Cerita tentang dua keluarga hebat, bersatu melalui penerus mereka. Yang mana Zayd, dari keluarga Van Houten. Dan si cantik Cahaya, dari keluarga Zandra...
Ingin tau kisahnya?? Cuss... otewe keun guys🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumbal
"Pak Abas, tak perlu merasa bersalah. Saya percaya bapak, tapi tolong jadikan hal ini sebuah pembelajaran. Jangan terlalu sibuk, menaikan popularitas sekolah. Itu semua tidaklah penting, karena tanpa hal itu pun. Sekolah ini sudah dikenal oleh banyak orang, bahkan mereka berlomba-lomba untuk memasukkan anak-anak mereka. Karena itu bapak, harus fokus pada guru dan murid yang berada dalam kepemimpinan bapak Jangan sampai bapak kembali kecolongan lagi, hal ini tidaklah sederhana. Sudah banyak yang menjadi korban, seandainya kemarin saya dan saudara saya tak melihat sendiri. Mungkin kami takkan pernah tau, bobroknya wakil kepala sekolah dan keluarga murid bermasalah." ucap Megumi, menatap sinis Waluyo
Paka Abas menunduk, apa yang dikatakan anak didiknya memang benar. Dia terlalu fokus mempromosikan sekolahnya, padahal tanpa ia melakukan hal itu. Sekolah ini, sudah menjadi sekolah favorit.
"Maafkan saya" ucapnya lirih
'Pak Abas, anda tau kan apa yang harus di lakukan? Saya akan memberikan anda satu kesempatan lagi, tolong jaga kepercayaan saya. Keluarga saya membangun sekolah ini, untuk melindungi dan juga mendidik anak-anak yang tidak mampu. Bukan untuk di bully, atau di rendahkan oleh anak-anak yang merasa dirinya kebal hukum.'
"B-baik tuan besar, maafkan atas kelalaian saya. Terima kasih atas kesempatan, yang sudah di berikan." ucap pak Abas, panggilan pun selesai
"PAK WALUYO, ANDA DI PECAT SECARA TIDAK HORMAT. DAN MURID BERNAMA BHUPENDRA, JUGA SAYA KELUARKAN!!!"
'Habislah... karirku, bagaimana aku hidup ke depannya?' Megumi hampir saja tertawa, lalu ia mendekati Waluyo dan berkata...
"Jadilah pengemis, itu cocok untukmu. Orang-orang yang jadi penjilat, demi mendapatkan uang lebih." tubuh Waluyo menegang
"Pak Abas, saya pamit kembali ke kelas. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
.
.
Tak terasa, waktu pun berlalu. Malam ini adalah perayaan ulang tahun si kembar bawel. Cahaya sudah di kediaman Van Houten sejak pagi, Cahaya yang memang memiliki usaha di bidang EO. Dia dengan senang hati, mendekorasi acara ulang tahun keponakannya di taman belakang.
Waktu sudah masuk makan siang, Zayd, Cahaya dan si kembar memilih makan di gazebo depan rumah.
"Ay.." panggil Zayd, Cahaya yang sedang menyuapi Domi dan Davi menoleh
"Kenapa bie?" tanya gadis cantik itu
"Habis acara selesai, malam mingguan yuk." ajak Zayd, ia melupakan sesuatu
"Nalan ninduan? Temana? Hayu aja atu mah, janan di tenpat yan sepi yah. Tatut ada hatuna, nati om nompol ladih." bukan Cahaya yang menjawab, namun Domi. Zayd terbatuk, sedangkan Cahaya tertawa kecil. Ia menaruh piring, yang ia pegang. Karena tau akan ada perdebatan, yang akan mengocok perutnya.
Zayd lupa, bila mereka sedang makan siang bersama dua bocah kematian.
"Sembarangan aja kalo ngomong, orang om emang mau ajak onty ke rumah hantu kok. Kebetulan di sana butuh tumbal, om mau tumbalin kamu. Lumayan, om bisa tambah kaya." kedua mata Domi membulat sempurna, Cahaya menggeser tubuhnya mundur ke belakang. Ia menekuk kedua kakinya, menyembunyikan wajahnya. Yang sudah memerah, karena menahan tawa.
"Domi? Dadi tundal? Astapiloh, om elin... tata nenek buyut Ajen judah elin, om. Inda enat Domi, talo di dadiin tundal. Bilanin tama hatuna. Domi inda dadi itut. Domi sibut buta tado, nati pasti banat tado na di lumah." Domi memeluk tubuhnya sendiri, dengan gerakan lucu. Domi mencoba turun dari gazebo
"Hayu Dapi, danan detet-detet om Jay. Nati tamu dadi tundal, tundal bolon. Hiiii..." Davi mengangguk, yang juga ikut turun. Mereka pun berlari bergandengan, Zayd menahan tawanya.
