NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Malam Pertama

Usai makan malam, Anya masuk ke kamar utama dan menuju kamar mandi. Saat membuka pintu, ia tertegun. Kamar mandi itu dipenuhi perlengkapan kecantikan wanita semuanya baru. Di dalam lemari, tergantung beberapa potong piyama mewah berbahan lembut dan nyaman.

Anya menyentuh salah satunya. Bahannya sangat halus, terasa lembut di kulit. Aiden pasti sudah menyuruh para pelayannya mempersiapkan ini semua.

Air hangat dari pancuran perlahan menghapus lelah di tubuhnya. Setelah membersihkan diri, ia mengenakan piyama baru itu dan bersiap tidur.

Namun, saat keluar dari kamar mandi, langkahnya terhenti. Aiden sudah ada di kamar.

Pria itu duduk di kursi dekat jendela, memandangi danau yang terlihat dari balik kaca. Kemejanya sudah tak serapi tadi. Dua kancing teratas terbuka, memperlihatkan sebagian dadanya yang bidang.

Anya terpaku. Kata-kata seperti hilang dari pikirannya. Tatapannya tak bisa lepas dari sosok pria yang kini… menjadi suaminya.

Mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Aiden menoleh. Ia melihat Anya berdiri di ambang pintu, mengenakan piyama barunya. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air masih menempel. Wajahnya polos tanpa riasan, tapi terlihat segar. Pipi Anya tampak merona karena efek uap air hangat.

Aiden berdiri, lalu melangkah mendekati Anya. Saat ia sedikit menunduk, tercium wangi bunga dari tubuh Anya.

Mereka berdiri saling berhadapan dalam diam. Sesaat kemudian, Aiden melewatinya dan masuk ke kamar mandi.

Begitu pintu kamar mandi tertutup, Anya menghela napas panjang. Jantungnya berdebar sangat kencang. Tubuhnya kaku, seolah kehilangan kontrol.

“Apa barusan itu?”

Ia membeku di tempat selama beberapa menit, hingga akhirnya terdengar suara pancuran air dari kamar mandi. Suara itu menyadarkannya dari lamunan.

Saat hendak berjalan menuju tempat tidur, matanya tertuju ke jendela besar. Pemandangan danau yang tenang tampak dari balik kaca. Airnya begitu jernih, memantulkan cahaya bulan yang menggantung di langit malam.

Tapi meski danau tampak tenang, hati Anya terasa berkecamuk.

Semua ini… karena Aiden.

Pria itu dingin, misterius, dan menakutkan. Tapi entah kenapa, saat berada di dekatnya, hati Anya terasa tidak menentu. Terlebih ketika Aiden tadi mendekat dengan kemeja setengah terbuka…

Anya mengibaskan tangan di atas kepalanya, mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh dari kepalanya.

“Apa sih yang aku pikirkan barusan?” gumamnya.

Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, malu sendiri. Ia bahkan tak sadar bahwa pintu kamar mandi sudah terbuka kembali.

Aiden keluar… hanya mengenakan celana tidur. Kemejanya disampirkan di bahu. Rambutnya masih basah dan tetesan air menetes ke kulitnya.

Namun, bukan ke tempat tidur ia melangkah melainkan menuju Anya.

Dengan perlahan, tangan kekarnya memeluk pinggang Anya dari belakang, lalu bibirnya mengecup sisi leher Anya.

Anya kaget. Ia bisa merasakan tetesan air dari rambut Aiden mengenai kulitnya dingin. Ia hanya bisa berdiri kaku. Ia tidak tahu harus berbuat apa… atau bagaimana menolak.

Aiden merasakan tubuh Anya menegang. Tapi karena tak ada penolakan, ia terus mengecup lembut lehernya. Kecupannya berpindah ke tengkuk, lalu ke telinga Anya.

Napas Aiden terasa panas di telinga Anya, membuat seluruh tubuhnya merinding.

