Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Mahendra duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Jeremy Mengungkap Dalang Yang Sebenarnya
Jeremy berdiri gemetar di depan Kevin, wajahnya pucat, tangan gemetar seperti kehilangan darah..
"Pak… saya mau bicara jujur tapi saya takut kalau saya bongkar… saya bisa mati.”
Aku merapatkan rahang ku..
“Apa maksudmu?”
Jeremy menarik napas panjang, matanya gelap, seperti penuh ketakutan yang ditahan selama berminggu-minggu..
"Ini semua… bukan ide saya, bukan juga Pak Fajar.” ucap Jeremy
Jeremy dan Fajar menunduk makin dalam.
“Lalu siapa?!” bentak Ku akhirnya kehilangan kesabaran..
Jeremy mengangkat kepalanya perlahan.
“Orang yang memerintahkan semua sabotase…yang menyuruh kami menghilangkan material…
memotong anggaran…
memalsukan laporan…” ucap nya sambil menelan ludah..
“…adalah orang yang dekat dengan Bapak dan orang kepercayaan Bapak.”
"Orang terdekat dan orang kepercayaan saya” ucap Ku sambil mengerutkan keningnya
Jeremy mengangguk cepat.
"Dia… Maya, sekretaris Bapak sendiri, bekerja sama dengan seseorang yang saya dengar Maya selalu telpon menyebut nama Mr. X"
Aku membatu seketika, dada ku seperti diremas.
“Maya? Mr X?" suaranya Ku serak.
Jeremy menunduk takut.
“Maya sering datang ke lokasi diam-diam, dia bilang perintah itu dari Bapak langsung, dia bilang Bapak mau menekan anggaran dan melakukan efisiensi, kami percaya karena dia sekretaris pribadi Bapak.”
Aku memejamkan mata, seluruh tubuhnya menegang.
"Setiap kapan maya datang ke sini? Dan apakah yang dimaksud Mr. X juga ikut datang kesini?" Tanya Ku
“Maya datang, seminggu sekali, Pak tapi kalau Mr, X gak pernah datang hanya telpon saja, yang sering saya dengar.” jawab Jeremy
Aku mengepalkan tangan.
“Dia juga yang mengetik laporan palsu progres mingguan, kami diminta mengirim foto lama, lalu dia yang edit dan kirim ke Bapak.”
"Tapi ada satu lagi pak, seorang wanita lain yang sering telepon kami untuk memastikan proyek terlambat… namanya kami tidak tahu dan kami tidak kenal, saya yakin wanita itu lah kaki tangan asli Mr. X, dia juga pernah kesini bersama Maya, kami memang tidak mengenali wanita itu karena dirinya memakai kacamata hitam dan berpakaian serba hitam tertutup" jelas Jeremy
"Kamu tahu siapa Mr. X itu?" Tanya Ku dan Jeremy menggelengkan kepalanya
"Apa salah ku dengan mereka orang dan bagaimana Maya bisa bersekongkol dengan mereka" gumam Ku sambil mengepalkan tangan...
"Dia bicara apa lagi?" Tanya Ku penuh selidik
"Maya bilang… semua instruksi besarnya datang dari… wanita itu" ucap Jeremy
Aku langsung membeku seperti patung, ia seperti ditampar oleh kenyataan
"Instruksi apa saja dari wanita itu?” suara Ku bergetar karena marah.
"Dia bilang proyek ini harus hancur pelan-pelan… supaya nama Bapak rusak di depan Pak Bryan… supaya Abadi Company kehilangan kepercayaan… dan perusahaan Bapak jatuh.” Ucap Jeremy untuk menjelaskan
Lagi-lagi aku membeku di tempat.
“Kenapa… dia melakukan ini, siapa mereka yang begitu licik ingin menghancurkan aku?” tanya Ku hampir berbisik.
Tiba-tiba suara langkah cepat terdengar dari belakang.
BRAK..
Pintu ruang kontrol terbuka lebar...
Bryan berdiri di sana, wajahnya merah, mata membelalak marah..
“Saya sudah dengar semuanya.” ucap Bryan
Jeremy dan Fajar langsung jatuh berlutut ketakutan..
Aku memutar badan dengan wajah kalut.
“Pak Bryan”
Bryan mengangkat tangan menghentikannya.
“Kamu pikir saya pergi begitu saja? Saya kembali untuk memastikan siapa yang main kotor di belakang saya… dan ternyata benar…” ia menatap Ku seperti ingin membunuh.
