Vesper Next Generations
SEASON 1 : PEMBENTUKAN KARAKTER
Disarankan membaca Novel Vesper and The Bodyguards terlebih dahulu sebelum membaca novel ini. Terima kasih~
***
Lysa Herlambang, Kim Arjuna, Jonathan Benedict dan Sandara Liu adalah empat mafia muda yang terlahir dari rahim seorang Ratu mafia yang telah menikah sebanyak 5 kali.
Kehidupan mafia yang tak bisa lepas dari dirinya membuat keempat anaknya kini mengikuti jalan kegelapan itu.
Namun, di balik kekejaman dan kebrutalan dunia hitam, masih tersimpan kasih sayang, canda, tawa, haru dan kesedihan di balik kehidupan tragis mereka.
Keempat saudara bersatu untuk memecahkan misteri terbentuknya kerajaan mafia bernama 13 Demon Heads dengan musuh terbesar adalah militer pemerintah dan kelompok mafia leluhur mereka, The Circle.
Mampukah empat mafia muda menguak misteri dan selamat dari gempuran dua kubu yang ingin melenyapkan mereka?
---
WARNING!
Tanggapi kisah ini dengan bijak
Author tidak bertanggungjawab jika ketagihan dengan ceritanya
Jangan lupa like dan komentarnya
Lele Padamu💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lelevil Lelesan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arjuna Found!
Di kediaman Josh, Brnholm Island, Denmark.
Terlihat mobil yang dikendarai oleh lelaki yang diminta oleh Han menjemput keluarga Pavlo, masuk ke halaman mansion Josh.
Han keluar dari dalam rumah dengan melompati mayat-mayat yang sudah tergeletak mengenaskan di atas lantai dengan bercak darah dimana-mana.
Pavlo turun bersama seluruh keluarganya termasuk anj*ng dan lelaki yang tertembak itu.
Pavlo terkejut saat melihat di dalam rumah Josh banyak orang tergeletak tak bergerak di sana. Keluarga Pavlo ketakutan seketika saat Han menatap mereka di depan pintu dengan tajam.
"Kau, siapa namamu?" tanya Han mengunci pandangannya pada lelaki yang ia tembak.
"Bu-Bugga, Sir," jawabnya gugup sembari menahan sakit.
"Hmm, lelaki yang kuat. Namamu bagus. Kau cukup kuat menahan luka di kakimu. Kau bilang ingin menjadi sekutuku, 'kan?"
Lelaki bernama Bugga itu mengangguk cepat. Pavlo dan keluarganya diam menyimak.
"Aku ingin kau tetap berada di pulau ini untuk menjaga keamanan dari siapapun yang berusaha menjadi penguasa seperti Josh. Aku akan menempatkan anak buahku di sini untuk melindungi pulau ini dari mafia manapun yang coba merampasnya dan aku ingin kau yang bertanggungjawab atas perintahku. Kau paham, Bugga?" tanya Han menaikkan salah satu alisnya.
"Maksudmu, aku menjadi penguasa pengganti Josh di pulau ini?" tanya Bugga penasaran.
"Pelindung, bukan penguasa. Aku tetap penguasanya. Dan jika aku mendengar laporan dari para anak buahku, kau bersikap semena-mena kepada penduduk di pulau ini. Aku tak sungkan menghadiahkan perluru di kepalamu, Bugga. Jangan bermimpi terlalu tinggi, ingat posisimu," ucap Han tajam dan Bugga mengangguk mengerti dengan pandangan tertunduk.
Han lalu merubah pandangannya ke keluarga Pavlo. Terlihat keluarga itu ketakutan dan menjaga jarak dengan Han.
"Maaf, sudah membohongi kalian. Meskipun aku penjahat, tapi aku tak melakukan kejahatan pada keluargamu, Pavlo. Apa aku benar?" tanya Han ramah.
Pavlo dan keluarganya mengangguk membenarkan.
