Detektif Dunia Arwah

Detektif Dunia Arwah

CHAPTER 1 KILL

Malam itu hujan deras,suasana sedikit mencekam. Mobil polisi sudah terparkir di depan rumah tua, tempat terjadinya sebuah pembunuhan.

Darrenka Wijaya detektif muda sudah berdiri di tengah TKP sambil mengunyah permen mint, polisi lain sibuk mondar mandir,tetapi dia masi fokus menatap ke arah mayat itu dengan tatapan menyelidik.

"Kematiannya sekitar 2 jam yang lalu benar kan,jena?

Jena merupakan seorang dokter forensik yang sedang mengecek mayat itu

"Benar,kematiannya terjadi sekitar 2 jam lalu. Terjadi 8 tusukan di perut dan 1 tembakan di kaki" jelas Jena kepada Darren

Darrenka mulai mendekat ke arah mayat itu sambil melihat lihat mungkin saja pembunuh itu meninggalkan sesuatu.

Tetapi saat mau melangkah ia malah terpleset darah korban dan jatuh tepat di hadapan Jena.

"Eh sorry sorry"kata Darren sambil berdiri dan membantu Jena untuk berdiri juga

"Hati hati Ren, lo itu selalu ceroboh"

"Gotcha,gue dapet kalung ini"

Darren mengambil sebuah kalung yang digenggam oleh korban itu.

"ini kalung kayaknya selalu ada di 3 kasus pembunuhan belakangaan ini" Darren memperlihatkan kalung itu kepada Jena.

"Kalung bulan sabit,sepertinya pembunuhan kali ini juga dilakukan oleh pembunuh berantai bulan sabit itu" kata Jena menjelaskan.

Seorang gadis berambut panjang masuk membawa sebuah laptop yang sudah dibuka setengah,jemarinya menari cepat di atas keyboard.

"Lo uda nemu apa Selina?" tanya Darren.

"Gue nemu rekaman cctv dari toko seberang. Ada sebuah mobil yang parkir di depan rumah ini sekitar jam sebelas lebih dua puluh menit. Seorang pria wajahnya ketutup hoodie masuk kerumah ini sambil gendong orang itu" kata Selina sambil menunjuk nunjuk detail di laptopnya.

Kemudian seorang pria datang membawa empat kopi.

"Kalian ini hujan gini ga ada yang mikirin tubuhnya. Nih,biar ga kedinginan"

"Lo ini Gavin, suasana uda mencekam gini masi aja mentingin kopi" kata Selina kesal.

"Loh gapapa lah Lin,biar tubuh kita gampang berpikir"kata Darren sambil mengambil kopi itu lalu mengambil lagi untuk Jena.

"Terimakasih"

"Gue nemu kalung ini, 3 kasus pembunuhan itu juga ada kalung ini kan" kata Darren memperlihatkan kalung itu ke Selina dan Gavin.

Selina memperhatikan kalung itu,lalu menatap sekeliling,matanya berhenti di sudut ruangan.

" Lihat itu ada simbol aneh yang tergurat dilantai dengan darah korban. Bentuknya lingkaran dengan tanda plus di dalamnya di tambah ada kalung itu"

"Simbol itu juga muncul di 3 kasus sebelumnya" kata selina datar.

"Udah dipastikan pelaku pembunuhan kali ini juga dilakukan oleh pembunuh yang sama"

Darrenka jongkok sambil memperhatikan simbol itu.

" Berarti pelaku pembunuhan ini ninggalin jejak,sepertinya dia seorang psikopat narsistik"

" Berarti kali ini kita bertemu sama psikopat kejam?" tanya Gavin.

"Benar,kita harus hati hati. Kalau bisa kita harus temukan pembunuh itu secepatnya agar korbannya tidak bertambah"

"Gue ke belakang dulu"

Tak ingin membuang waktu, Darrenka memutuskan memeriksa bagian belakang rumah.

Lorong sempit itu hanya diterangi cahaya redup dari lampu kecil di langit-langit. Lantai kayunya berderit setiap kali ia melangkah.

Hujan terdengar lebih jelas di sini, bercampur suara tik... tik... tik tetesan air dari pipa bocor.

Saat ia membuka pintu ke dapur, hembusan angin dingin menyambutnya. Pintu di ujung ruangan tiba-tiba menutup brak! tanpa sebab.

"Siapa lo" kata Darren waspada.

Tiba-tiba, sebuah bayangan bergerak di sudut matanya.

Braaak!