Aiden memutar tubuh Anya hingga menghadap ke arahnya. Ia mencium bibir Anya perlahan awal yang lembut seperti nada tenang yang mengalun di malam hari.

Anya tak tahu harus berbuat apa. Ciuman Aiden begitu lembut, membuat tubuhnya melemas dan pikirannya melayang.

Ketika bibir mereka terlepas sejenak, Anya membuka mulut, berniat berkata sesuatu. Tapi Aiden tidak menyia-nyiakan momen itu. Ia kembali mencium Anya, kali ini lebih dalam.

Lidahnya menyapu lembut bibir Anya, lalu menari bersama lidah Anya dalam tarian intim yang tak terucap kata.

Sebuah desahan lirih keluar dari mulut Anya. Aiden mendengarnya dan itu cukup untuk membuatnya bergumam puas. Ia menangkup wajah Anya dengan kedua tangannya. Sementara tangan Anya tanpa sadar melingkar di leher Aiden, membalas ciumannya.

Di tengah-tengah ciuman yang membakar itu, Anya menyadari satu hal:

Malam ini adalah malam pertama mereka… sebagai suami istri.

Ciuman mereka makin dalam dan penuh gairah. Bibir Aiden dan Anya seperti tak ingin terpisah, hingga akhirnya Aiden perlahan menuntun tubuh Anya ke atas ranjang. Ia membaringkan Anya dengan lembut, seolah gadis itu adalah permata rapuh yang bisa pecah jika disentuh sembarangan.

Tubuhnya kini berada di atas Anya, mengunci ruang geraknya, membuat sang istri muda tak bisa ke mana-mana.

Dalam hatinya, Anya mulai dilanda keraguan. Ia sedang berciuman dengan pria yang… bahkan belum ia cintai! Apakah ini keputusan yang benar?

Ia tahu, seharusnya tidak melakukan hal ini dengan seseorang yang tak ia cintai. Tapi mereka adalah suami istri sekarang. Haruskah ia menolak? Atau justru menyerahkan dirinya?

Yang membuatnya terkejut, ciuman Aiden terasa begitu lembut dan menenangkan, hingga perlahan hatinya ikut terbawa dalam perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Seolah mereka benar-benar pasangan yang saling mencintai.

Aiden sendiri tak sempat memikirkan kegelisahan Anya. Ia terlalu larut dalam hasratnya. Ciumannya menyusuri bibir, wajah, hingga leher Anya. Satu tangannya mulai membuka kancing piyama Anya, sementara bibirnya melayang turun ke dada sang wanita.

Aroma bunga dari tubuh Anya membuat Aiden semakin kehilangan kendali. Ia teringat pada malam pertama mereka malam ketika Anya tak sadarkan diri dan semuanya terjadi karena pengaruh obat.

Tapi Aiden mengingatnya jelas. Suara desahannya… Respons tubuhnya… Wajah Anya yang memerah saat dilanda gairah…

Sempurna.

Namun, kenangan itu juga menyakitkan. Karena esok harinya, Anya tak mengenalinya.

Tapi sekarang, Anya benar-benar miliknya. Mereka telah resmi menikah.

Begitu seluruh kancing piyama terbuka, Aiden menyelipkan tangannya ke belakang tubuh Anya untuk melepaskan bra-nya. Tanpa sadar, tubuh Anya sedikit melengkung, memberi Aiden ruang untuk melanjutkan apa yang ia mulai.

Ia segera melemparkan pakaian dalam Anya ke lantai tanpa peduli. Satu tangannya mulai menggenggam dada Anya, sementara bibirnya menciumi sisi lainnya.

Seketika, suara desahan meluncur dari mulut Anya. Tapi kali ini, desahannya terdengar lebih keras, seperti tak bisa ditahan lagi. Matanya setengah tertutup, pikirannya kabur diliputi gairah.

