Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Behind The Scene
***
Sherin melempar senyum lembut ke arah Devan
yang langsung mengerjapkan matanya terpanah
oleh senyuman dahsyat itu. Devan memalingkan
wajahnya berusaha untuk tetap tenang dan datar.
Kepala staf produksi segera memerintahkan anak buahnya agar menyiapkan kursi untuk Devan.
"Silahkan Presdir.. anda bisa melihat proses
pengambilan gambar yang sedang berlangsung."
Ucapnya sambil mempersilahkan Devan untuk
duduk dengan gestur tubuh yang sangat segan
dan penuh hormat. Devan mengangkat tangan
memberi isyarat agar semua orang kembali
pada tugas dan kegiatannya semula.
"Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan lancar tanpa ada kendala apapun.Jangan sampai
ada kejadian yang tidak di inginkan lagi.!"
Tegas Devan sambil kemudian duduk tumpang
kaki di kursi yang sudah di sediakan. Beberapa
orang segera memasang payung pelindung di
sekitar tempat duduk Sang Presdir.
"Tentu saja Presdir.. kami akan memastikan
semuanya berjalan sesuai dengan rencana."
Sambut kepala staf sambil berdiri di samping
Devan. Tidak lama team potografer datang ke
hadapan Devan, meminta izin untuk segera
melanjutkan pekerjaan mereka. Dan Devan
hanya mengibaskan tangannya sedikit.
"Selamat siang Presiden El..suatu kehormatan
dan kebahagiaan, bisa mendapatkan kunjungan spesial anda ke tempat ini."
Pamela datang menghampiri Devan, menyapa
pria itu dengan suara yang sangat merdu dan
gestur tubuh dibuat seanggun mungkin. Devan
menatap kedatangan gadis itu dengan ekspresi
wajah datar dan tenang penuh wibawa.
"Selamat siang Miss Pamela.!"
Sahut Devan dengan suara berat dan khas nya
yang selalu mampu menggetarkan hati seorang Pamela. Sudah sejak lama dia tergila-gila pada
pria ini, dan sangat berharap bisa memikat hati
nya. Dia memang pernah terpilih beberapa kali
untuk menemani sang miliarder muda ini datang
ke pesta penting hingga mampu menggegerkan
jagat hiburan. Dan dari situah isu kedekatan
dirinya dengan Devan mulai menyeruak.
"Terimakasih sebelumnya atas perhatian anda.
Kami jadi lebih bersemangat kalau anda ikut
menyaksikan semua proses nya."
Sambut Pamela dengan suara merdunya, dan
masih berdiri anggun di hadapan Devan yang sebenarnya hanya sesekali saja melirik ke arah
model bertubuh seksi itu. Sebab fokus matanya
kini sedang tertuju pada sosok Sherin yang
tengah berjalan menuju spot fhoto yang telah
di tentukan bersama beberapa kru produksi
yang terlihat membantunya mengangkat gaun
bagian belakang nya karena cukup panjang.
"Baiklah, kau bisa kembali lagi ke tempat mu
untuk bersiap-siap Miss Pamela.!"
Ucap Devan sambil mengangkat tangannya
memberi isyarat pada gadis itu untuk kembali.
"Tuan El..izinkan saya menemani anda di sini
sebelum tiba giliran take. Kebetulan saya sudah bersiap dan tinggal mengambil posisi saja."
Devan melirik ke arah Pamela, keduanya saling
pandang. Tubuh Pamela langsung terasa panas
dingin saat mata tajam yang sangat memikat
milik Dev tampak mengamati tampilan dirinya
yang kini sudah berganti kostum warna merah
cerah dengan model yang sangat cantik dan
seksi. Rambutnya di gulung tinggi dan hanya menyisakan anak rambut manis di kedua sisi
wajahnya yang mempesona.
"Kapan giliran mu tiba.? Aku sudah tidak sabar
ingin segera melihatnya.!"
Mendengar ucapan Devan yang penuh dengan
pujian itu, wajah Pamela langsung saja bersemu merah. Dia benar-benar merasa tersanjung.
"Setelah ini Tuan ku.. setelah model yang itu
selesai, barulah giliran saya."
