•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
CINCIN
"Duh.. panas banget sih, minta ya" ucap Viona pada sahabatnya saat ia duduk di hadapannya dan langsung menyeruput jus mangga milik sahabatnya itu.
"Dateng-dateng bukannya nyapa malah nyerobot minuman orang. Dari mana aja sih lo Vi jam segini baru nongol?" Tanya Flora, sahabat Viona.
Viona dan Flora bersahabat dari mereka menduduki sekolah menengah pertama hingga kini mereka menduduki kelas Xll SMA.
"Di hukum gue, kesiangan gara-gara semalem gak bisa tidur" jawab Viona sambil tetap menyeruput jus milik Flora.
"Seger ya Vi?" Sindir Flora pada temannya itu.
"Hhee sorry sorry, ntar gue ganti duitnya" balas Viona sambil memberikan cengir-an khas nya.
"Ini neng baso sama es teh nya, silahkan di nikmati" ucap bang bewok, penjual bakso langganan Viona sambil meletakkan pesanan Viona di hadapannya.
"Iya bang makasih ya, uangnya udah kan ya tadi?" Balas Viona sambil menarik mangkuk bakso miliknya.
"Iya neng udah kok, kalo gitu Abang balik lagi ya. Ntar mangkoknya kaya biasa aja neng, tinggalin tar Abang yang ambil"
"Siap bang" balas Viona sembari memulai menyantap bakso miliknya yang sudah di beri bumbu.
"Cepetan makannya, bentar lagi bel" peringat Flora sambil memainkan ponselnya menunggu Viona selesai makan.
"Sabar elah" ucap Viona malas sambil terus melanjutkan acara makan nya.
Drreet.
Di saat sedang asyik makan, tiba-tiba ponsel Viona yang tergeletak di atas meja bergetar dan memunculkan sebuah pesan masuk di layar ponselnya.
Viona mengernyitkan dahinya saat melihat nomer tak di kenal mengirimi pesan padanya.
"Nomer baru, siapa tuh?" Tanya Flora yang juga melihat ponsel Viona yang menampilkan sebuah pesan masuk.
"Tau iseng kali" ucap Viona santai sambil terus melanjutkan makannya.
"Mending liat dulu Vi, takutnya penting" saran Flora.
Viona menoleh dan akhirnya mengambil ponselnya untuk melihat pesan masuk.
085876413052 (nomernya author ngarang ya.)
'Sepulang sekolah nanti saya jemput, kita ada janji dengan toko perhiasan untuk menentukan cincin pernikahan kita'
Dalam sekejap ia langsung tau siapa yang mengirimkan pesan padanya.
Flora yang memang sedari tadi memperhatikan, segera mengangkat satu alisnya seolah bertanya pada Viona saat Viona tak sengaja melemparkan pandangannya pada Flora.
Tanpa memperdulikan Flora yang penasaran, Viona kembali menatap ponselnya.
Dengan malas ia membalas, 'Cepet banget sih Om. Lagian gue juga sekolah bawa motor'
Tak perlu menunggu waktu lama, centang abu-abu segera berubah menjadi biru dan berujung panggilan masuk dari nomer yang sama.
Viona melirik Flora sebentar kemudian mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponselnya pada telinga.
Sengan penasaran Flora tampak terus memperhatikan temannya itu dengan sedotan es teh milik Viona yang terus menempel pada bibirnya.
"Halo" sapa Viona.
"...."
"Tar motor gue gimana dong?"
"...."
"Mending jemput ke rumah aja langsung, gue balik pake motor, jadi Om jangan jemput ke sekolah."
"...."
"Ya udah iya."
Tut.
"Siapa Vi?, Om lo?"
Viona menatap Flora yang langsung bertanya setelah panggilan telepon terputus. Ia bingung, apakah ia harus memberi tahukan perihal perjodohan nya kepada Flora. Tapi bagaimana jika Flora tidak percaya dan menganggapnya menghalu.
"Iya ini Om gue, dia baru dateng ke Jakarta dan minta gue buat nemenin dia keliling jakarta." Akhirnya Viona memilih membohongi Flora karena takut Flora tidak akan percaya padanya.
Padahal ia pun tau, satu kebohongan yang di katakan nya barusan akan menimbulkan kebohongan lainnya.
"Oh" balas Flora.
Triing..
