NovelToon NovelToon
The Cosmic War

The Cosmic War

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Akademi Sihir / Barat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: mas teguh

Novel ini merupakan karya pertama dari author. Harap dimaklumi jika ada beberapa chapter yang harus di "Revisi"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mas teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Pintu terbuka menampilkan Chad Hurley yang melangkah masuk kedalam ruangan.

"Ayah! Kamu sudah kembali."

Mendengar suara ini Rey tidak menjawab, pandangannya tetap ke arah luar jendela. Wajah paruh baya-nya tanpa ekspresi seolah-olah menyimpan banyak sekali rahasia, penuh dengan suasana misterius.

Beberapa menit kemudian keheningan pecah bersama kata-kata yang keluar dari mulutnya. Suara seraknya terdengar hingga memenuhi ruangan. Tanpa memalingkan pandangannya, pria paruh baya itu berkata.

"Aku dengar beberapa hari yang lalu, kamu kembali dengan keadaan penuh luka. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Chad yang sejak tadi menunggu Rey berbicara terdiam mendengar perkataannya. Setelah itu, menunduk sejenak, ia dengan takut-takut menjawab.

"It-tu.... ayah! Hanya masalah kecil. Ayah tidak perlu mengkhawatirkannya."

"Oh... Masalah kecil?" Rey Hurley membalas dengan datar.

"Masalah apa yang bahkan dirimu dan si kedua kembar itu terluka karena menghadapinya. Apakah karena gadis buangan itu?" Tambahnya.

"Ayah! Bagaimana kamu tahu? Aku bahkan..."

"Chad Hurley! Meskipun aku sering sibuk karena pekerjaan sebagai walikota, bukan berarti aku tidak mengawasi apa yang kamu lakukan selama ini. Bermain-main dengan gadis yang memiliki ras campuran dan merundungnya, apakah kamu kira aku tidak mengetahuinya?" Rey berkata sambil memalingkan wajahnya ke arah Chad. Pria itu menatap Chad dengan ekspresi dingin. Matanya yang tajam seperti elang melihat pemuda itu seakan-akan ingin memangsanya.

"Ayah.. Aku.." Chad berkata ragu-ragu.

"Hump. Ayah tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan." Katanya dengan suara nada rendah. "Tetapi yang pasti, jika kamu ingin melakukan sesuatu lakukanlah dengan cara yang rapi. Jangan sampai tindakanmu itu di lihat dan diketahui oleh orang lain." Tekannya.

"Ayah, maksud mu..." Chad melihat Rey dengan pandangan yang khusus.

"Lakukanlah dengan rapi. Jangan sampai tindakanmu mempengaruhi reputasi keluarga Hurley dan reputasi ku."

"Apakah kamu mengerti?" Tanya Rey.

Chad menelan ludah, lalu ia mengangguk dan berkata.

"Aku mengerti, ayah."

Berjalan kearah meja dan kursi, Rey Hurley kemudian duduk sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, menatap Chad beberapa saat, Walikota itu bertanya penasaran.

"Siapa dia?"

"Dia?" Chad menjawab dengan balik bertanya.

"Siapa yang membuatmu terluka?"

Mengerti siapa yang dimaksud ayahnya, Chad dengan ekspresi dingin yang dipenuhi kebencian menjelaskan.

"Namanya Luciel, Siswa kelas tahun ketiga A. Juga, jika tidak salah anak itu tidak memiliki latar belakang apapun."

Rey yang mendengar ini mengangkat sebelah alisnya. Pria paruh baya itu sedikit heran karena anak itu bukan hanya mengalahkan Chad sendirian, tetapi juga si kembar. Meskipun kemampuan si kembar tidak sebanding dengan Chad, tetapi karena mereka sering berlatih bersama, seni beladiri mereka tentu tidak bisa diremehkan. Terlebih lagi, disela waktu kesibukannya, Rey sendiri yang melatih Chad dan si kembar. Jadi, dapat mengalahkan mereka dengan mengandalkan diri sendiri, anak bernama Luciel ini mungkin bukan orang biasa.

"Guru anak ini mungkin seorang praktisi. Bisa dikatakan, anak ini jelas bukan orang yang sederhana. Melihat kamu dan si kembar kalah darinya akan sangat mustahil bila dia tidak memiliki latarbelakang." Rey berkata sambil mengetuk-ngetuk jarinya di meja.

Menyetujui perkataan ayahnya, Chad mengangguk. "Kemungkinan apa yang ayah pikirkan memang benar."

Setelah itu, memikirkan beberapa saat pemuda itu melanjutkan "Untungnya, aku sudah meminta bantuan guru untuk menyelidikinya. Dan juga, belum pasti apakah Luciel memiliki latar belakang atau tidak. Untuk saat ini, aku akan menunggu informasi dari guru untuk mengetahuinya."

"Apakah kamu perlu bantuan dari ayah?" Tanya Rey.

Chad menggelengkan kepalanya ringan. Dengan ekspresi dingin dan seringai yang tergambar diwajahnya, ia menjawab.

"Tidak perlu ayah! Menghadapi anak yang bernama Luciel ini, cukup aku sendiri yang melakukannya. Aku pasti akan membalas apa yang dia lakukan padaku seribu kali lipat."

"Disamping itu, jika ayah mengintervensinya maka permainan ini akan sangat membosankan. Pada akhirnya, permainan anak-anak harus diselesaikan oleh anak-anak." Tambahnya tersenyum licik.

"Hahaha, bagus-bagus." Rey tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Chad. Pria paruh baya itu merasa anaknya memiliki sifat yang hampir sama dengannya. Ambisius dan licik, itu adalah sifatnya.