Sahut Pamela dengan nada suara penuh rasa
bangga sekaligus melambung tinggi sambil
sekilas melihat ke arah Sherin.
"Baiklah..aku akan menunggu itu tiba.!"
Desis Devan sambil merebahkan tubuhnya ke
arah belakang kursi dengan gaya yang sangat
santai namun tetap mempesona. Dia meraih
ponsel dari balik saku jasnya dan mengecek
isinya dengan mengangkat nya sedikit. Dan
matanya kini fokus pada layar ponsel, ternyata
dia sedang merekam segala kegiatan Sherin
saat ini.
Para model lain yang sedang menunggu giliran, ataupun yang sudah kebagian sesi pemotretan tampak memperhatikan interaksi kedua orang
itu dengan tatapan iri. Mereka sangat yakin, kedatangan Devan ke tempat ini pasti karena keberadaan Pamela.
Begitupun dengan Stella, dia tampak menatap
iri kearah nya. Sebenarnya, dia pun sudah lama
menggilai pria itu, dia sangat berharap suatu
saat bisa menjadi teman kencannya walau
hanya satu malam saja. Itu pasti akan sangat memuaskan segala keinginannya selama ini.
Beberapa hari ke depan, Stella akan segera
bertunangan dengan Brian, pria yang sudah
susah payah di rebut nya dari sisi Sherin. Tapi,
itu tidak akan membuatnya berhenti berharap
bisa merasakan bagaimana perkasanya fisik
sang pria paripurna pujaan banyak wanita itu.
"Okay Miss Sherin.. carilah posisi senatural
mungkin. Setelah itu anda bisa mengeksplor
gaya sesuai keinginan anda sendiri.!"
Terdengar suara Miss Manola menegaskan
sambil memastikan Sherin sudah berada di
spot yang sesuai.
"Baik Miss Manola.."
Sahut Sherin sambil mulai mencari posisi yang
menurutnya cocok. Hawa dingin di tempat ini
cukup menggangu fokusnya karena gaunnya
berpotongan terbuka di bagian atas, membuat
tubuhnya seakan membeku. Tapi dia berusaha mengatasi semua itu sebaik mungkin.
Asisten potografer dan para kru produksi, ikut
sibuk mengatur posisi Sherin yang mengambil
latar di atas batu besar di samping air terjun.
Beberapa asisten kru juga tampak merapihkan
gaun dan melakukan touch up pada riasan
wajah Sherin yang terlihat sangat berkilau itu.
Rambut Sherin di biarkan tergerai indah dan
hanya di hiasi sebuah aksesoris cantik di satu
sisi bagiannya, lalu setengah bagian lagi di
sampirkan ke depan. Sedang leher jenjangnya,
di hiasi sebuah kalung mutiara kecil yang
melengkapi kesempurnaan penampilannya.
Gadis itu benar-benar bagaikan bidadari yang
baru saja turun dari langit. Sangat memukau,
begitu indah dan betapa mempesona nya..
Untuk beberapa saat, mata cantik Sherin beradu
tatap dengan mata tajam Devan yang sedang mengintipnya di balik ponsel. Gadis itu tampak
kembali tersenyum lembut namun samar. Devan hanya bisa menahan tarikan nafasnya agar bisa menstabilkan aliran darah di tubuhnya yang dari
tadi terus saja bergejolak.
"Okay Miss Sherin..ready ya..Silahkan berpose
sesuka hati dan menyatulah dengan alam."
Sang potografer profesional andalan Universal
Models studio terdengar mulai memberi arahan.
Sherin mengangguk sambil tersenyum tenang.
Semua kru kini menjauh, Sherin mengambil
posisi duduk menyamping dengan mengangkat
wajahnya sedikit ke arah air terjun sehingga
segala keindahan dirinya plus keindahan alam
di sekitarnya tampak menjadi satu kesatuan
yang begitu menakjubkan. Semua mata saat
ini terfokus padanya, decak kekaguman kini
keluar dari mulut beberapa kru produksi.
Mata Devan saat ini tak mampu berkedip. Dia
terkesima dengan semua gerak gerik Sherin di
layar ponsel nya yang terlihat begitu memukau.