"DOMI... DAVI... GA BISA DI BATALIN, OM UDAH TANDA TANGAN KONTRAK!!" teriak Zayd
"BILANIN DOMI TAMA DAPI NA UDAH PINDAH, PINDAH NA TE PALANET MAS" tawa Cahaya pun pecah, ia memegangi perutnya
"Ntar mah gitu ajalah, kalo kita mau kencan. Ajak aja, kita bilang mau numbalin tuh bocil." ucap Zayd, Cahaya memukul lengan Zayd.
"Abang ih... haduh... kalo udah ngerjain anak-anak suka kelewatan, nanti malah mimpi buruk anaknya." ucap Cahaya, dengan susah payah
"Halah mimpi buruk, mereka mah udah biasa di bawa bubun Laras ke markas. Liat yang ngeri mah, udah biasa." Cahaya menggelengkan kepalanya tak percaya, karena dia saja yang belum lama ini di bawa ke tempat itu. Sempat tak bisa tidur beberapa malam, bau darah dan suara jeritan masih terngiang di indera pendengaran, juga penciumannya.
"Hubby, apa Zandra juga punya markas?" tanya Cahaya, Zayd mengangguk
"Ibu Cia ga pernah ajak emang?" Cahaya menggelengkan kepalanya
"Cuma di ajak ke tempat pelatihan keluarga Zandra, buat Cahaya latihan beladiri sama menggunakan beberapa senjata." jawab Cahaya, Zayd mengangguk
"Mungkin ibu ga mau ayang mimpi buruk, tau gitu kemarin abang... tunggu, kemarin pulang dari markas. Kamu ok kan ay?" Cahaya menggelengkan kepalanya
"Mimpi buruk beberapa malam" Zayd langsung merasa bersalah, Cahaya tersenyum
"Sekarang udah ga ko, ga papa." lanjut Cahaya
"Maaf" Cahaya mengangguk dan menepuk pelan kepala Zayd.
"Iya bie, ga papa. Jadi nanti Cahaya ga kaget lagi, kalo di ajak ke markas keluarga Zandra." Zayd mengangguk, meski hatinya belum tenang
"Ga papa hubby, semua ok kok. Gantinya, kencan kita nanti. Turutin semua mau Cahaya, ya?" ucap Cahaya lagi, menenangkan tunangannya.
"SIAAAPPP"
.
.
"UWAAAAHHHH... BANAT TAMU NA, PADA BAWA TADO DAP." teriak Domi, seperti anak-anak pada umumnya
"Iya tado na banat, pintlel yah yan datan na. Bawa tado na dua, tupaya tita inda lebutan." Domi mengangguk
"Hai Domi, hai Dapi... Telamat ulan tahun ya" sapa anak tetangga
"Telima tasyih Lomi, tamu bawa tado na dua tan?" jawab Domi, seraya bertanya. Yang langsung mendapat tepukan pelan di kepala bagian atas, membuatnya langsung menengadah.
"Orang datang, yang di todong malah kado. Ga boleh gitu, yang penting do'anya. Kaya orang tuanya kagak punya duit aja loh..." ucap Gani
"Ihh.. om Tami inda doleh dituh, tetauan ya yan inda pelnah dapet tado. Dadina ili, matana ninta di layain ulan tahun na." balas Domi, yang di angguki Davi
"Eh si bokem, ngatain gue iri. Mana nama gue juga, di ganti lagi. Om Gani mah orang kaya, ga perlu kado." balas Gani tak mau kalah, Aida langsung menepuk pelan lengannya, Gani menoleh dan langsung diam. Saat melihat tatapan Aida tajam, memberi peringatan.
'Tuh tan, matana danan itut tampul ulusan olan. HAHAHA" ucap Davi tertawa
"Hayu Lomi, tita liat tado yan dali tamu." Domi menarik tangan Davi dan Romi, meninggalkan Gani dan Aida.
"Bisa-bisanya abang debat masalah kado ma anak kecil, kurang kerjaan banget." tegur Aida
"Bukan ngajak debat, cuma ngasih tau. Biar ga kebiasaan aja..." balas Gani
"Namanya anak kecil bang, nanti juga paham kalo memang udah waktunya buat paham. Abang aja ulang tahun, masih minta kado sama kak Zara. Dih..." Aida berbalik dan meninggalkan Gani, Gani segera menyusulnya
"Beda itu mah, kalo ke Zara mah. Definisi memanfaatkan teman yang tepat, uangnya ga bakal habis dia mah." Aida menggelengkan kepalanya
...****************...
Jangan lupa masukin ke favorit, like, komen, gift sama vote nya yaaaa ❤️❤️❤️❤️