NovelToon NovelToon
BAKSO KALDU CELANA DALAM

BAKSO KALDU CELANA DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Selingkuh / Playboy / Penyesalan Suami / Mengubah Takdir
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Sri dan Karmin, sepasang suami istri yang memiliki hutang banyak sekali. Mereka menggantungkan seluruh pemasukannya dari dagangan bakso yang selalu menjadi kawan mereka dalam mengais rezeki.
Karmin yang sudah gelap mata, dia akhirnya mengajak istrinya untuk mendatangi seorang dukun. Lalu, dukun itu menyarankan supaya mereka meletakkan celana dalam di dalam dandang yang berisikan kaldu bakso.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NAMPAK BIASA-BIASA SAJA

Sri terduduk seraya mengusap air wajahnya berulang kali. Debaran di dalam dadanya benar-benar membuat jantungnya serasa ingin melompat keluar.

"Apakah ada yang Mas Karmin sembunyikan dariku?" Wanita gemuk itu mendengkus pelan.

"Ngapain bengong di sini, Dek?" Suara Karmin menarik pikiran Sri kembali dari lamunan-lamunannya.

"Dih, berisik banget! Bikin kaget aja!" Wanita itu beranjak dari duduknya dan melirik kepada Karmin sekilas.

BRUAK!

Tubuhnya yang jumbo terjatuh dan ambruk mengenai tumpukan kardus air mineral yang tertata rapi di sebelah sofa. Beberapa air mineral pun terburai dan ada yang pecah.

"Lah, kan? Makanya hati-hati, Sri! Bangun aja kagak kuat. Makanya, diet!" Karmin berdecak sebal.

"Bisa hancur lebur nanti seisi rumah ini kalau kamu gak diet," cibirnya.

"Oke, nanti aku diet. Jadi aku butuh tambahan uang belanja untuk membeli susu pelangsing dan biaya untuk ke tempat fitness." Sri menjulurkan lidahnya seraya mencoba bangkit kembali.

"Ngapain pakai susu pelangsing segala? Minum air perasan lemon saja yang banyak, sehari lima gelas gituh, biar kamu mencret. Kurus dah!" Karmin terkekeh.

"Muatamu ...! Kamu mau membunuhku secara perlahan? Kamu pengen nasibku kayak orang-orang di berita-berita sosmed itu, yang mati karena asam lambung gara-gara diet ekstrim meminum air jeruk nipis sehari hingga bergelas-gelas? Oh, kamu udah bosan yeee menafkahi bini?" Sri menyeringai.

Karmin pun mendengkus. "Ya elah, Sri. Gitu aja kok emosi jiwa? Aku kan memberi solusi yang bagus agar kamu bisa lincah. Buktinya kamu kesulitan untuk bangun toh, sampai nabrak-nabrak kardus, nabrak-nabrak sofa, nabrak-nabrak meja juga. Bisa-bisa penyok semua itu perabotan kalau kamu tabraki setiap hari."

"Ya biarin penyok semua. Memang sengaja aku buat rusak biar kamu membeli perabotan yang baru. Toh uangmu banyak." Sri mencebik. Dia segera meraih beberapa gelas air mineral yang isinya sudah keluar membasahi lantai.

"Uang banyak dari mana sih, Sri? Hasil uang penjualan sudah aku setorkan kepadamu semuanya toh? Setiap malam kamu sudah mengambil uang di dalam kaleng. Huuuh. Serba salah!"

"Laah? Uang di dalam kaleng biskuit itu kan uang receh yang isinya sepuluh ribuan, paling besar yaaa dua puluh ribuan. Kalau uang yang besar-besar kan kamu kantongin sendiri. Kamu kemarin setor ke aku sekian juta, itu juga jatahnya Bawon untuk membayar utang kamu dan utang Emak." Wanita gemuk itu mendesis.

"Jangan salah, Sri. Uang kecil-kecil yang kamu bawa masuk setiap malam itu justru jumlahnya lebih banyak daripada uang besar yang aku kantongi. Heheheh." Karmin terkekeh.

"Uang kecil-kecil yang berasal dari kotak uang di gerobak bakso itu ... semuanya masuk ke modal jualan, ke dalam kebutuhan dapur, terus masuk ke biaya sekolah anakmu, belum lagi memberi jatah Emak setiap hari, belum lagi jatah rokokmu, jatah pulsa, jatah listrik, jatah PDAM, jatah iuran ini itu, jatah angsuran telek kucing, dan jatah tetek bengek lainnya. Kalau kamu masih mau main perincian denganku, Aku akan memperincinya sampai detail, sampai kamu muntah." Sri berbicara panjang lebar dengan secepat kilat di depan suaminya tanpa memberi jeda dan tanpa bernafas.

"Guwendeng! Itu mulut apa mesin bubut? Kok sepertinya ... bahan bakarnya full tanki?" Karmin berdecak sebal.

