Tuan Leonardo Xavier Reynaldi tidak menerima tamu tanpa jadwal sebelumnya, apalagi urusan pribadi," ucap resepsionis itu tegas.

Sharon menghela napas. Ia maklum. Ia tak mungkin menyalahkan resepsionis itu apalagi memaksanya agar diberikan izin untuk bertemu dengan atasannya. Sharon tetap tersenyum sopan. Ia mengangguk pelan lalu mundur tanpa sepatah kata pun.

Namun, bukannya keluar, Sharon justru memilih duduk di salah satu sofa ruang tunggu. Ia tahu cara kerja dunia seperti ini. Kadang, perlu lebih dari sekadar niat untuk menembus tembok kekuasaan.

Dan Sharon punya satu hal yang tidak dimiliki orang lain: alasan untuk bertahan.

---

Tiga jam berlalu. Resepsionis sudah mulai melirik gelisah. Sharon tidak bergerak. Matanya fokus pada pintu lift exclusive khusus petinggi perusahaan di ujung lorong. Ia tahu cepat atau lambat, pria itu pasti akan keluar.

Dan benar saja.

Tepat pukul satu siang, pintu lift terbuka. Dari sana, keluar sosok pria tinggi dengan setelan abu-abu gelap yang pas di tubuh atletisnya. Rambutnya tertata rapi, rahangnya tegas, dan sorot matanya tajam dan dingin—tak ada yang berubah.

Leonardo Xavier Reynaldi.

Sharon berdiri. Degup jantungnya menggema seperti genderang perang. Ia melangkah cepat, menghampiri pria itu dengan tekad penuh.

“Leon!” panggilnya.

Langkah pria itu seketika terhenti. Sekilas matanya menunjukkan keterkejutan, tapi segera berubah menjadi dingin dan penuh penolakan.

“Sharon?” suaranya pelan, tapi tajam. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya tak suka.

Sharon berdiri di depannya, menatap mata itu langsung. “Kita perlu bicara. Ini penting.”

Leon menoleh ke asistennya. “Batalkan pertemuan jam satu. Aku akan kembali dalam setengah jam," ucapnya tegas pada asisten pribadinya.

Asistennya mengangguk cepat. Sharon bahkan belum sempat bernafas lega saat Leon menarik lengannya kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke ruang kantor pribadinya.

---

Begitu pintu tertutup, Leon berbalik dan menatapnya tajam.

“Aku sudah bilang jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Kau tidak tahu artinya?” sentak Leon dengan rahang mengeras.

Sharon mengangkat dagunya. “Kalau bukan karena alasan penting, aku tidak akan mungkin menginjakkan kaki di sini,” jawab Sharon tegas. Rasa gugupnya seketika menguap saat mendengar sentakan Leon barusan.

Leon menyipitkan mata. “Apa kau kehabisan uang? Minta lebih? Maaf, aku bukan donaturmu," ucapnya sinis sambil mengangkat sebelah bibirnya.

Tanpa aba-aba, tamparan Sharon mendarat keras di pipi Leon membuat laki-laki itu membelalakkan matanya. Ia tak menyangka kalau Sharon menamparnya. Seumur hidup, ia tidak pernah mendapatkan tamparan seperti ini.

Suara tamparan itu bergema dalam ruangan luas itu. Seketika ruangan pun menjadi sunyi. Hanya helaan nafas yang terdengar.

“Aku datang bukan untuk uangmu, berengsek!” Suara Sharon bergetar karena emosi. “Kau pikir semua wanita bisa kau beli?!” imbuhnya dengan suara meninggi.

Leon memegangi pipinya, tapi tak melawan. Ia hanya menatap Sharon dengan ekspresi kelam.

“Lalu untuk apa kau datang?” tanyanya dingin.

Sharon merogoh tasnya dan melemparkan dua test pack ke meja kaca. Mereka berputar sebentar sebelum berhenti, menunjukkan dua garis merah yang mencolok.

Leon menatap benda itu tanpa ekspresi. Matanya bergerak ke arah amplop. Ia membukanya—hasil USG. Nama Sharon tercetak jelas.

Keheningan menggantung selama beberapa detik.

Sharon menatap pria itu dengan tatapan yang tak bisa dibaca. “Aku hamil. Dan anak ini milikmu.”

Leon tertawa pelan, sinis. “Kau yakin? Apa aku harus percaya begitu saja?” ucapnya meremehkan.

“Aku tidak butuh kau percaya. Tapi aku butuh kau tahu,” kata Sharon tegas.

Leon berjalan ke arah jendela, menatap pemandangan kota dari lantai 50. Punggungnya tampak tegang.

“Kau datang untuk apa? Meminta tanggung jawab? Menuntut pernikahan?” ucap Leon sinis.

“Aku datang karena anak ini pantas tau siapa ayahnya. Dan kau pantas tau bahwa ada kehidupan yang terbentuk karena perbuatanmu malam itu," ucap Sharon menggebu. Ia benar-benar kesal mendengar nada bicara Leon.

