Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Haikal tak main-main dengan ucapanya, pagi ini keduanya keluar rumah dengan mengagungkan pakaian putih.
Haikal yang biasanya memakai kemeja gelap atau warna soft, kini pria itu memakai kemeja putih dengan celana hitam. Sedangkan Aura memakai dress putih yang begitu cocok dan terlihat anggun.
"Tuan, apa aku boleh megambil foto kalian sebelum pergi?" Hani menatap kedua majikannya dengan penuh harap.
Dirinya begitu takjub melihat sepasang kekasih yang akan menikah itu, paras pria yang tampan, dan wanitanya yang sangat cantik, mereka bak pangeran dan putri kerajaan dari kayangan yang sengaja diturunkan di bumi.
"Memangnya kenapa Hani?" Tanya Aura dengan bingung.
"Em, tidak apa-apa, hanya saja momen seperti ini sangat disayangkan kalau tidak ada kenang-kenangan, Tuan dan nyonya sangat serasi." Ucap Hani dengan jujur.
Aura hanya tersenyum, sedangkan Haikal bertahan dengan wajah datarnya.
"Baiklah, setelah itu kamu bisa mengirimkannya pada ku."
Hani mengangguk antusias.
Aura tersenyum cerah, sedangkan Haikal merangkul bahu Aura dengan mesra.
Beni yang sejak tadi berada di sana hanya bisa mencebikkan bibirnya.
"Sudah!" Hani tampak begitu senang melihat hasil foto yang dia ambil.
"Aku akan mengirimkan pada nyonya, semoga kalian bahagia."
Hani memiliki dua panggilan untuk Aura, jika hanya mereka berdua Hani akan memanggil ibu, tapi jika ada yang lain Hani memanggil nyonya, aneh memang tapi begitulah Hani.
Beni melirik Hani yang tampak senyum-senyum melihat layar ponselnya sendiri, setelah itu Beni masuk ke mobil mengantarkan atasannya.
"Ngomong-ngomong apa kita hanya sendiri?" Tanya Aura mobil sudah melaju membelah jalanan kota.
"Tidak, mereka sudah menunggu di sana." Ucap Haikal sambil memainkan rambut Aura yang harum.
"Siapa?"
Tanya Aura yang penasaran. Pasalnya Aura tak mengundang siapapun, dia tak memiliki teman dan kelurga menurutnya.
'Kelurga,'
Mengingat itu hati Aura terasa miris, kenangan pahit di masa lalu membuatnya tak ingin terlibat, namun takdir berkata lain padanya. Sampai saat ini Aura justru terikat dengan masa lalu yang tidak ia harapkan.
Setelah hampir tiga puluh menit, mobil yang dikendarai Beni sampai di gedung catatan sipil.
Menjelang siang tampak begitu ramai, namun bukan Haikal namanya yang tidak bisa melakukan sesuatu.
"Semua sudah siap Tuan, anda bisa lewat samping." Beni menunjukan jalan, semua Beni yang mengurus anggap saja sekalian Beni juga belajar.
"Ayo sayang," Haikal menggandeng tangan Aura menuju jalan yang Beni tunjukkan. Hingga keduanya sampai di ruangan yang cukup lebar dan nyaman.
"Selamat datang Tuan Haikal," sapa petugas catatan sipil dengan ramah.
Haikal hanya bergumam dan mengangguk sebagai balasan.
"Ck, aku pikir akan ada perayaan besar dari orang terkaya dan tersohor di kota ini, tapi tak ku sangka hanya ada sebotol air mineral dan permen," Ucap Enggar sambil melirik Haikal yang baru saja datang.
"Kamu hanya berpikir, tapi tidak melakukan apapun untuk membantunya, jadi jangan banyak mengeluh dan duduklah dengan baik." Dafa menepuk pundak Enggar. Membuat Enggar tersenyum masam.
"Kalian aku undang bukan untuk mengejekku, jika keberatan kalian bisa pergi." ucap Haikal acuh tak acuh.
