Rani yang masih berusia 18 tahun, dengan rela dinikahi Malik yang berusia 50 tahun, pria yang baik dan pernah menyelamatkan hidupnya. dimana Malik, pria tua itu selama lima tahun menderita disfungsi yang tak bisa disembuhkan. Dan Rani lah orang yang dapat menyembuhkan penyakit itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakek Sudah Siap?
Sepulang sekolah seperti biasanya Rani dijemput oleh kakek Malik, dan ini hari kedua ia dijemput oleh pria tua itu. Dan seperti biasanya juga teman-teman Rani begitu mencibir seolah mereka tak suka melihat Rani dijemput dengan mobil mewah.
Pada dasarnya teman perempuan Rani mungkin iri melihat Rani dijemput dengan mobil yang bagus, waktu mereka adalah orang kampung pemikirannya sangat minim.
"Kita langsung ke mana kek?" tanya Rani.
"Tentu saja kita makan siang dulu di kediaman saya." Jawab Malik.
"Baiklah kek."
Setibanya di rumah Malik, keduanya turun dari mobil. Sedangkan sopir pun memarkirkan mobilnya di tempat bagasi mobil.
"Ayo masuk." Ajak Malik.
Rani menatap sekeliling bangunan besar dan kokoh itu, terlihat halaman yang luas dipenuhi dengan bunga. Ada taman juga, dan ternyata ada juga kolam renang yang sangat luas.
Namun kolam renang itu berada di belakang rumah, Rani disambut oleh asisten rumah tangga yang bekerja untuk Malik. Wanita tua yang sudah cukup lama bekerja untuk Malik berjalan ke arah keduanya.
"Ada nona Rani bukan?" Tebak wanita tua itu.
"Iya dah benar, ada siapa?"
"Saya hanya pelayan di sini, panggil saya bi Ijah."
"Oh iya bi, senang berkenalan dengan bibi." Tugas Rani ramah.
"Makanan nya sudah siap?" Tanya Malik pada pelayan tua itu.
"Sudah tuan Malik, silakan Anda dan nona Rani mencicipi hidangan yang telah saya buat."
Rani dan Malik pun berjalan ke arah meja makan, di mana letaknya tak jauh dari mereka berbincang.
Malik dan Rani pun menikmati hidangan yang telah tersaji di atas meja makan, keduanya menikmati makanan dengan tanpa pembicaraan apapun.
Hingga setelah lebih dari 15 menit menikmati sajian itu, barulah Malik buka suara.
"Kamu tinggallah di sini, untuk merawat saya. Kemarin di Joko juga bilang kamu harus memijat saya setiap hari. Untuk itu lebih baik kamu memijatnya di rumah ini saja."
"Baiklah terserah kakak saja. Tapi pakaian saya masih di rumah singgah kek?" Ucap Rani.
Malik lupa akan hal itu, karena baru semalam Malik memikirkan hal itu. Mengingat di rumahnya ini begitu besar dan akan sangat nyaman bagi Rani tinggal di tempat ini.
"Nanti biar sopir yang akan mengambilkan pakaian untukmu."
"Tidak usah kek biar nanti saya saja yang mengambilnya."
"Baiklah nanti sekalian saya akan memberikan kamu pakaian lagi."
"Terima kasih kek, oh ya tadi pagi obatnya sudah diminum?" Tanya Rani mengingatkan.
"Sudah Rani, kamu tenang saja."
"Baiklah saya akan merebus obat untuk sore ini, nanti saya akan memijat kakek."
Malik mengangguk, lalu ia mengajak Rani untuk melihat isi sekeliling rumahnya, iya juga memperlihatkan kamar Rani yang letaknya bersebelahan dengannya.
Rani senang melihat kamarnya yang sangat besar dan luas, terdapat pula kaca yang begitu besar dengan tinggi di atasnya. Rani tertegun dengan banyaknya barang-barang mewah.
Rani pergi ke dapur hendak menyeduh obat yang disuruh oleh kakek Joko Sakti, di sana masih ada asisten rumah tangga yang tadi menyambutnya.
"Non Rani mau apa? Nanti bibi bantu dan carikan."
"Panci kecil mana bi? Saya akan meracik dan merebus obat untuk kakek Malik." Jawab Rani.
"Tunggu sebentar non."
Pelayan tua itu mengambil panci yang diminta Rani yang ada di dalam lemari yang tersusun sangat rapi, bi ijah mengeluarkan panci itu dan memberikannya pada Rani.
Rani mulai merebus ramuan yang diberikan Ki Joko Sakti, ramuan yang diharuskan untuk diminum sehari dua kali. Berani merebusnya sesuai dengan arahan yang telah yang dikatakan oleh Ki Joko kemarin.
Setelah 10 menit sampai 15 menit selesai di rebus, dan dibiarkan agak hangat setelah itu barulah Rani memberikan madu murni supaya khasiatnya lebih terasa.
Saat itu madu juga berfungsi untuk memulihkan stamina serta menghilangkan rasa pahit pada obat itu.
Rani menyeduhnya di sebuah gelas kecil, lalu iya berikan kepada kakek Malik. Ternyata kakek Malik telah menunggunya di sebuah kamar miliknya. Rani pun masuk ke dalamnya setelah ia mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Kek ini obatnya."
"Sini berikan padaku, biar aku langsung meminumnya."
"Ya kek hati-hati sedikit panas." Jawab Rani.
Malik pun mengambil secangkir gelas yang berwarna coklat, berisi jamu yang telah diracik oleh Ki Joko Sakti. Pria tua itu pun menepuknya hingga habis tak bersisa, lalu ia menyerahkan gelas kosong itu pada Rani.
"Pahit kek?"
"Sedikit pahit." Jawab Malik.
"Tidak apa ke, justru yang berkhasiat itu pasti rasanya sangat pahit. Ini saja sudah Rani peri madu yang cukup banyak." Imbuh Rani.
"Benar begitu? Terima kasih ya."
"Iya sama-sama, lagi pula kakek Malik juga baik sama Rani."
"Oiya kek ayo kita mulai pijitnya." Lanjut Rani mengingatkan Malik.
Syarat untuk sebuah dari penyakit yang diderita oleh kakek Malik, ya harus tiap hari dipijat setelah meminum obat racikan di sore hari.
Dan kakek Malik pun telah tahu bahwa Rani memang ditugaskan untuk memijatnya setiap hari, itu pun atas perintah dari Ki Joko Sakti.
"Kakak sudah siap?"
"Sudah Rani ." Jawab kakek sedikit gugup.
Perasaan Malik mulai tak karuan, dimana nanti gadis muda itu akan memijat keseluruhan dirinya.