NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman Syima

Aura ketegangan yang tercipta antara Syima dan Devanka begitu terasa bagi keempat teman Syima yang hanya memperhatikan dosen dan mahasiswi itu.

“Oke Syima, silahkan duduk dulu,” kata Devanka dengan nada yang berusaha tetap profesional.

“Udah tidak ada lagi yang mau Bapak tanyakan tentang keluarga saya?” Syima menatap Devanka dengan mata yang berapi-api. “Atau mungkin Bapak mau tahu lebih detail tentang perbedaan saya dengan kakak saya?”

“Syim, lo kenapa sih?” bisik Dandi dengan wajah bingung. Tangannya berusaha menari lengan Syima yang terlipat di dadanya.

“Nggak apa-apa. Takutnya dosen kita ini belum puas buat sensus keluarga gue,” sahut Syima tanpa melepas tatapan dari Devanka.

Devanka menyadari bahwa situasi ini mulai tidak terkendali dan panas. Sebagai dosen dia harus segera mengambil alih kontrol sebelum mahasiswa lain mulai tidak merasa nyaman. Dan Devanka sudah melihat Syima terbawa emosi.

“Baiklah, mari kita kembali ke topik utama,” kata Devanka sambil berusaha terlihat tenang. “Seperti yang sudah saya bilang, tujuan saya menjadi dosen wali kalian adalah membantu meningkatkan prestasi akademik. Untuk itu, mulai minggu depan kita akan mengadakan sesi konseling individual.”

“Konseling individual?” tanya Rio.

“Iya. Saya akan bertemu dengan kalian secara pribadi untuk membahas masalah akademik dan cara mengatasinya.” Devanka melirik ke arah Syima. “Jadwal konseling akan saya kirim via email hari ini.”

“Wah... Kenapa gak langsung sekalian aja, Pak?" keluh Dandi.

“Ini untuk kebaikan kalian sendiri, karrna setiap masalah yang kalian hadapi pasti berbeda-beda,” kata Devanka tegas. “Saya harap kalian bisa kooperatif.”

“Baik, Pak,” jawab mereka hampir bersamaan dengan nada lesu, kecuali Syima yang masih berdiri dengan ekspresi dingin.

“Syima, saya sudah persilakan duduk sejak tadi. Kita belum selesai,” kata Devanka berusaha sabar. Devanka mulai tersenggol egonya sebagai dosen melihat Syima yang terlihat menantangnya.

“Saya sudah dapat gambaran tentang sistem kerja Bapak,” jawab Syima sambil mengambil tasnya. “Dan saya yakin Bapak juga sudah dapat gambaran tentang karakter saya.”

“Syima—“

“Sampai jumpa di sesi konseling individual, Pak. Saya nggak sabar mendengar nasihat-nasihat bijak dari Bapak.” Syima berjalan menuju pintu dengan langkah cepat.

“Syima, tunggu!” panggil Rio khawatir, sikap Syima seperti itu malah memperburuk nilai akademisnya, tapi gadis itu sudah keluar ruangan dan menutup pintu dengan agak keras.

Keempat mahasiswa yang tersisa menatap Devanka dengan wajah bingung dan sedikit takut.

“Pak, maafin Syima. Dia emang agak... unik,” kata Rio pelan, berusaha mencairkan suasana.

“Dia lagi bad mood kayaknya,” tambah Theo mencoba membela temannya.

Devanka mengangguk sambil mencoba menenangkan diri. “Tidak apa-apa. Mungkin dia butuh pendekatan yang berbeda.”

Tapi dalam hatinya, Devanka tahu bahwa masalahnya jauh lebih rumit dari sekadar bad mood mahasiswa.

Sisa sesi bimbingan berlanjut dengan canggung. Devanka berusaha tetap profesional, tapi pikirannya terus menerus terpecah antara menjelaskan program bimbingan dan memikirkan bagaimana cara menghadapi Syima di pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Di tempat lain, Syima berjalan cepat menuju kantin fakultas dengan perasaan campur aduk. Amarah, kekecewaan, dan entah mengapa, sedikit rasa puas karena berhasil membuat Devanka tidak nyaman.

Dia duduk di meja sudut sambil memesan es teh manis. Ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari Syama.

Syama :

Sisi, gimana pertemuan dengan dosen wali barunya? Lancar?

Syima menatap pesan itu dengan senyum sarkastis sebelum membalas.

^^^Syima :^^^

^^^Lancar banget. Gak usah khawatir, pacar kamu orangnya ‘baik’ banget kok.^^^

Tidak sampai dua menit, ponselnya berdering. Panggilan dari Syama.

“Halo,” jawab Syima dengan nada datar.

“Sisi, benaran lancarkan? Gak ada masalahkan?” suara Syama terdengar panik.

“Kenapa sih gak percaya? Gue kan bilang pacar kamu baik.”

“Si, serius. Udah selesai bimbingannya? Kamu tadi ngapain aja di sesi bimbingan tadi?

“Berkenalan, diskusi tentang nilai akademik, hal-hal normal lah.” Syima menyesap es teh manisnya pelan. “Terus dia nanya soal keluarga kita. Katanya dia sangat mengenal baik kamu.”

“Buat apa kalian bahas aku?” tanya Syama pelan.