"Wah...Wah... lihatlah bujang tua itu sudah sombong rupanya." Enggar geleng kepala.
"Hey.. kau mengatainya bujang tua , berarti kau sama saja mengatai ku!" Mata elang Dafa menatap tajam Enggar yang duduk disebelahnya.
Enggar tersenyum kaku, tak menyangka guraunya justru mengenai dua sasaran.
"Kau hanya perlu menarik saham yang kau tanam, jika dia berani bicara macam-macam!"
Enggar semakin ciut saat Haikal meluncurkan ancaman, pada akhirnya Enggar lebih baik diam.
Setelah berkas di tandatangani dan melakukan beberapa foto, kini sepasang pengantin baru itu di tangannya membawa buku nikah.
Ketiga pria yang beda status itu hanya bisa membuang wajah saat mereka di hadirkan adegan live plus-plus.
"Apa kalian tidak punya malu!" Maki Dafa yang sudah kesal melihat sifat absur saudaranya itu.
Haikal hanya tersenyum santai, sedangkan Aura wajahnya sudah memerah.
"Cerilah wanita yang bisa kamu nikahi, bukan hanya sekedar bisa kamu perawani."
"Apa! Kamu menyebutku bajingan sek*sual!" Maki Dafa dengan wajah kesal.
“Not if you don't feel it." Balas Haikal dengan santai.
Dafa semakin kesal, hingga tangannya ingin memukul wajah sombong Haikal saat ini juga.
*
*
Senyum bahagia terlukis di bibir Aura, hingga menular pada pria yang duduk disampingnya.
Haikal mengemudikan mobilnya sendiri, setelah mendapatkan buku nikah, Haikal membawa Aura ke suatu tempat.
"Sepetinya kamu sangat bahagia menikah dengan ku." Ucap Haikal sesekali melirik Aura dan kembali fokus kejalan depan.
"Tentu saja, aku mendapatkan suami tampan dan juga kaya raya, dan yang pasti sangat puas membuat sepasang kekasih yang menjijikan itu terbakar kemarahan." Aura benar-benar merasa senang.
"Lihatlah ini, Mas."
Aura menunjukan layar ponselnya saat lampu merah menyala dan mobil mereka berhenti.
Haikal mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Setelah aku upload buku nikah kita, Lisa langsung mengirim pesan padaku.
"Aura kau benar-benar wanita licik! Kau wanita ular yang tak puas dengan satu laki-laki, aku pastikan kau akan menyesal sudah menikahi ayah Mario!!"
"Dasar wanita jala*ng!!"
"Dia begitu kepanasan, Mas!" Ucapnya dengan wajah puas.
Haikal tak menyahut, ia kembali melajukan mobilnya saat lampu berubah hijau.
"Jadi kau benar-benar menggunakan ku untuk balas dendam?"
Aura tersenyum menyeringai, "Jadi apakah Om menyesal sudah memberikan ide itu?" Tanya Aura balik degan senyuman menggoda.
"Tentu saja tidak. Karena dengan begitu aku bisa dekat dengan mu dan memiliki mu sekarang."
Mobil Haikal memasuki sebuah vila yang cukup luas. Vila yang terletak di dekat pantai.
Aura yang melihat tentu saja takjub dengan mata berbinar senang.
"Apa ini punya mu Mas?" Tanya Aura dengan antusias saat baru turun dari mobil.
"Kau belum sadar dinikahi siapa, hm..?"
Aura terkekeh, tangannya meriah pinggang Haikal dan memeluknya.
"Tentu saja sadar. Aku mendapatkan crazy rich setelah membuang batu kerikil, hahaha..." Tawa Aura menggema hingga membuat Haikal ikut tersenyum.
"Kita akan menghabiskan waktu di sini," Haikal menatap lekat wajah cantik Aura dengan intens. Membuat Aura tersenyum dengan manis.
"Tentu saja, karena saat ini aku akan menyerahkan semua yang aku miliki untuk mu."