Darahnya benar-benar mendidih menyaksikan
tubuh bagian atas Sherin yang terbuka dan
berkilau indah tersinari mentari yang mengintip
dan membias di balik rimbunnya pepohonan
hingga menampilkan pemandangan yang
begitu mempesona dan menggoda.
Sang fotografer terus memberi aba-aba lewat
isyarat jempol tangannya pada Sherin untuk
berganti ekspresi dan gaya. Seolah tak ingin
berhenti, fotografer itu terus menghujani
sosok Sherin dengan bidikan kamera nya.
Namun tiba-tiba saja beberapa orang berteriak
kaget sambil meloncat mundur saat melihat kemunculan sekawanan monyet liar yang kini
berjalan ke arah keberadaan Sherin.
Devan langsung berdiri dari duduknya dengan
raut wajah yang terlihat sangat dingin. Dengan
cepat dia melangkah menuju tempat dimana
Sherin berada. Semua orang bengong sesaat,
tapi kemudian mereka gaduh sedikit panik.
"Cepat usir monyet-monyet itu, jangan sampai
Miss Sherin terluka.!"
Teriak sang fotografer dengan wajah terlihat
emosi. Tapi saat ini, Sherin justru malah terlihat tenang-tenang saja. Dia menatap tajam ke arah kedatangan 7 ekor monyet itu yang kelihatannya sedang kelaparan itu.
"Sherin.. mundur.! Mereka berbahaya.!"
Devan memberi perintah saat sudah berada di
dekat Sherin dan melihat 2 monyet yang paling
besar tampak bersiap untuk merangsek maju. Orang-orang dari kru produksi ikut berdiri di
belakang Dev namun tidak berani bertindak
tanpa perintah dari pria itu.
Sherin berdiri, tatapannya masih fokus pada
pergerakan monyet-monyet liar itu. Dia masih
saja terlihat tenang tidak terganggu sedikitpun.
"Tolong.. berikan aku pisang atau makanan
apapun."
Pinta Sherin pada salah satu kru produksi yang terpaku sesaat, namun tidak lama orang itu
berlari ke arah tenda. Orang-orang kini saling
pandang, terkejut melihat sikap tenang Sherin.
"Apa yang kau lakukan.? Aku bilang mundur.!"
Wajah Devan tampak semakin keras, dia ingin
menarik tubuh Sherin, tapi gadis itu mengangkat
tangannya tanpa melirik ke arah Devan membuat
orang-orang terhenyak sekaligus terkejut. Berani
sekali gadis ini membantah perintah seorang
Presdir Elajar.!
"Mereka hanya lapar Mr Elajar.! Dan kita hanya
akan memberinya makan, tidak lebih.!"
"Sherin..! Itu monyet-monyet liar, mereka bisa
melakukan apapun saat kelaparan.!"
Suara Devan naik satu oktaf, dia benar-benar
tidak habis pikir dengan wanita ini, sepertinya
istrinya ini tidak pernah mengenal rasa takut.
"Aku akan membuat mereka tenang Tuan.!"
Sahut Sherin sambil melirik sekilas ke arah
Devan yang menggeleng dan mengetatkan
rahangnya. Tidak lama kru produksi yang
tadi kembali lagi sambil membawa satu sisir
pisang dan beberapa buah apel merah. Sherin mengambil pisang itu kemudian melemparnya satu-satu membagi rata pada semua monyet itu.
"Itu bukan solusi Miss Sherin.! Kau hanya akan
mengundang kedatangan kawanan lainnya.!"
Geram Devan sambil meraih pisang dari tangan
Sherin kemudian melemparnya jauh ke semak
belukar hingga membuat monyet-monyet itu
berloncatan mengejarnya.
"Apa yang ada dalam otakmu sebenarnya.?"
Cecar Devan sambil memegang tangan Sherin
yang menegakkan badannya, keduanya saling menatap satu sama lain. Sorot mata Devan
masih terlihat ada kecemasan bercampur
kesal dan sedikit emosi.
"Aku hanya memberikan apa yang mereka
inginkan Tuan..Dan jangan khawatir, aku
yakin itu semua tidak akan terjadi."
