Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
Rambut Aris yang disusun rapi, baju sekolah yang rapi tanpa kusut sedikitpun, menjadi kontras total dengan penampilan Amirul yang bajunya tidak di strika dan agak lusuh.
"Ha ha ha ha, bagaimana Amirul? Apa kamu suka dengan pemutus hubungan kelurga ini?" tanya Aris dengan suara yang cukup keras, sehingga beberapa siswa yang lewat berhenti untuk mendengar. Ia tertawa puas, bahu-bahunya bergoyang ria, seolah telah meraih kemenangan besar.
Amirul merasa darahnya mendidih. Selama dua tahun, ia selalu menjadi sasaran penindasan Aris, didirikan sebagai budak rumah tangga, tidak diperbolehkan memiliki teman, bahkan uang saku hanya diberikan kalau ia memenuhi semua permintaan Aris.
Tapi hari ini, segalanya berubah. Dengan napas dalam, Amirul berdiri perlahan, tubuhnya sedikit menggoyangkan tapi matanya penuh semangat. Ia menatap Aris langsung ke mata, tanpa takut.
"Aku bersyukur lepas dari keluargamu, setidaknya aku tidak perlu menjadi budak mu lagi!" balas Amirul dengan suara yang tegas, meskipun ada getaran di dalamnya. Beberapa siswa yang mendengar pun terkejut, mereka tahu Amirul sebagai anak yang pendiam dan selalu tunduk, tidak pernah berani melawan Amirul.
Aris wajahnya memerah. Ia tidak menyangka Amirul akan berani membantahnya. "Kau akan menyesal, Amirul! Tanpa kita, kamu tidak akan punya tempat tinggal, tidak punya uang untuk sekolah!" teriaknya dengan marah.
"Tidak perlu khawatir. Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau!" balas Amirul tegas.
Aris tersenyum sinis, tapi Amirul tidak peduli. Dia tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat, dan dia tidak akan membiarkan Aris membuatnya merasa buruk.
"Ha ha ha ha, kamu memang tidak tahu diri!" kata Aris, suaranya penuh dengan kebencian.
Amirul tersenyum, matanya berkilau dengan keberanian. "Aku tidak tahu diri? Aku yang tidak tahu diri adalah kamu, Aris. Kamu yang selalu menganggap dirimu lebih baik dari orang lain, padahal kamu tidak lebih dari seorang pengumpat yang lemah."
Aris wajahnya merah karena marah, tapi Amirul tidak peduli. Dia tahu bahwa dia telah membuat Aris kehilangan kata-kata, dan itu membuatnya merasa puas.
Raka, yang berdiri di samping Amirul, tersenyum dan memasukkan tangannya ke dalam saku. "Hei, Aris, kamu tidak perlu repot-repot membuang waktu dengan orang seperti Amirul. Dia sudah tidak ada lagi di sini, dan orang yang berdiri ini bukan lagi Amirul!" katanya, suaranya penuh dengan kepercayaan diri.
"Di beri tahukan kepada Siswa bernama Aris, harap segera ke kantor sekarang! Sekali lagi! Siswa bernama Aris, ke kantor sekarang!"
Terdengar dari pengeras suara jika Aris di panggil ke kantor.
Aris membalikkan badan dan pergi, meninggalkan Amirul dan Raka sendirian. Amirul tersenyum, merasa lega dan bebas. "Terima kasih, Raka," katanya, suaranya penuh dengan rasa syukur.
Raka tersenyum dan mengangguk. "Tidak perlu berterima kasih, Amirul. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang teman."
Amirul tersenyum, ia yakin jika Raka adalah teman terbaiknya.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