NovelToon NovelToon
Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Gadis Amnesia / Pelakor jahat
Popularitas:133.3k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

Edward terkejut saat istrinya yang hilang ingatan tiba-tiba mengajukan gugatan cerai kepadanya.

Perempuan yang selama empat tahun ini selalu menjadikan Edward prioritas, kini berubah menjadi sosok yang benar-benar cuek terhadap apapun urusan Edward.

Perempuan itu bahkan tak peduli lagi meski Edward membawa mantan kekasihnya pulang ke rumah. Padahal, dulunya sang istri selalu mengancam akan bunuh diri jika Edward ketahuan sedang bersama mantan kekasihnya itu.

Semua kini terasa berbeda. Dan, Edward baru menyadari bahwa cintanya ternyata perlahan telah tumbuh terhadap sang istri ketika perempuan itu kini hampir lepas dari genggaman.

Kini, sanggupkah Edward mempertahankan sang istri ketika cinta masa kecil perempuan itu juga turut ikut campur dalam kehidupan mereka?

*Sedang dalam tahap revisi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian kecil

Usai memarkirkan mobil di depan rumah, Edward langsung menggendong Silva masuk ke dalam kamar. Dibaringkannya perempuan itu ke atas tempat tidur dengan hati-hati.

Kemudian, Edward memasangkan selimut untuk menutupi tubuh wanita itu hingga bagian dada.

"Istirahatlah! Aku mau kembali ke rumah sakit dulu."

Edward mengusap puncak kepala Silva lalu berdiri hendak pergi dari sana.

"Ed, jangan pergi!" cegah Silva. Dia tiba-tiba bangun kemudian memeluk lengan kiri Edward dengan erat.

"Tapi, aku sudah janji ke Nana kalau aku akan kembali ke rumah sakit untuk menemaninya, Sil."

"Tapi, kepalaku pusing sekali, Ed," ujar Silva beralasan. "Kamu di sini saja, ya! Toh, Nana juga sudah ada yang menemani."

Silva sengaja memegang kepalanya sambil berakting menahan rasa sakit.

"Berbaringlah!" Edward membantu Silva untuk merebahkan kepalanya diatas bantal.

Dan, perempuan itu tentu saja tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia langsung mengalungkan lengannya di leher pria itu dengan erat.

"Sil, lepas! Apa yang kamu lakukan?"

"Tolong jangan pergi! Kamu tahu kalau aku takut sendirian, kan?"

Air mata Silva mulai menetes. Ia menangis dengan ekspresi yang benar-benar menyedihkan.

Dan, seperti biasa, Edward pasti akan langsung luluh jika Silva menunjukkan sisi lemahnya.

"Baiklah. Aku nggak akan kemana-mana. Aku akan temani kamu di sini," ujar Edward yang akhirnya mengalah.

Mendengar keputusan Edward, Silva langsung tersenyum lebar. Ia memeluk pria itu erat-erat. Sementara, Edward sendiri diam-diam mengirimkan pesan kepada Nana.

Edward yakin, Nana pasti akan mengerti.

[Na, kondisi Silva sedang nggak baik-baik saja. Dia nggak bisa ditinggal. Jadi, aku nggak bisa kembali ke rumah sakit untuk menemani kamu. Kamu sama Rossa dulu, ya! Besok, aku janji akan temani kamu selama 24 jam penuh.]

Terkirim.

*

Ting!

Kening Nana tampak berkerut saat mendengar bunyi dari ponselnya. Dia yang sedang berbincang ringan bersama Dylan dan Rossa sontak mengecek pesan yang masuk.

Seketika, Nana langsung tersenyum miring saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Edward.

"Pesan dari siapa, Na?" tanya Rossa.

"Dari Edward," jawab Nana.

"Dia bilang apa?"

Nana lalu menunjukkan isi pesan Edward kepada sang sahabat.

"See? Dia beneran nggak balik ke sini, kan?"

Rossa menggeram kesal. Ternyata, Edward tidak serius dalam memperjuangkan Nana. Tetap saja, Edward menempatkan Nana di prioritas kedua setelah Silva.