Leon diam lama. Lalu berbalik, suaranya terdengar pelan, tapi tajam.

“Kalau aku bilang aku tidak peduli? Kalau aku bilang aku tak mau punya anak terlebih itu darimu, apa yang ingin kau lakukan? Kau tau, bukan kau seorang wanita yang pernah mendatangiku dengan kebohongan tentang kehamilannya," sinis Leon.

Sharon tersenyum miris. Ia memungut test pack dan hasil USG, lalu menatap pria itu untuk terakhir kalinya. Sebenarnya ia bisa menebak Apa jawaban dari laki-laki Cassanova tersebut.

“Aku tidak akan mengemis. Yang penting, aku sudah memberitahumu. Urusan kau mau peduli atau tidak, mau bertanggung jawab atau tidak, aku tidak peduli. Terserah. Aku memberitahumu karena aku tidak ingin suatu hari nanti kau menuntutku karena tidak memberitahu tentang keberadaan anak ini. Terima kasih atas waktunya. Aku permisi," ucap Sharon tegas.

Ia melangkah menuju pintu, sebelum Leon berkata pelan, hampir tak terdengar.

“Tunggu."

Sharon berhenti, namun tidak menoleh.

“Kau yakin itu anakku?”

Sharon menoleh, matanya tajam. “Kalau kau ragu, kita bisa tes DNA setelah lahir. Tapi karena kau menganggapku perempuan murahan dan kau pun tak menginginkan anak ini, kau tak perlu menunggu. Aku akan membesarkan anak ini sendiri," ucap Sharon tanpa keraguan sama sekali.

Setelah itu, Sharon keluar, meninggalkan ruangan dan pria yang tampak terguncang untuk pertama kalinya.

---

Di luar kantor, Sharon menarik napas panjang. Kakinya lemas, tapi hatinya lebih ringan. Setidaknya, satu langkah besar telah ia ambil.

Di dalam ruangan, Leon duduk di balik mejanya, menatap hasil USG itu dalam diam. Jemarinya meremas kertas itu, tapi matanya tak lepas dari gambar kecil di tengahnya—makhluk mungil tak berdosa yang kini mengikatnya pada seorang wanita yang tak pernah ia duga.

Bersambung...

1
Noona Han
Gak enakbya thor digantung
juney_aza
kirain dikirim vidio sama eric
Catur Sk
Ayo kak update trs disini, krn aq cm baca karya kakak lho disini 🥰
Catur Sk
Semangat kak Author, semoga dilancarkan dan dimudahkan.
Semoga ini jd awal yg baik bagi Leon bisa ketemu sm ank2nya jg sharon
Nancy Nurwezia
semangat leon, kejar bahagia mu
tomgrudo
semangat kakak author..
semoga di mudahkan dan dilancarkan ya..
padahal ceritanya bagus lho
Hafifah Hafifah
putar terus tuh vidio biar kamu bisa inget masa lalumu
Hafifah Hafifah
👍👍👍👍👍 ku rasa itu keputusan yg bagus Leon biar kamu g jadi boneka mamamu terus
Hediana Br Hutagalung
Leon waktu itu ngak percaya,tp kasih tau aja mis untk kedepanya biar sahron sama sikembar yg buat keputusan,
Hafifah Hafifah
jelas banget disini yg berambisi jadi kaya itu emaknya. pantesan ayahnya Leon lebih milih hidup sederhana dan ngelepas hartanya biar g hidup ama wanita matre kayak ibunya leon
Triiyyaazz Ajuach
semoga Leon bsa segera ingat
Triiyyaazz Ajuach
yg tegas jadi cowok donk Leon amnesia boleh tapi trs jgn diam aja dikendalikan kaya gitu klau mmg nggak nyaman ya jgn diturutin
ngatun Lestari
ayo Leon...segera temukan anak kembarmu
Triiyyaazz Ajuach
siapa tau nanti justru Eric dan Mischa yg bsa mempertemukan Leon dan Sharon
Triiyyaazz Ajuach
ternyata Meylania ksih obat penghambat utk Leon pantas aja nggak bsa ingat Sharon
ir
ayoo Leon minggat ke Yogyakarta bangun bisnis di sana jangan resto tapi nanti malah saingan sama Dion, bangun perusaan lagi di yogya, tinggalin emak lu yg egois itu, biar dia yg urus perusahaan ntar kan lama² dia di depak terus melarat 🤣🤣
Fitria Syafei
Ya Allah Kk yg sabar ya 🥺 semoga niat baik segera di kabulkan 🤲 Kk yang baik hati kereen 🥰
Sugiharti Rusli
kira" si Leon masih mengenali wajah ayah kandungnya gayah
Sugiharti Rusli
kalo si Leon mengikuti instingnya mencari tuh dua anak kembar, dia akan menemukan kenyataan tentang perempuan dalam mimpinya dan juga ayah kandungnya
Sugiharti Rusli
si Eric sedang berusaha sendiri melalui Mischa kekasih yang juga sahabat baik Sharon, maupun Leon sendiri secara tidak disengaja,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!