"Bugga, obati lukamu dan bereskan mayat-mayat itu. Tumpuk semua, aku akan membawanya untuk santapan makan malam piranha Paman BinBin," jawab Han kembali memerintah.
"Pi-piranha? Kau memelihara ikan karnivora itu?" tanya Jerry, anak Pavlo terkejut.
"Yah. Ada singa, buaya dan tikus juga. Kami memiliki jasa pembersihan mayat. Lumayan untuk menggaji anak buah kami yang berjumlah ribuan," jawab Han menyombong.
"Ri-ribuan?" pekik Bugga dengan mata melotot.
Han merasa sudah terlalu banyak bicara dan membocorkan tentang kelompoknya. Ia lalu meminta pada Bugga untuk segera pergi dan melaksanakan yang ia perintahkan. Bugga pun segera pergi meninggalkan Han dan keluarga Pavlo.
"Di Rusia nanti, kalian akan tinggal dimana?" tanya Han menatap empat orang itu seksama.
"Petropavlovsk Kamchatsky. Aku sudah cocok menjadi nelayan dan sepertinya tempat itu cukup bagus untuk kami memulai hidup baru di Rusia," ucap Pavlo dan diangguki oleh isterinya.
"Baiklah. Namun, kita akan singgah dulu di rumahku, Kaliningrad. Nanti kalian akan diantar oleh anak buahku. Mereka akan mencarikan tempat dan pekerjaan untukmu, Pavlo. Berikut sekolah dan lain sebagainya. Sebagai ucapan terima kasih, aku akan membiayai sekolah Jerry dan adiknya sampai mereka lulus kuliah nanti. Bagaimana? Sebaiknya jangan menolak penawaranku," ucap Han tersenyum tipis.
Pavlo dan keluarganya mengangguk senang. Pavlo bahkan hampir menangis karena tak menyangka harapan terbesarnya untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai ke universitas bisa terwujud. Jerry ikut bahagia mendengarnya.
Pavlo memberanikan diri mendekati Han dan mengajaknya bersalaman. Han balas menyalaminya.
Han lalu meminta kepada Pavlo dan keluarganya untuk masuk ke mansion beristirahat sampai jemputan datang.
Pavlo yang tak ingin isteri dan anaknya takut karena banyak mayat di dalam mansion, membantu Bugga menyingkirkan mereka dan menumpuknya di atas mobil double cabin yang ada di dekat gudang mansion Josh.
Isteri Pavlo bahkan membantu membersihkan sisa darah yang bercecer berikut sisa selongsong peluru serta senjata. Dua anak Pavlo diminta untuk tetap di dalam kamar dan merekapun menurut.
Han bahagia karena urusan di pulau itu hampir selesai. Ia ingin segera bertemu anak kesayangannya, Arjuna dan menanyakan hasil pencarian Vesper pada Kai.
***
Greenland, markas Tobias.
"Cari keseluruh tempat! Temukan Arjuna!" teriak Drake yang ternyata berhasil selamat dari ledakan di markas Tobias.
Mereka beruntung karena lantai basement tak runtuh sepenuhnya. Bangunan masih berdiri dan hanya beberapa yang roboh.
Semua bodyguard Vesper panik mencari keberadaan anak kedua dari bos besarnya dimana mereka seharusnya menjaga dan melindunginya dari segala bentuk serangan yang mungkin bisa menewaskannya.
James berlinang air mata menelusuri lantai basement yang gelap gulita. Semua orang yang berhasil selamat melakukan pencarian besar-besaran.
Mobil forklift yang masih bisa dioperasikan digunakan untuk membantu mengangkat puing-puing.
Mobil pengeruk salju juga digunakan untuk menyingkirkan puing-puing di sekitar bangunan.
Pasukan lainnya memadamkan kobaran api yang terlihat di berbagai sudut karena takut jika Arjuna terpanggang di dalam runtuhan itu.