"Gimana proses perceraian kamu, Na? Apa sudah ada kemajuan?" tanya Rossa kemudian.

"Mungkin, surat panggilan sidang sebentar lagi akan datang."

"Aku sudah nggak sabar untuk melihat laki-laki plin-plan itu menangis, Na."

"Aku juga," sahut Nana tersenyum.

Nana tidak berharap bahwa Edward akan menangis karena kehilangan dirinya. Namun, Edward pasti akan menangis karena pria itu akan kehilangan banyak uang setelah bercerai dengan Nana.

"Na, apa kamu lapar? Mau aku pesankan sesuatu?" tanya Dylan.

"Aku mau cake stroberi dari Heaven's Cake," jawab Nana.

"Oke. Aku pesan sekarang."

Pria itu melangkah sedikit menjauh dari Nana dan Rossa. Ia menelepon sang asisten pribadi untuk membelikan apa yang Nana minta.

"Ekhem!" Rossa berdehem sambil menyenggol lengan sang sahabat.

"Belum cerai saja, sudah ada yang perhatian. Gimana kalau sudah cerai? Pasti, yang antri mau jadi pacar kamu jauh lebih banyak, Na," bisik Rossa ditelinga Nana.

Mata Nana langsung mendelik. Dia mencubit perut Rossa hingga sang sahabat langsung meringis kesakitan.

"Sakit, Na!" protes Rossa.

"Jangan bicara sembarangan, Ros! Aku dan Dylan cuma sahabat masa kecil."

"Jangan bohong!" sahut Rossa. "Aku tahu kalau diantara kalian ada cerita yang belum selesai. Jujur saja! Dylan cinta pertama kamu, kan?"

"Rossa!" Mata Nana melotot. Dia memperingatkan Rossa untuk berhenti menggodanya.

"Apa, Na?" sahut Rossa tertawa. "Kalau aku jadi kamu sih, pasti Dylan sudah ku pepet. Secara, dia jauh lebih tampan dan muda dibanding Edward. Belum lagi, dia juga putra tunggal dari salah satu orang terkaya di negara kita."

Nana kehilangan kata-kata. Mendadak, pipinya memerah karena merasa malu. Sepasang matanya tampak memperhatikan wajah Dylan yang masih fokus menelepon dengan seksama.

Ya, sahabat masa kecilnya itu memang sangat tampan. Selain itu, Dylan memiliki kepribadian yang begitu hangat dan baik.

Memang sulit bagi setiap wanita untuk menahan diri agar tak jatuh cinta pada putra mahkota keluarga Ferrel tersebut.

Tiba-tiba, terbersit sebuah pertanyaan dalam benak Nana.

Andai dulu Dylan tidak pindah ke luar negeri, akankah kisah mereka akan berbeda?

*

*

*

"Ed, ada yang mau aku bicarakan," ucap Silva dengan suara lembutnya.

"Ada apa, Silva?"

Silva bangkit dari posisi tidurnya. Punggungnya yang tampak rapuh, ia sandarkan pada kepala ranjang.

"Apa aku boleh pinjam uang?" tanya Silva dengan nada memelas.

"Pinjam uang? Untuk apa?" selidik Edward dengan nada curiga.

"Rumahku yang ada di kampung halaman sedang direnovasi, Ed. Tapi, ditengah-tengah jalan, aku tiba-tiba kehabisan biaya. Ehmm... Apa kamu bisa memberikan uang supaya renovasinya bisa dilanjutkan kembali?" tanya Silva dengan perasaan deg-degan.

"Berapa banyak yang kamu butuhkan?"

"500 juta."

"Apa!? 500 juta?" pekik Edward kaget.

Renovasi apa yang membutuhkan uang sebanyak itu? Itu sama saja dengan membeli rumah baru. Padahal, seingat Edward, rumah Silva dikampung halamannya sangatlah kecil.

Mustahil, anggarannya bisa sebesar itu.

"Iya, Ed. Kamu mau kan, meminjamkan uang itu untuk aku?"

"Aku hanya bisa meminjamkan setengahnya saja, Silva. 250 juta. Kamu mau?"

"Tapi, aku butuhnya 500 juta, Ed!"