Ucap Sherin sambil melepas pegangan tangan
Devan seraya menundukkan kepalanya sedikit.
Setelah itu dia melangkah tenang menuju spot berikutnya di iringi tatapan Devan yang masih
terlihat kesal. Namun baru juga beberapa
langkah, dua monyet yang paling besar tadi
nongol lagi, mendekat ke arah Sherin.
"Amankan area ini, cepat.!!"
Devan memberi perintah tegas yang membuat
semua orang bergerak serentak. Namun Sherin
lagi-lagi mengangkat tangannya ke udara saat
melihat semua orang maju merangsek.
"Biarkan mereka ikut menemani ku.!!"
What.?? semua orang tampak tercengang dan
membeku di tempat saat melihat Sherin kini
mengulurkan tangan nya, menyentuh kedua
satwa liar itu yang anehnya langsung terdiam, menjatuhkan kepalanya di hadapan Sherin,
seolah tunduk dan patuh pada sang bidadari.
Devan terdiam, tak habis pikir dengan alis yang
bertaut dalam. Dia menghela nafas, kemudian
beranjak dari tempat nya berdiri. Matanya saat
ini masih tidak lepas memandang sosok Sherin .
Saat ini gadis itu sudah duduk santai di atas
batu putih di pinggir air terjun. Di kedua sisinya
ada dua monyet besar yang kini menemani dan bersiap untuk berpose seolah menjadi penjaga
bagi dirinya, sebuah pemandangan luar biasa.
Beberapa staf dan kru produksi tampak tidak
tahan untuk tidak bertepuk tangan dan berdecak
takjub atas peristiwa yang terjadi di luar dugaan
ini. Hasil foto yang sangat fantastis. Sherin kini
bergaya all out dengan kedua monyet besar itu
yang terlihat cuek namun sangat fotogenik.
Sementara itu...
Di ibukota saat ini sedang terjadi kehebohan
besar, setelah pihak kepolisian merilis bukti-
bukti hasil penyelidikan serta investigasi atas
kasus rem blong yang terjadi kemarin.
Ternyata.. kejadian itu adalah ulah dari orang
suruhan sebuah agensi model yang cukup
besar dan merupakan saingan berat Universal
Models. Hari ini juga, CEO dan beberapa staf
direksi perusahaan itu di ciduk oleh pihak
kepolisian.
Dan tidak berselang lama, pihak manajemen
Universal mengumumkan pengalihan seluruh
aset yang dimiliki agensi model itu karena kini
sudah berpindah tangan pada pihak Universal.
Mulai hari ini, agensi itu resmi berada di bawah kekuasaan pihak Universal.
Selain itu, ada berita heboh lainnya yang hari ini
mewarnai pemberitaan. Dimana hari ini, wanita
yang pernah berurusan dengan Sherin, istrinya
Arnold Poernomo, juga di ciduk polisi atas kasus penipuan dan penggelapan dana milyaran rupiah
milik para nasabah dan teman-teman arisannya.
"Aku puas banget deh sama nenek sihir ini Sher.
Akhirnya dia mendapat karma juga. Walaupun
kamu tidak melakukan apa-apa pada orang ini,
tapi Tuhan sudah membalas rasa sakit mu..!"
Vincent berdecak puas atas berita yang saat ini
beredar di media sosial. Sherin melirik sekilas
ke arah Vincent yang kembali asik berselancar
di dunia maya. Saat ini dia sudah berada di
kamar hotelnya setelah kembali dari lokasi
pemotretan menjelang sore.
"Aku percaya.. cepat atau lambat kebenaran itu
akan terungkap juga. Tapi, yang aku inginkan
adalah wanita itu menyesal telah menuduhku
yang bukan-bukan."
Desis Sherin yang baru saja keluar dari kamar
mandi setelah selesai membersihkan dirinya.
Kemudian duduk di kursi meja rias sambil mengeringkan rambutnya menggunakan
handuk kecil. Dan tubuhnya saat ini masih
berbalut bathrobe warna putih.
"Aku yakin, itu semua akan segera terjadi kalau
kamu siap membuka kebusukan adikmu itu.
Oleh karena itu kamu harus memantapkan
hatimu Sher.!"
