NovelToon NovelToon
Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.

Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.

Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?

Update setiap hari,jangan lupa like dan komen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 25 MISI BARU?

Darren berlari menghampiri Gavin dan Selina yang dari tadi sudah menunggunya.

"Kita uda berhasil"kata Darren senang.

"Misi pertama berhasil"Gavin pun memeluk kedua rekannya itu.

"Lo udah bantu hantu anak kecil berarti misi lo uda selesai"tanya Selina sambil menatap Darren.

"Entah gue belum tau"

"Masalah itu nanti aja yang penting kita harus berbahagia" ajak Gavin memberikan dua bungkus perment mint.

Selina,Gavin dan Darren menatap para polisi lain yang sedang menangkap Andre dan rekan rekannya.

"Ayo kita sekarang ketemu Jena"ajak Darren setelah para polisi mulai pergi dari tempat itu.

"Gass kita makan makan"Gavin segera masuk ke dalam mobil van pembersih itu.

"Ayoo buruann"Gavin berteriak karena Darren dan Selina tidak kunjung naik.

Gavin pun segera melajukan mobil van itu lalu menembus kegelapan malam.

"Ke rs?"tanya Gavin menatap Darren yang sedaang asyik memainkan hapenya.

"Ke restoran chicken aja vin,Jena uda gue suruh kesana"kata Darren masi fokus ke handphonenya.

"Syukurlah gue bisa langsung makan setelah babak belur gini" Gavin tersenyum senang.

Mobil van pembersih itu meluncur kencang membelah jalanan yang lengang. Lampu jalan yang redup membuat suasana semakin sepi, hanya suara mesin van dan alunan musik pelan dari radio yang menemani perjalanan mereka.

Tak lama kemudian, neon bertuliskan "Golden Chicken Resto" tampak dari kejauhan. Restoran itu masih cukup ramai meski sudah larut malam. Van berhenti di depan, dan mereka bertiga segera turun. Gavin segera membuka pintu resto itu.

"Jena,Darren,Gavin"sapa Jena disebelahnya sudah ada anak kecil yang tak lain adalah Laksmi.

"Akhirnya sampai juga gue" Darren menarik kursi dan duduk, meletakkan ponselnya di meja. Gavin langsung menjatuhkan diri di kursi sebelah Jena dengan senyum puas.

"Jenaaa, pesenin gue paket ayam lima potong sama nasi, plus saus extra ya. Gue udah babak belur, perut juga uda berisik" Gavin langsung membuka daftar menu.

Selina duduk di seberang Jena, tersenyum tipis.

"Aku cukup sup ayam aja, kayaknya lebih anget buat perut"

Jena menatap mereka satu per satu, matanya berbinar.

"Aku bener-bener khawatir tadi. Untung kalian selamat. Ceritain dong gimana tadi, aku cuma dapat kabar singkat dari pak Doni.

"Sumpah tadi gue ngelawan orang badan kekar kekar untung gue sama Darren menang"Gavin membanggakan diri.

Tiba tiba suasana mendadak sunyi seorang anak kecil menggunakan gaun putih rambutnya di gerai,memagang boneka beruang yang tampak bersih datang menghampiri Darren. Wajah anak itu imut mirip seperti anak kecil yang duduk di sebelah Jena.

"Lula?kamu lula?"tanya Darren tidak percaya bahwa anak itu benar benar cantik.

"Iya kak,terimakasih terimakasih banyak sekarang aku udah bisa tenang ke surga"kata anak itu tersenyum,kali ini senyum itu begitu manis.

"Kakak aku pamit dulu ya"anak itu mendekat ke arah Darren lalu memeluknya sebentar,berjalan mundur mengikuti cahaya yang sangat terang yang menyilaukan mata.

Suasana toko itu kembali riuh,suara para pengunjung yang sedang mengobrol terdengar. Darren segera menatap sekeliling anak kecil itu sudah tidak ada. Laksmi yang melihat Darren kebingungan segera memegang jaket Darren.

"Ka..k Lu...la da..tang...ya"kata Laksmi gagap.

"Iya sayang tadi Lula pamit ke kakak sekarang Lula sudah tenang di surga" kata Darren lembut.

"Ma...ka..sih"kata Laksmi terbata bata.

"Lula uda pamit?"tanya Selina menatap Darren.

"Udah barusan"kata Darren.

Pelayan datang membawakan pesanan mereka,tetapi tiba tiba pelayan itu tersandung oleh sesuatu makanan itu hampir mengenai Darren,tapi tiba tiba suasana gelap.

"A...aku dimana ini" Darren berteriak saat membuka mata.

"Halo nak Darren"suara paruh baya itu terdengar menggema.

"Bapak ketua?"tanya Darren meminta penjelasan.

Pria berjubah hitam itu datang menghampiri Darren yang sedang terduduk menatapnya.

"Kamu berhasil Darren,tetapi kamu masi harus nyelesain misi lain agar nyawamu selalu aman"

"Masi ada misi yang lain?berapa banyak?"