Seseorang menerjang dari balik lemari. Cahaya lampu menyingkap wajahnya hanya sekilas karena tertutup hoodie besar. Pisau besar di tangannya berkilat tajam.

Refleks, Darrenka meraih kursi terdekat.

Sret!

 Bilah pisau menancap keras di sandaran kursi, kayunya terbelah.Darrenka memutar kursi, mendorong si penyerang mundur, suara gesekan kaki mereka di lantai terdengar nyaring.

"Siapa Lo?" napas Darrenka berat, matanya tak lepas dari lawan.

Tak ada jawaban hanya serangan berikutnya. Pisau menyambar rendah, memotong udara tepat di depan perutnya.Darrenka melangkah mundur cepat, merasakan ujung bilah itu nyaris mengiris bajunya.

Ia membalas dengan tendangan keras ke lutut lawan.

Buk!

Sebuah geraman keluar dari mulut si penyerang, tapi pembunuh itu berbalik cepat, sikunya menghantam rahang Darrenka.

Praaak!

 Pandangannya berkunang, suara di sekelilingnya seperti terendam air.

Pisau kembali diayunkan dari bawah ke atas. Darrenka menangkisnya dengan kursi, serpihan kayu beterbangan. Ia memutar tubuh, mendorong lawannya ke arah dinding.

Dughh!

 Lemari berguncang, piring-piring jatuh dan pecah berkeping-keping di lantai.

Mereka berebut pisau, pisau itu hanya beberapa sentimeter dari leher Darrenka. Napas keduanya memburu, tangan bergetar menahan dorongan.

Lalu, dughh!

Sebuah pukulan keras menghantam perut Darrenka. Tubuhnya terjatuh,napasnya terenggut.

Sang penyerang menghunuskan pisaunya tepat ke arah perut, Darrenka menangkisnya tetapi tenaganya mulai berkurang. Sang penyerang akhirnya bisa mendaratkan pisau itu tepat di perut Darrenka dua kali. Kesadaran Darrenka pelan pelan menghilang.

Gelap,tetapi ada satu suara yang terdengar seperti sebuah bisikan.

"Kamu belum waktunya mati Darrenka Wijaya."

Gavin,Jena dan Selina yang menunggu di ruang depan bingung kemana perginya, Darren yang tak kunjung kembali.

"Ren Darren,Lo dimana" kata Gavin pada radio komunikasinya.

"Kayaknya kita harus cari kebelakang" ajak Gavin.

Mereka bertiga dengan 2 polisi lain bergegas menuju ke area belakang rumah.

"Kita berpencar siapa tau Darren ada di salah satu ruangan itu"

Selina pergi ke arah dapur,Gavin ke arah taman belakang,Jena ke arah ruang kamar pembantu, dan 2 polisi lain berpencar.

"Darren"teriak semua orang.

Selina melangkahkan kakinya ke dapur.

"Darren pasti terpeleset atau ngelakuin hal ceroboh lagi"gumamnya kesal.

Selina mendengar seseorang berteriak,namun naas saat mau membuka pintu dapur. Pintunya terkunci.

"Darren lo disana"teriak selina terdengar oleh Jena dan Gavin.

"Ada apa lin?"

"Kayaknya Darren disini gue tadi denger suara teriakannya

"Minggir kalian semu" kata gavin.

Gavin berlari dari kejauhan dan mendorong pintu itu dengan tubuhnya.

"Dughhh"

Pintu itu akhirnya terbuka. Bau anyir menusuk, piring semua pecah.

Selina menggunakan senternya mulai menyenteri bagian bagian di ruangan itu.

"Sumpah bau banget anjir"kata Gavin.

Sampai akhirnya senter Selina memperlihatkan Darren yang sedang berbaring disana.

"Darren" teriak Selina.

"Darren lo ga becanda kan njir"kata Gavin sambil menepuk pipi Darren yang mulai pucat.

"Buruan telpon ambulan Darren ditusuk seseorang"kata Jena khawatir.

Jena pun mendekat ke arah Darren dan mengecek apakah Darren masi hidup atau tidak.

"Untungnya Darren masih hidup,segera panggil ambulan Gavinnnnn."

Gavin segera mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu petugas polisi di depan untuk membawa Gavin.

"Pak,Darren ditusuk seseorang segera perintahkan ambulan untuk membawa Darren"

"Baik Pak"

Akhirnya 5 orang polisi membawa Darren masuk ke ambulance dan membawa tubuh Darren menuju ke rumah sakit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!