"Ini adalah mesin pemakan manusia. Kalau kamu masih banyak bicara, aku bisa menyantapmu hidup-hidup." Wanita gemuk itu melirik sinis kepada suaminya, kemudian berlalu pergi dari hadapan pria cungkring yang masih bengong di ruang tamu.

"Astagah! Ingin rasanya istriku itu kutukar saja dengan satu kwintal daging sapi. Lumayan lah, bisa untuk modal membuat pentol, weekekek." Karmin menggeleng heran.

Pengusaha bakso kolor itu pun berjalan ke halaman rumahnya dan nampak senang saat melihat banyak pembeli bakso meskipun masih di pagi buta. Memang di luar nalar, tapi sejak kuah bakso itu dicampur dengan kolor pu—ma, banyak orang yang datang di pagi hari untuk sekedar membeli bakso atau membungkus untuk dijadikan lauk pauk di rumah.

Karmin memicingkan mata saat melihat Bawon sedang makan bakso sambil duduk berhadapan dengan Sri.

"Kamu ngapain ke sini, Won? Nagih angsuran dapin?"

"Sarapan ini, Cuk! Umak kok suudzon sama ayas?" Bawon mendecih.

[Umak \= kamu, ayas \= saya]

"Lha, umak kan biasanya datang kalau lagi menagih, wekeekek." Karmin terkekeh seraya menghampiri gerobak baksonya dan mengintip uang di dalam bekas kaleng biskuit bertuliskan Monde Serena.

"Jadi gitu ceritanya, Sri." Terdengar sayup-sayup suara Bawon yang nampak mengobrol serius dengan Sri.

Karmin kembali memicing penasaran. "Kamu ngapain ngobrol sama Bawon, Sri?"

"Lagi bahas utang-utangan emas." Sri mencebik datar.

"Emas? Emas opo?"

"Emas perhiasan. Aku mau hutang emas 30 gram," kata wanita gemuk itu.

"Edan! Siapa yang mau mencicil, Sri?" Karmin memekik spontan.

"Ya kamu lah, masak Pak RT? Wekekeek." Sri terkekeh.

"Kamu lagi bercanda kan, Dek?"

"Ya iyalah. Emangnya kita punya uang dari mana buat nyicil? Uangmu sudah habis buat bayar hutangmu dan hutang Emak. Bawon tak akan mengijinkan aku menambah dapin, apalagi menambah cicilan emas." Sri beranjak dari duduknya lalu mengibaskan bokongnya megal megol seraya berjalan menghampiri Karmin di dekat gerobak.

"Aku udah bersyukur punya satu emas, yaitu Mas Karmin," bisiknya di telinga sang suami.

"Jangan merayu, kamu pasti pengen kredit emas di Bawon. Hayo loh ngaku!" kelakar Karmin.

"Dirayu istri itu mbok ya senang. Itu artinya istrimu ini masih sangat mencintaimu, Mas. Kalau aku sudah berhenti merayumu, itu tandanya aku sudah memiliki pria lain." Sri terkekeh-kekeh.

"Astaga naga bonaaaar! Lambemu lamis .... Kamu kayaknya belom sarapan deh, Dek." Karmin nampak terheran melihat tingkah istrinya yang terus-menerus meledeknya.

"Sarapan sana biar otakmu kagak konslet," tandasnya.

"Heeemm, Aku mau sarapan bareng dengan Bawon." Wanita itu segera mengambil mangkok dan meracik beberapa kondimen bakso, seperti tahu putih, tahu coklat si aci, mie keriting, bakso goreng, dan pangsit goreng. Tak lupa Sri membubuhkan saus berwarna merah khas Jawa Timur, dua sendok sambal, dan juga sedikit kecap manis.

"Tumben sih kamu SKSD dengan Bawon?" Karmin memicing sipit sambil memperhatikan istrinya yang kembali duduk di depan Bawon sambil memakan bakso tanpa kuah.

"Yeee, aku kan sedang merayu dia, agar dia mau memberiku hutang perhiasan emas dengan bunga ringan, weekekek." Wanita itu terkekeh seraya memakan pentol yang sudah ia bubuhi saus merah.

"Gak pakai kuah, Sri?" Bawon mendongak.

"Aku memang suka gadoin bakso tanpa kuah, Won."

"Kayak makan cilok dong, hehehe."

"Oyi lah."

Karmin nampak tengah memperhatikan istrinya yang sedang bergembira dan mengobrol santai dengan Bawon.

"Ternyata dia tidak curiga dengan kejadian semalam. Dia nampak biasa-biasa saja. Berarti Marsam berhasil meyakinkan istriku, sampai Sri tidak menaruh curiga sama sekali kepadaku." Pria cungkring itu bergumam pelan.

"Baiklah, nanti malam aku harus pergi ke tempat Marsam untuk berterima kasih, hehehe."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!