"Lakukan lah misi kedua ini dengan baik Darren,tetap hati hati"

Tiba tiba ruangan gelap itu bergetar,lalu Tumpahan makanan pelayan itu tiba tiba balik ke semula.

"Eh kok ga jatuh"kata pelayan itu dengan polosnya.

Pelayan itu lalu melangkahkan kakinya menuju ke tempat Darren dan teman temannya berada,lalu membagikan makanan itu satu persatu ke mereka.

"Akhirnya datang juga"Gavin segera mengambil ayam yang sudah ia pesan.

Darren masi bingung dengan perkataan pria berjubah itu.

"Apakah adaa misi yang lain lagi tapi apa?" batin Darren bingung.

Darren masih diam. Tangannya menggenggam sendok, tapi matanya kosong menatap piring ayam di hadapannya. Kata-kata pria berjubah hitam tadi terus bergaung di kepalanya, membuat pikirannya penuh tanda tanya.

Selina yang duduk di seberangnya memperhatikan Darren cukup lama. Wajah lelaki itu jelas bukan sekadar lelah, ada sesuatu yang lebih dalam. Ia akhirnya mencondongkan tubuhnya, berbicara pelan agar hanya mereka di meja yang mendengar.

"Ren,lo kenapa kok bengong aja?apa lo masih kepikiran masalah hantu anak kecil itu?"

Darren tersentak kecil, lalu menarik napas. Ia menatap Selina, lalu Jena dan Gavin yang juga mulai menoleh padanya. Suasana meja jadi hening.

"Ta..tadi pas pelayan itu mau jatuh dan makanannya mau ngenain gue tiba tiba gue ketarik ke ruangan gelap sama kayak waaktu gue koma dan gue ketemu sama dia..pria berjubah itu lagi.

Gavin langsung berhenti mengunyah ayam di mulutnya.

"APAAAA?Pria berjubah yang seumuran kita itu?"

"Bukan dia ketua pria berjubah hitam,katanya masi ada misi yang lain biar gue tetap selamat" kata Darren pelan.

"Jadi masi ada misi yang lain?terus mana hantunya mana"kata Selina melihat sekeliling.

Jena menatap Darren dengan wajah kaget.

"Misi kedua? Jadi ini belum berakhir? Gue kira setelah Andre ketangkep kita bisa tenang"

"Gue belum tau,hantu apalagi yang bakal hadir" Darren menunduk.

Keheningan kembali menyelimuti meja. Gavin meletakkan potongan ayamnya, wajahnya lebih serius dari biasanya.

"Yaudah, kalau lo harus jalanin misi kedua kita jalanin bareng-bareng. Sama kayak tadi,lo nggak sendirian, Ren"

"Terimakasih,yauda ayo kita lanjut makan"ajak Darren tidak mau menggang makan teman temannya itu yang sudah kelihatan kelaparan.

Suasana hening,Jena menyuapi laksmi. Lalu ikut makan,Selina,Darren dan Gavin juga makan dengan tenang. Hingga mereka akhirnya menyelesaikan suapan terakhirnya.

"Kenyang juga gue"Gavin menepuk nepuk perutnya yang kelihatan membesar.

"Yauda ayo kita antar Jena ke panti milik ibumu Ren"ajak Jena karena malam sudah mulai larut dan Laksmi sepertinya sudah mulai mengantuk.

"Yasudah ayo"Gavin berlari lebih dulu memutar mutar kunci mobil van itu.

Mobil van itu melaju pelan menembus jalanan sepi. Lampu-lampu jalan sudah banyak yang padam, menyisakan cahaya kuning redup yang membuat suasana semakin suram. Angin malam menampar kaca jendela, dan hanya suara mesin mobil yang terdengar.

Darren duduk di kursi paling belakang bersama Selina. Matanya terasa berat, tapi entah mengapa, perasaannya justru gelisah. Sesekali ia melirik ke jendela, hanya untuk memastikan bahwa jalanan kosong. Namun, tepat di salah satu tikungan, matanya menangkap sesuatu.

Seorang perempuan berdiri di pinggir jalan. Rambutnya panjang berantakan, wajahnya pucat dengan kepala miring ke satu sisi seolah lehernya patah. Tubuhnya sedikit bergoyang, tapi matanya menatap lurus ke arah Darren.

"Anjirt apa itu?kalian lihat ga?"bisiknya panik.

Selina langsung menoleh ke luar.

"Lihat apa?"Namun saat Selina mencari, jalan itu hanya kosong sepi tidak apa apapun.

Darren mencoba mengalihkan pandangan, tapi perempuan itu kini sudah tak lagi di pinggir jalan. Ia berada di jendela, tepat menempelkan wajah pucatnya di kaca samping Darren. Mulutnya bergerak-gerak, seakan berbisik sesuatu yang tak terdengar.

Darren kaku, tubuhnya gemetar.

"Dia ada di sini" suaranya bergetar.

Jena yang duduk di depan ikut panik.

"Siapa, Ren?"

Darren menelan ludah. "Perempuan kepalanya miring dia bilang tolong tangkap pelaku"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!