Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima Ribu
"HEY! SEDANG APA KALIAN!!
Sontak saja Devano dan Alena terkejut dengan teriakan itu. Tiga orang pria paruh baya mendekat dengan senter mereka masing-masing.
"Kamu gapapa..?
"Gapapa Bang, Tapi kaki Ale kayaknya keseleo deh.." Jawab Alena seraya meringis. Devano membantu Alena untuk berdiri.
"Sedang apa kalian disini??" Tanya salah satu bapak-bapak berbadan besar dengan perut buncit. Tak lupa kumis tebal yang melintang membuat siapa pun takut memandangnya.
Alena menundukkan kepalanya karena sinar senter yang menyilaukan mata.
"Sedang apa kalian hah! Mau mesum kalian disini!!? " Tanya bapak satunya dengan lantang. Beberapa orang pun ada yang keluar melihat apa yang terjadi.
"Pak, Jangan salah paham dulu.. Kita gak ngapa-ngapain kok.. " Ucap Alena membela diri.
"Halaah! Gak usah ngelak kalian ya.. Kami lihat sendiri kalau pria di sebelah kamu ini tadi cium kamu kan? Kalau mau mesum itu jangan disini! Nyawa hotel sono..
"Tapi kami memang tidak melakukan apapun pak.." Devano ikut menimpali. Tadi saya hanya...
Belum selesai Devano berucap, Lampu tiba-tiba menyala. Kini terpampang nyata lah wajah Alena dan Devano. Ketiga pria paruh baya itu tentu saja kaget.
"Loh! Jadi yang tadi ciuman itu kamu Ale..?" Alena menggelengkan kepalanya.
"Eng..Enggak pak.. Saya tadi..
"Astagfirullah Alena! Saya pikir kamu ini beda sama gadis-gadis lainnya. Saya pikir kamu beda dari gadis jaman sekarang. Eh taunya sama aja.. " Lampu yang menyala dan orang-orang satu persatu yang mendekat membuat tempat itu ramai. Tak terkecuali Pandu dan Lilis yang ikut keluar.
"Loh pak, Bu.. Ini ada apa ya? Kok rame-rame gini? " Tanya Lilis kepada semua orang yang ada di sana.
"Nah kebetulan ada orang tuanya disini.. Begini Pak Pandu dan Bu Lilis. Kalau anaknya itu udah saling cinta lebih baik cepat di halalkan Bu..Masa sampai ketahuan berbuat mesum gini.." Jelas Bapak bapak yang pertama melihat Devano dan Alena.
Pandu dan Lilis menatap sang putri yang hanya menggelengkan kepalanya.
"Ayah, Bunda.. Mereka cuma salah paham aja. Tadi kan mati lampu, Terus Alena turun dari motornya bang Devano. Karena kondisi Lampu yang gelap Alena gak sengaja nginjak batu. Kaki Ale keseleo dan jatuh. Bang Devano cuma niat mau bantu aja tapi bapak bapak ini malah ngira Ale sama Bang Devan buat mesum.." Lilis menatap sang suami. Pandu menggelengkan kepalanya, Mereka yakin kalau putrinya ini berkata jujur.
"Tapi saya lihat kalau kalian lagi ciuman.." Sanggah bapak yang satunya Tak percaya dengan penjelasan Alena.
"Wah Pak Pandu, Bu Lilis.. Kalian jangan cuma diem aja dong! Ini gimana anaknya buat mesum kok malah diem aja.." Sahut warga yang lainnya..
"Iya! Anaknya buat mesum malah plonga plongo..
"Tapi pak.. Saya yakin kalau Alena gak mungkin melakukan hal seperti itu. Saya tahu anak saya seperti apa.." Ujar Pak Pandu mencoba membela putrinya. Dia bukan membela, Tapi Pandu yakin kalau Alena dan Devano tidak akan berbuat hal seperti itu.
Kehadiran Wina dan Wawan serta anak dan menantunya semakin memperkeruh suasana. Mereka semakin menyudutkan Alena dan Devano. Menghina Alena perempuan murahan, Pela-cur, Jall-ang, Tak punya malu, Miskin semua Wina dan Wawan lontarkan. Lilis menangis tersedu, Dilla dan Bagas pun tak mau kalah.
"Putri saya tidak seperti itu!!
"Halaaah! Pela-cur ya Pela-cur saja.. Tidak perlu membela diri!!