"Ya Tuhan, Arjuna ... ARJUNAA!! KAU DIMANA?!" teriak James yang akhirnya menangis karena sudah satu jam tak menemukan keberadaan anak dari Vesper itu.
Hingga akhirnya, sebuah helikopter terbang di atas bangunan yang roboh dan semua orang yang sedang melakukan pencarian itupun mendongak seketika.
Eko segera berlari diikuti oleh Buffalo mendekati helikopter yang sudah mendarat.
Pintu helikopter terbuka dan muncullah Kai serta Eiji bersama mereka. Kai terlihat panik dan pucat. Ia menatap keduanya seksama dan Buffalo menggeleng pelan.
"Kalian sudah telusuri semuanya? Kalian sudah mengecek tiap sudut bangungan? Utara? Selatan? Timur? Barat?" tanya Kai dengan serencengan pertanyaan.
"Sudah satu jam dan kami belum menemukannya, Kai. Kami masih mencarinya. James, Drake dan Seif sudah berhasil masuk ke basement, tapi tempat itu luas dan gelap. Arjuna tak menjawab panggilan kami. Aku takut, Kai ...." ucap Buffalo yang malah ikut menangis.
"Ini salah Eko, Nak Kai. Junet ketimbun di bawah sono. Mas Han ilang, Mbak Vesper dibawa kabur, sekarang Junet, hiks ...." ucap Eko yang malah ikut menangis.
Kai memejamkan mata dan melihat sekitar dimana tempat itu memang sudah porak poranda. Kecil kemungkinan Arjuna selamat dari ledakan dan runtuhnya bangunan.
"Kai, sinyalnya masih aktif! Aku tahu lokasi Arjuna!" pekik Eiji yang berjongkok di depan sebuah lubang di depannya.
Sontak semua orang yang mendengar terkejut. Kai dan lainnya segera berlari ke arah Eiji yang menunjukkan dari layar tablet sinyal berkedip dari kalung GPS yang dipakai buatan BinBin untuk seluruh anak Vesper.
Kai mengangguk dan meminta kepada team untuk menyiapkan peralatan. Kai meminta agar helikopter kembali di terbangkan dengan tali pengait di bawahnya.
Eko dan Hadi yang merasa bertanggungjawab akan masuk melalui lubang besar di bawah tanah tempat Eiji berjongkok.
Eiji memasang kamera pengawas di kepala Eko dan Hadi yang menggunakan helm. Namun, tiba-tiba Tora memegang pundak Eko dan sontak hal itu mengejutkan semua orang.
"Kita tak tahu seperti apa di dalam sana. Apakah stabil atau tidak. Bagaimana jika banyak retakan? Sebaiknya kita kirim pasukan hewan saja. Aku berhasil menangkap tiga kelinci kita dan masih ada kamera ditubuh mereka," ucap Tora yang menggendong tas ransel berisi kelinci-kelinci itu.
Semua orang yang mendengar saling memandang. Akhirnya, Kai menyetujui hal itu.
Tora memberikan tablet pada Kai untuk ikut mengawasi pergerakan. Eiji duduk di samping Kai dekat lubang itu. Eko dan Hadi tetap bersiap jikalau nanti mereka harus turun ke bawah.
Tora mulai membuka sleting tas dan mengambil kelinci-kelinci itu. Mereka dilengkapi senter kecil di atas punggung dekat kamera agar tampilan lebih jelas dalam ruangan yang gelap.
Tora memasukkan satu persatu kelinci tersebut ke dalam lubang tersebut. Kai menatap layar dengan seksama dimana kamera-kamera dari tiga kelinci itu menyorot sekitar kawasan.
"Kan, apa kataku. Lubangnya saja besar, tapi tak bisa dilewati dengan mudah. Banyak puing-puing menutup jalan itu. Kelinciku bisa masuk karena tubuh mereka kecil," ucap Tora yakin.