Ucap Vincent sambil kemudian berdiri. Sherin
saling menatap dengan pria cantik itu lewat
pantulan cermin.
"Iya..kita lihat saja nanti perkembangan nya.!
Lirih Sherin sambil kemudian beranjak, meraih
pakaian yang sudah di siapkan oleh Vincent,
setelah itu masuk kembali ke kamar mandi
untuk berganti pakaian.
Malam ini seperti biasa di adakan acara makan
malam bersama di restauran hotel. Beberapa
staf direksi masih ada di tempat ini karena ada
hal yang harus mereka pastikan agar tidak
terjadi lagi insiden yang tak di harapkan.
Para model sudah ada di dalam restauran dan
mulai menikmati makan malam mereka sambil
membahas tentang hasil pemotretan tadi. Tidak
di pungkiri, hasil-hasil fhoto Sherin semua nya
tampak memukau, apalagi ada dua tokoh
figuran yang sempat ikut menemani nya dan
itu merupakan nilai tambah baginya.
Saat ini sosok Sherin belum terlihat muncul ke
dalam restauran itu, karena dia baru saja keluar
dari kamarnya dan sedang mematung begitu
melihat kemunculan Steve di hadapannya.
"Selamat malam Miss Sherin..saat ini adalah
waktu di luar penilaian juri. Jadi saya harap
anda mau menerima ajakan saya untuk
pergi bersama."
Steve berucap sambil mengulurkan tangannya
dengan gaya yang sangat elegan dan berkelas,
mengajak Sherin untuk pergi bersama-sama.
Sherin mencoba untuk bersikap tenang, dia
tampak tersenyum seraya membungkukkan
badannya sedikit di hadapan pria maskulin itu.
"Selamat malam Mr Steve. Apakah saya punya
alasan untuk menolak.? Mari.. silahkan.!"
Sherin menyahut sambil balas mengulurkan
tangannya. Mata Steve mengerjap, tapi pria itu
tetap bersikap tenang. Keduanya kini berjalan
beriringan di kawal oleh asisten masing-masing.
Ada perbincangan kecil yang terjadi selama
mereka melangkah menuju restauran.
Tiba di tempat tujuan keadaan sedang sangat
heboh, semua orang tampak sedang fokus pada
ponsel masing-masing. Dan semua kegaduhan
itu tiba-tiba saja terhenti, mendadak hening
saat melihat kemunculan Sherin ke tempat itu,
apalagi saat ini dia bersama dengan Steve.
"Miss Sherin..para staf dan juri menunggu anda
di ruang VVIP saat ini juga.!"
Suara keras Miss Manola menggema di dalam
restauran yang berubah mencekam seperti di
dalam kuburan itu. Sherin bingung, dia melihat
saat ini semua mata sedang menatap aneh
padanya. Ada apa ini, apakah dia melewatkan
sesuatu.?
Steve melangkah cepat ke arah ruangan VVIP
dengan wajah yang terlihat berubah dingin.
Sedang tatapan Pamela tampak panas saat
melihat Steve datang bersama dengan Sherin.
"Miss Sherin..tunggu apalagi, cepat ikuti saya.!"
Geram Miss Manola sambil berjalan di ikuti oleh Sherin dan Vincent. Tiba di dalam ruang VVIP
Sherin tampak terkejut, dia sudah di hadapkan
pada sebuah tampilan layar proyektor yang
sedang menayangkan sebuah rekaman kamera
CCTV. Semua juri dan staf direksi serta team pelaksana berkumpul di ruangan itu.
Mrs Aliyah.. kepala staf produksi kompetisi ini
tampak berdiri, menatap tajam ke arah Sherin.
"Miss Sherinda Maheswari..bisa anda jelaskan
maksud dari rekaman video ini.? Anda sudah
melakukan satu kesalahan yang cukup fatal
dan melanggar peraturan dalam kompetisi ini.!!"
Deg !
***
Bersambung...
harusnya percaya dunk sama serin,kan udh liat sdri klo Arnold udh babak belur dihajar serin,
logikannya klo serin berkhianat pst mrk udh diatas ranjang dunk bri..., km ini gmn sih😁