"Udah pak bu! Mending sekarang kita buka pakaian mereka! Kita arak keliling biar kapok.." Ucap Dilla dengan lantang. Wanita itu bahagia melihat Alena yang ketakutan. Akhirnya sekarang dia bisa balas dendam.
"Iya! Kita arak keliling saja!
"Iya..
Devano menenangkan sang kekasih. Namun matanya tak lepas menatap tajam keluarga yang selalu membuat keluarga kekasihnya terluka.
"Awas saja kalian.. Akan aku balas!
Alena dan Devano hendak di telan-jangi namun seorang pria yang tak lain adalah Pak RT datang untuk melerai dan meluruskan masalah.
"Bapak-bapak Ibu-ibu.. Tolong jangan main hakim sendiri. Saya selaku RT disini tak ingin ada kekacauan. Dari pada mereka ini di Arak, Lebih baik kita nikahkan saja..
"Tapi pak RT mending di Arak aja biar kapok.." Seru Dilla tak setuju dengan pendapat pak RT tadi.
"Iya pak.. Kalau saya sih lebih setuju di arak!" Wina menimpali.
"Begini Pak, Bu... Kalau mereka ini di arak. Nama warga sini akan buruk. Sudah pasti bukan hanya Alena dan keluarganya yang jelek. Tapi kita semua akan ikut dampaknya. Kalau mereka di arak, Warga sebelah jelas tahu.. Daripada ribut, Mending mereka di nikahkan saja.. " Itulah keputusan Pak RT. Alena dan Devano bernafas lega. Mau tak mau akhirnya mereka di nikahkan.
.
.
.
Di mushalla yang letaknya tak jauh dari para rumah warga. Devano dan Alena duduk berdampingan. Di sekelilingnya ada beberapa warga tak terkecuali orang tua Alena sendiri berada di sana sebagai seorang saksi.
Pak RT juga mengundang ustad yang akan mengakad sepasang kekasih itu.
"Sudah di siapkan Mas, mas kawinnya?" Tanya Ustad tersebut. Devano meraih dompetnya dari dalam saku celananya. Pria tampan itu membukanya, Seketika Devano memijit pelipisnya. Di dalam dompet itu tak ada uang cash sama sekali.
Hanya ada satu lembar uang dua puluh ribuan dan satu lembar uang lima ribuan. Selain itu, Tak ada lagi hanya tersisa kartu-kartu penting.
"Mas gimana?" Devano menoleh ke arah Alena yang menganggukkan kepalanya.
"Bismillah...
Terpaksa, Devano meraih dua lembar uang berjumlah dua puluh lima ribu lalu meletakkannya di atas meja kecil yang kini jadi penghalang antara Pak Ustad dan Devano.
Sontak saja Devano menjadi bahan tertawaan orang-orang yang ada di sana. Apalagi Wina, Wawan dan Dilla yang paling terdengar ketawanya. Mereka seolah mengejek Alena karena di beri mas kawin segitu.
"Duh ya.. Masa iya mas kawinnya dua puluh lima ribu doang. Cuma bisa beli garam dong. ." Kata Wina dengan tawanya. Keluarga itu heboh sendiri.
"Ya, Kalo miskin, Miskin aja kali.. Cocok kan? Keluarga miskin punya menantu miskin. Hahahaha.." Wawan ikut tertawa terbahak-bahak. Di ikuti oleh Dilla tapi tidak dengan Bagas. Pria itu tidak tertawa tapi tersenyum sinis. Dia suka dengan adegan malam ini. Dengan begitu dia bisa buktikan kalau pria yang Alena pilih adalah pria yang miskin dan tak setara.
"Lihat nih menantuku.. Mas kawinnya lima juta.. " Wawan menepuk punggung Bagas bangga. Devano hanya melirik keluarga itu. Mungkin sekarang mereka akan di remehkan. Tapi lihat saja nanti..
"Bisa kita mulai?
"Bisa pak Ustad.." Sahut Devano dengan tegas.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Pradipta Devano Syahputra bin Rafael Syahputra dengan seorang wanita yang bernama Alena Anindita binti Ahmad Pandu dengan mas kawin dua puluh lima ribu rupiah di bayar di tunai!
"Saya terima nikah dan kawinnya Alena Anindita binti Pandu Aji dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!.
.
.
.
TBC
gantung LG