"Wah, secara gak langsung kamu nyelametin kita, Tora-kun!" ucap Eko memuji mengelus kepala botaknya.
Tora mengangguk senang karena dipuji oleh kembarannya.
"Coba kalo kita masuk. Yang ada malah kita kejepit dan ikutan di evakuasi. Oke dah, kalo gitu Hadi ikut nunggu," ucap Hadi bersiaga di belakang Kai dan Eiji yang fokus dengan tablet mereka.
Kai tetap memerintahkan kepada pasukan lainnya untuk membersihkan sekitar bangunan.
Kai juga meminta kepada Buffalo dan Bayu mengalihkan perhatian polisi serta warga sipil yang ingin datang ke tempat itu agar tak mengganggu proses evakuasi.
Buffalo dan Bayu paham situasinya. Mereka segera pergi untuk memblokade segala jenis tamu yang mencoba masuk ke dalam kawasan tersebut.
Tora, Kai dan Eiji kini fokus pada pergerakan kelinci-kelinci tersebut yang mulai masuk makin dalam ke reruntuhan hingga bertemu ruangan yang lebih lega.
Mereka juga melihat sinar yang bergerak-gerak dari kejauhan. Kai dan lainnya yakin jika itu James, Drake dan Seif yang mencoba mencari keberadaan Arjuna.
Hingga akhirnya, mata Kai melebar saat seekor kelinci menyorot sebuah benda yang tak asing baginya.
"Itu, seperti alas sepatu magnet?" tanya Kai sampai memiringkan kepalanya yang masih sering tersentak karena efek dari gas syaraf bertahun-tahun lalu.
Tora dan Eiji ikut mendekatkan wajah melihat tampilan itu seksama.
"Itu sepatu Junet! Junet ketemu! Junet!!" teriak Eko girang setengah mati.
Namun, saat Kai ingin melihat posisi Arjuna dengan pasti, kelinci tersebut malah pergi ke tempat lain yang membuat semua orang geregetan seketika.
"James! Drake! Seif, ada yang denger gak?" teriak Hadi memanggil dari sambungan earphone.
James, Drake dan Seif yang masih di dalam gedung melakukan pencarian menghentikan langkah seketika.
"Ya, Hadi. Kami dengar," jawab Seif yang ikut di datangi oleh James dan Drake.
"Kalo kalian liat kelinci di sekitar kalian, berarti jarak dengan Junet udah deket. Junet ketemu!" pekik Hadi semangat.
Sontak tiga lelaki itu mengarahkan senternya ke seluruh ruangan untuk mencari keberadaan kelinci.
Hingga akhirnya mata Drake melebar saat melihat kelinci putih melompat ke arahnya.
"Aku melihat kelinci itu! Seif, lempar suar!" perintah Drake sembari menunjuk ke arah kelinci yang datang padanya.
Dengan sigap, Seif melemparkan suar ke belakang kelinci hingga ruangan gelap tersebut bercahaya terang.
Drake dan lainnya segera mendatangi tempat itu dengan hati-hati karena banyak puing di sana. Seif kembali melemparkan suar ke lokasi yang lebih jauh lagi dimana cahaya suar pertama tak sampai di sana.
Tiba-tiba, James merunduk, menajamkan pandangannya.
"Juna!" teriak James lantang dengan nafas tersengal saat melihat Arjuna tergeletak dengan tubuh bagian bawah tertimpa reruntuhan dan besi tajam menusuk hingga tertembus ke dada.
Drake, Seif dan James gemetaran seketika karena lokasi untuk menjangkau Arjuna sangat sulit.
Tempat itu terhalang sebuah tiang besi besar melintang, menutupi jalan dan besi-besi tajam mencuat di sekitarnya. Bagaikan ranjau untuk bisa meraih tubuh Arjuna.
------
krn kemarin masuk 20 besar, dobel epsnya hari ini aja. bertahap ya😁 tengkiuuu😘