"Baiklah, bila itu mau mu. Tetapi, jika kamu berada dalam kesulitan, jangan sungkan untuk memberi tahu kepada ayah. Di Planet Xypherion ini tidak banyak orang yang berani secara terbuka menentang keluarga Hurley."

Chad mengangguk pelan, namun didalam pikirannya api kebencian berkobar ditunjukkan kepada Luciel. Ia tidak akan pernah melupakan penghinaan yang pemuda itu berikan padanya. Suatu hari, akan tiba dimana Luciel akan bertekuk lutut di hadapannya. Meminta ampunan dan belas kasihan.

"Luciel..." Gumam Chad penuh kebencian.

*****

Keesokan harinya, diatap Gedung sekolah menengah Ibukota Xypherion, tampak sosok Luciel dan Lyvia duduk bersebelahan. Angin lembut berhembus pelan, mengayunkan helai demi helai rambut mereka. Saat itu adalah jam istirahat, sehingga mereka memilih di atas gedung sebagai tempat yang tenang untuk bersantai.

Luciel, pemuda berambut putih itu terlihat menguap karena bosan, sesekali ia melirik ke arah Lyvia yang berada disampingnya.

"Sungguh membosankan!" Gumam Luciel.

"Sudah aku bilang bahwa kamu tidak perlu menemaniku disini. Aku sudah terbiasa sendiri." Lyvia membalas gumaman Luciel. Meski begitu, ia terlihat sedang fokus melakukan sesuatu.

"Tidak apa, Oke." Luciel menggelengkan kepalanya. Melirik kesamping, ia bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Lagi pula, apa yang sedang kamu lakukan?."

"Menggambar!"

"Eh, menggambar?" Tanya pemuda itu memastikan.

"Iya, aku sedang menggambar." Kata Lyvia ulang.

"Oh..." Luciel menganggukkan kepalanya. Setelah itu, pemuda itu terlihat mengambil gambar yang di buat oleh Lyvia.

"Biar aku lihat."

"Luciel, kamu.... Gambar ini masih belum selesai!" Lyvia berteriak kesal.

"Gambar ini... Apakah gambar yang dibuat oleh anak kecil? Mengapa jelek sekali!" Luciel tanpa sadar memberikan komentar yang terlalu polos.

Lyvia, gadis itu tertegun sejenak mendengar komentar Luciel. Wajahnya memerah karena malu, bukan hanya malu tetapi ia juga menyadari bahwa kemampuannya dalam menggambar hampir mencapai nol.

"Selain itu, dari pada menggambar di kertas yang kuno ini bukankah lebih bagus menggambar menggunakan telepon canggih. Apa lagi banyak fitur-fitur yang membantu pengguna untuk menggambar lebih bagus dan terlihat nyata. Gambar ini... terlihat seperti..."

Menutupi wajahnya yang malu, Lyvia berusaha menggapai gambar yang ia buat di tangan Luciel. Tangannya yang putih sebersih botol porselin bergerak mengambilnya dengan cepat.

"In-ni.. Gambar yang kubuat yang kesekian kalinya. Jadi aku masih belajar dalam hal ini..." Lyvia berkata canggung.

"Oh.. Begitu.." Luciel memalingkan wajahnya ke Lyvia. Terlihat gadis berambut pirang yang bertudung Hoodie itu berusaha menyembunyikan gambarnya.

"..."

"..."

Hening!

Hening!

Percakapan mereka terlihat berhenti sampai disini. Lyvia sama seperti sebelumnya, ia berusaha menyembunyikan gambarnya dari Luciel. Tetapi, itu juga bukan alasan yang sebenarnya ia tidak membalas perkataan pemuda itu.

Wajahnya yang cantik terlihat sangat gugup, dan tangannya bergerak-gerak seolah-olah memiliki keragu-raguan. Lyvia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, namun karena ia tidak enak kepada Luciel yang merupakan teman pertamanya, gadis itu memilih untuk tidak mengungkapkan nya.

Sebenarnya itu adalah permintaan. Lyvia ingin meminta sesuatu kepada pemuda itu. Hanya saja, karena belum lama ini mereka berteman, Lyvia takut merusak pertemanan mereka dengan permintaannya yang mungkin sedikit lancang.

Tetapi, ini menyangkut tujuan gadis itu kedepannya. Permintaan yang ingin gadis itu katakan adalah sesuatu yang berhubungan dengan dirinya dan masa depannya. Meletakkan dasar untuk mencari kebenaran, Lyvia memikirkan berkali-kali untuk melakukannya.

Dengan perasaan yang tak menentu, dan kata-kata yang keluar dari mulutnya yang indah dan di penuhi keraguan, Lyvia berkata.

"Luciel..aku...aku..."

"Ada apa?" Luciel menjawab dengan balik bertanya.

"Katakanlah! jangan ragu-ragu. Aku adalah temanmu, oke. Jadi.. tidak perlu segan untuk meminta sesuatu padaku.."

Menghela nafas panjang untuk menghilangkan keragu-raguan dan kegugupannya, gadis Half-Elf itu mengumpulkan keberanian dan berkata.

"Luciel... Bi-bisakah kamu melatih ku seni beladiri?"

"Seni beladiri?"

"Ya!..Aku ingin berlatih seni beladiri untuk melindungi ku dan orang yang penting bagiku." Kata Lyvia sungguh-sungguh. Matanya yang berair menampilkan tekad yang kuat.

"Aku tahu aku mungkin seorang yang lemah, bahkan untuk melindungi diri sendiri aku sangat kesulitan. Tapi aku tidak ingin terus menerus bergantung kepada orang lain dan padamu. Aku ingin cukup kuat untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang yang ku sayangi. Jadi, bisakah aku meminta bantuan mu untuk mengajariku?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!