Aiden tersenyum puas mendengar reaksi itu. Tangannya tetap bekerja, sementara ia menatap wajah Anya yang kini memerah, berkeringat, dan tampak benar-benar tenggelam dalam gelombang kenikmatan.

Bibir Anya yang digigit pelan, pipi merona, napas memburu semua itu membuat Aiden makin tergoda. Ia pun mencium kembali bibir yang sempat tergigit itu, membelainya perlahan dengan lidahnya.

Saat tangan Aiden mulai menyentuh bagian bawah tubuh Anya, tiba-tiba kesadaran Anya kembali. Kabut di pikirannya perlahan menghilang, dan ia sadar sepenuhnya apa yang sedang terjadi.

Ia tahu bahwa sebagai istri, ia punya kewajiban untuk melayani suaminya. Tapi… kali ini ia sadar sepenuhnya. Tak seperti malam itu, yang terjadi di bawah pengaruh obat.

Akhirnya, Anya memberanikan diri mendorong tubuh Aiden pelan.

Gerakan itu membuat tubuh Aiden menegang. Ia mundur sedikit, menatap wajah Anya dengan kening berkerut.

Padahal tadi wanita itu merespons begitu baik… Kenapa sekarang menolak?

Aiden menatapnya lekat, menunggu penjelasan.

Anya tahu ia tak bisa menarik ucapannya lagi. Dengan suara pelan, nyaris berbisik, ia berkata,

“Aku… aku belum siap.”

Aiden terdiam. Lalu, dengan satu tangan, ia mengusap wajahnya dan perlahan bangkit dari ranjang. Ia berjalan menuju kamar mandi tanpa sepatah kata pun, meninggalkan Anya yang masih terbaring di tempat tidur.

Sepertinya malam ini… Aiden harus mandi air dingin.

Sementara itu, Anya masih terdiam di tempat. Hatinya campur aduk. Ia tak tahu mengapa dirinya tadi begitu hanyut dalam ciuman Aiden. Apakah karena mulai tertarik? Atau hanya nafsu sesaat?

Lambat laun, matanya mulai terasa berat. Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar samar, dan akhirnya… ia tertidur.

Tak lama kemudian, Aiden keluar dari kamar mandi dan berbaring di samping Anya. Ia menjaga jarak agar Anya tak merasa tertekan saat terbangun nanti.

***

Keesokan paginya, Anya mulai menggeliat pelan dalam tidur. Ia merasa sedang memeluk sesuatu yang keras dan padat. Bantal peluknya… kenapa keras sekali?

Ia memukulnya pelan-pelan untuk mengecek.

Tiba-tiba, sebuah tangan menangkap tangannya.

Anya kaget bukan main dan langsung membuka matanya dan yang dilihatnya adalah dada Aiden. Bukan batu, bukan bantal. Tapi dada bidang Aiden yang tak berbalut baju sedikit pun.

Wajah Aiden tampak santai, bahkan ada senyum geli di bibirnya seolah baru melihat sesuatu yang lucu.

Anya memeluk Aiden sepanjang malam!?

Seketika wajah Anya merah padam seperti tomat. Mulutnya terbuka, menutup, lalu terbuka lagi. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Dengan cepat, ia melepaskan diri dari pelukan Aiden dan bangkit berdiri. Tapi saat berjalan menuju kamar mandi, matanya menangkap pakaian dalamnya yang tergeletak di lantai.

Wajahnya makin merah. Ia buru-buru mengambilnya dan langsung lari masuk ke kamar mandi, menutup pintu rapat-rapat.

Di dalam, ia terduduk di lantai, punggungnya bersandar di pintu. Lututnya ia peluk erat.

“Malu banget!!!” desisnya dalam hati. Kalau bisa, ia ingin menghilang ke dalam tanah saking malunya.

Sementara itu di luar, Aiden hanya terkekeh pelan melihat tingkah Anya.

Perempuan itu benar-benar menggemaskan.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!