"Maaf! Kalau sebanyak itu nggak bisa. Aku juga harus mengirim uang untuk Mama dan juga adikku bulan ini."

Tiba-tiba, Edward teringat kembali kepada Nana. Nana mana pernah meminta uang sebanyak itu kepadanya? Malah, Nana yang selalu mengajarinya untuk menabung uangnya saja. Padahal, ujung-ujungnya, uang itu malah Edward bagi-bagikan kepada Silva, sang Ibu, dan juga adiknya tanpa sepengetahuan Nana setiap bulannya.

"Oke. Nggak apa-apa. Aku akan cari tambahannya dengan cara lain."

Meski nominalnya masih sangat jauh, namun Silva harus bisa menerima. Daripada tidak ada sama sekali, kan?

Kekurangannya, nanti akan Silva cari dengan jalan menjual seluruh perhiasan miliknya. Agak berat memang. Namun, nama baiknya tetap lebih berharga dibanding semua perhiasan yang dia miliki.

"Untung saja, perhiasan-perhiasan yang diberikan Edward harganya cukup lumayan. Setidaknya, bisa untuk membungkam mulut laki-laki sialan itu."

Silva menghela napas kasar. Setelah uangnya terkumpul, dia pun kembali membuat janji dengan sang mantan suami.

"Uangnya sudah terkumpul. Berikan nomor rekeningmu!" ucap Silva melalui sambungan telepon.

"Aku ingin uang itu secara cash. Datang ke hotel Marriott dua hari lagi, tepat pukul 8 malam. Terlambat sedikit saja, maka videomu akan sampai kepada laki-laki kesayanganmu itu!"

"Jangan main-main denganku, Brengsek! Aku bisa..."

Tut.

Panggilan diputus secara sepihak. Silva nyaris membanting ponselnya saking kesalnya. Mantan suaminya benar-benar mempermainkan dirinya.

1
Yuliana Tunru
Luar biasa
-yhanie Perikitiww-
nah gini Thor jgn smpe ada kata balikan lagi, klw jadi perempuan banyak duit jgn mw sama laki² mokondo g ada akhlak
mery harwati
James juga gak akan tinggal diam setelah Nana jadi sapi perah di keluarga Edward, pun dengan Dylan yang tetep akan mengejar cinta Nana setelah di masa lalu kalah dengan Edward
Tapi bila ending ceritanya Nana balikan sama Edward, bener² bertolak belakang sama judul novelnya 😎
Uthie
tinggal makan tuhhh penyesalan 😜
partini
enak bener dah nyakitin muter muter minta balikan lagi weh Weh,,
tapi is ok Edward 98% cerita Kya gini tuh balikan lagi so i hope kamu jg 😂😂
Uthie
rasain tuhhh 😡
-yhanie Perikitiww-
wasalam tuan Edward selamat bersenang²
tini 06
si edward tuh emang dah bego dari sananya ya gampang banget dijebak mlu
mery harwati
Edward Edward cinta pertamamu yang kau pilih dari awal pernikahan dengan Rhiana adalah srigala berbulu ayam, wkwk 😀
Uthie
Bagus Ed 😏
-yhanie Perikitiww-
selamat anda kena prankkk, nikmati kebodohan anda
mery harwati
Ada bantal guling dibalik perut Silva, wkwk 🤣
Ty Kurniawan
kehamilan palsu bentar lagi kebongkar
Elizabeth Zulfa
waaaahhh.... sprtinya bkal ada Britania zg buat syoooock jntung nich...
-yhanie Perikitiww-
double kill wkkkkkkkkk Silva pura² hamil, jgn ada kata balikan
Uthie
Ihhh... pura-pura hamil itu 😏
Ahmad Zaenuri
kalo di novelini aq berharap gak ada balikan ya Thor.... eneg dgn kelakuan Edward yg plinplan dan munafik 😠😠😠
-yhanie Perikitiww-
jgn ada cerita balikan ya laki³ g ada akhlak
Ahmad Zaenuri
membagongkan Silva dan Edward aneh dan bodoh
Ahmad Zaenuri
cieee yg udh kuliah.... eh siapa yg panggil tuh 😲😲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!