"proyek ini sengaja disabotase.” lanjut nya
Aku menghela napas berat.
“Pak, saya sendiri baru tahu”
"Tutup mulutmu dulu" Bryan membentak sampai ruangan bergema.
Aku mengepalkan tangan, menahan marah sekaligus malu.
Bryan mendekati Jeremy..
“Kamu! Sini siapa dalang sebenarnya?”
Jeremy gemetar.
"Mr. X dibantu oleh Maya sekretaris Pak Kevin… dan… seorang wanita yang saya tidak kenal"
Pak Bryan melirik Ku tajam.
“Jadi… sekretaris mu terlibat dalam hal ini?”
Aku menunduk.
"Pak Bryan, saya tidak tahu apa-apa tentang ini.”
Bryan mendekat, wajahnya hitam penuh amarah..
"Saya percaya kamu tidak tahu, tapi ke tidak mampuan mu mengontrol orang sekitar mu hampir membuat kerjasama kita hancur.”
Aku mengembuskan napas panjang.
“Saya akan tangani, Pak. Saya pastikan mereka.."
“Tidak.” Bryan memotong tajam.
“saya yang akan tangani.” Bryan menatap Jeremy dan Fajar.
"Mulai detik ini, kalian berdua DIPECAT.” ucap pak Bryan dengan tegas
Keduanya langsung tersungkur menangis.
“Dan kalian akan diperiksa polisi.”
Aku menatap pak Bryan, terkejut.
“Pak, apakah perlu sampai sejauh itu?”
Pak Bryan menatap Ku dengan tatapan yang sangat tajam.
“Ini proyek bernilai ratusan miliar, kalau orang berani mencuri… mereka harus menerima akibatnya.”
Aku hanya mengangguk pelan.
“Baik, Pak.”
Pak Bryan mendekat perlahan, suaranya lebih rendah namun tajam.
“Sebagai rekan bisnis, saya akan beri kamu kesempatan memperbaiki nama perusahaanmu.”
Aku mengangguk.
“Terima kasih.”
“Tapi… saya ingin tanya satu hal.” pak Bryan menatap mata Ku lekat-lekat dan Aku menelan ludah.
“Apa hubungan mu dengan mereka sampai mereka ingin menghancurkan kariermu?” tanya pak Bryan menusuk
Aku menutup mata sejenak, lalu berkata lirih:
“Saya tidak tahu pak, kenapa mereka ingin menghancurkan saya, karena saya tidak kenal dengan wanita itu dan saya tidak tahu motif Maya membantu mereka" jawab Ku apa adanya
Pak Bryan terdiam..
Saat keduanya masih tegang, Jeremy tiba-tiba berkata terbata:
“Pak… ada satu bukti lagi.”
Pak Bryan dan Aku menatapnya.
Jeremy menyerahkan sebuah map merah.
Aku membukanya.
Isinya:
Surat instruksi yang dipalsukan memakai tanda tangan Ku
Di dalamnya tertulis perintah:
* mengurangi anggaran
* menunda progres
* mengambil material dari vendor tertentu
* mengubah desain tanpa persetujuan
Tanda tangan Ku dipalsukan dengan sangat rapi..
Pak Bryan menghela napas panjang.
“Bagus sekali.” nada suaranya dingin.
“Kalau kamu tidak menemukan ini,
aku sudah memutus kerja sama dan menghancurkan perusahaan mu.” lanjut nya masih dengan nada suara dingin
Aku menatap surat itu, dadanya sesak.
“Maya… berani sekali dia.”
“Semua itu atas perintah wanita itu, Pak, dia yang bilang tanda tangan itu untuk efisiensi.” ucap Jeremy
Pak Bryan menyeringai sinis.
“Dia bukan hanya ingin menjatuhkan kariermu, tapi ingin membuatku mengira kamu pengkhianat"
Aku meremas map itu.
“Saya akan selesaikan ini sendiri.”
Pak Bryan menatap Ku serius.
“Kamu pastikan satu hal…”
Aku menoleh ke arah nya..
"hentikan orang-orang itu sebelum mereka benar-benar menghancurkan hidupmu dan karir mu" ucap pak Bryan dengan ketegasan
Aku langsung terdiam.
“saya akan pastikan mereka tak akan bisa mengusik hidup saya dan menghancurkan karir saya" ucap Ku berapi-api
Bryan mengangguk.
“Bagus, saya juga akan bantu menyelidiki siapa Mr. X itu" ucap Bryan...