“Mana aku tahu! Dia mulai ingin mengenalkan pacarnya di khalayak ramai kali,” Syima memotong dengan nada mengejek. “Tenang aja. Semua baik-baik aja, pacarmu aman selama bimbingan tadi.”

“Sisi, aku percaya. Semoga sama Mas Devan nilai kamu bisa jadi lebih baik.“

“Kita lihat aja nanti.” Syima bangkit dari kursinya. “Aku harus balik ke kelas. Bye.”

Syima memutuskan sambungan telepon dan berjalan menuju gedung kuliah. Sepanjang perjalanan, pikirannya masih dipenuhi dengan wajah Devanka yang menurutnya terlihat seperti meledek.

"Pacarnya si Syama, pasti gak habis pikir kenapa aku gak sama pintarnya kayak si Syama?" gerutu Syima jengkel sambil berjalan menuju parkiran motor.

Moodnya untuk mengikuti kelaa sudah sirna. Dia berpikir lebih baik tidur di rumah.

***

Syama berjalan setengah berlari menuju cafe setelah menerima pesan dari Devanka. Jam menunjukkan pukul 2.30 siang, dan dia baru selesai rapat persiapan penelitian dengan Pak Hendra.

Ketika sampai di cafe, dia langsung melihat Devanka duduk di meja pojok dengan wajah yang sangat tegang. Pria itu belum memesan apa-apa, hanya duduk sambil memijat pelipisnya.

"Mas," panggil Syama sambil menghampiri meja.

Devanka mengangkat kepala tersenyum lembut dan Syama bisa melihat kelelahan di matanya

"Maaf ya, Mas ganggu kamu," kata Devanka dengan nada lembut seperti biasa.

Syama duduk dengan perasaan tidak tenang. "Ada apa, Mas? Kamu kedengarannya urgent banget. Sampai aku ijin sama Pak Hendra."

"Aku kangen kamu," jawab Devanka sambil memegang tangan Syama.

Syama mengerutkan keningnya. Dia tahu persis kalau Devanka sudah seperti ini, berarti ada sesuatu sebelumnya.

Devanka tersenyum ​dan mengeratkan genggaman tangan Syama. Dia menatap mata pacarnya dalam-dalam. "Aku cuma capek aja. Butuh kamu buat ngisi baterainya.”

Tanpa perlu di jelaskan, ​Syama langsung memiliki firasat ini berhubungan dengan saudaranya. “Tadi Sisi gimana?” tanyanya pelan.

​Devanka menghela napas panjang dan mulai menceritakan semua yang terjadi, mulai dari perkenalan yang canggung hingga percakapan yang terasa seperti interogasi. Dia menjelaskan bagaimana Syima terus menyindir, membahas perbandingan antara dirinya dan Syama, sampai akhirnya Syima pergi dari ruangan begitu saja. Devanka berbicara dengan nada tenang, tapi Syama bisa melihat frustrasi yang terpancar jelas di matanya.

"Ternyata kembaran kamu itu sedikit sulit ya?" kata Devanka sedikit terkekeh.

​Wajah Syama memerah, bukan karena marah, tapi karena malu dan terkejut. Dia menunduk, tidak berani menatap Devanka. “Maafkan Sisi, Mas. Aku enggak tahu dia bisa bersikap sejauh itu. Dia memang... sulit,” bisik Syama. “Aku janji akan bicara sama dia. Tak seharusnya dia bersikap kayak gitu ke kamu. Bagaimanapun kamu dosennya, dia harus hormat.”

​“Mas ngerti kok, dia hanya memberi aku peringatan, supaya jangan menyakiti kamu. Kalau enggak, Mas bisa abis sama dia." Devanka tertawa kecil, mengingat wajah Syima tadi. "Kembaranmu aja kayak gitu. Aku bisa bayangin kalau ketemu Bapakmu."

​Syama memijat pangkal hidungnya. “Sifat Bapak semuanya turun ke Syima, makanya mereka gak pernah akur.”

Devanka kembali tertawa. Wajah kekasihnya begitu memerah karena malu dengan sikap Syima. "Terus kamu mirip siapa, hmm?" tanya Devanka mencubit pipi merah Syama.

​Sebelum Syama sempat menjawab, ponselnya berdering nyaring. Nama “Bapak” muncul di layar. Syama mengangkatnya dengan perasaan tidak enak.

​“Halo, Pak?”

​Wajah Syama langsung memucat saat dia mendengarkan ayahnya. Matanya membulat, dan tangannya yang memegang ponsel bergetar. “Ibu pingsan? Sekarang di mana, Pak?” Dia berdiri dari kursinya. “Oke, Syama ke sana sekarang.”

​Syama memutuskan panggilan dan menatap Devanka dengan mata berkaca-kaca.

​“Ada apa, sayang?” Devanka bertanya dengan nada cemas.

​“Ibu... Ibu pingsan. Syima sudah bawa Ibu ke rumah sakit, Bapak masih dalam perjalanan dari sekolah,” jawab Syama, suaranya tercekat.

Devanka segera bangkit mengikuti Syama. "Ayo sekarang kita kesana."

"Tapi Mas..."

"Jangan bahas itu sekarang. Mungkin ini takdir saatnya ketemu keluarga kamu."

Devanka tersenyum seraya, menggenggam tangan dingin Syama. Dan menuntunnya menuju mobil.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!