"Eh udah bel, lo belum selesai makan Vi" ujar Flora saat bel pertanda waktu istirahat pertama habis berbunyi nyaring di sekitar kantin.
"Gak papa lah, gue juga lagi gak nafsu makan. Kita ke kelas aja yuk, keburu guru pelajaran masuk" ajak Viona sambil bangkit dari duduknya di ikuti oleh Flora.
Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju kelasnya di lantai tiga.
\=°°°•°°°\=
"Tuan sebentar lagi nona Viona pulang sekolah, apakah Tuan akan menjemputnya untuk mendatangi toko perhiasan yang sudah di hubungi oleh Tuan Schumacher?" Tanya Leon, asisten pribadi Michael.
"Dia membawa motor ke sekolah, jadi saya akan menjemputnya di rumahnya" jawab Michael.
"Baiklah Tuan. Apakah saya perlu menemani Tuan?" Tanya Leon kembali.
"Tidak perlu" jawabnya singkat.
"Baiklah jika begitu, saya permisi Tuan" pamit Leon.
"Hmm"
Leon pun segera meninggalkan ruangan Michael. Sementara Michael segera membenahi mejanya bersiap untuk pergi menjemput Viona.
Michael berjalan dengan penuh wibawa menuju lift khusus CEO. Sepanjang ia berjalan banyak pasang mata terutama para wanita yang menatapnya dengan tatapan memuja. Namun tak ada satupun wanita berani menyapanya karena mengingat betapa dinginnya seorang Michael Schumacher.
Tanpa menoleh ke kanan atau kiri, Michael langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Tanpa berniat mengganti bajunya ia langsung menuju rumah Viona yang mulai sekarang akan sangat sering ia kunjungi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh lima menit, akhirnya Michael tiba di depan gerbang rumah Viona. Satpam yang memang sudah mengenal Michael langsung saja membukakan pintu.
Usai memarkirkan mobilnya ia segera keluar dari mobilnya. Ia mengedarkan pandangan sekedar memastikan motor milik Viona ada di garasi. Namun tidak sesuai harapannya, motor Viona belum terparkir di garasi, pertanda bahwa Viona belum sampai di rumahnya.
Kemudain ia berjalan menuju pintu utama dan mengetuk pintu. Hingga tak lama pintu terbuka dan menampilkan seorang pelayan yang mempersilahkannya untuk masuk.
"Selamat siang mejelang sore Tante, gimana kabarnya?" Sapa Michael pada Amora yang tengah duduk di sofa ruang tengah sembari membaca majalah di temani segelas teh manis di depannya.
Amora yang mendengar suara Michael menyapanya segera menoleh dan bangkit dari duduknya.
"Selamat siang menjelang sore kembali Michael. Kita semalem baru ketemu kalo kamu lupa Michael, tentu saja tante baik-baik saja. Kamu kesini pasti mau jemput Viona ya" balas Amora tersenyum sembari menghampiri Michael dan mengajaknya untuk duduk.
Michael tersenyum dan duduk berhadapan dengan Amora.
"Iya Tante, Viona belum sampai ya Tante?" Tanya Michael.
"Bentar pagi kayaknya" jawab Amora.
"ASSALAMUALAIKUM! MAH VIO PULANG!!"
Dari arah luar sudah terdengar suara Viona yang berteriak memberi salam. Panjang umur sekali anak ini, baru juga di omongi udah nongol aja, gumam Amora dalam hati.
"Tuh anak kebiasaan deh suka teriak-teriak. Padahal Mama enggak tuli loh" gerutu Amora.
"Eh ada Om Mic ternyata. Kapan sampe Om?" Ucap Viona sembari menyalami tangan Amora dan duduk di sebelah Amora.
"Baru aja" jawab Mic.
"Itu Michael mau jemput kamu loh Vi, kalian kan mau nyari cincin pernikahan. Sana ganti baju" titah Amora.
"Bentar dulu dong mah, capek ini.. pinggang aku pegel" keluh Viona sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa tanpa memperdulikan Michael yang sedari tadi menatapnya.
"Suruh siapa gak nurut sama Mama, udah di kasih mobil juga masih aja milih motor. Masih mending kalo motornya motor kecil kaya anak cewek lain, lah kamu? motornya malah motor sport. Udah kaya cowok aja" omel Amora.
"Mamah kalo udah bahas motor pasti bawel deh, kayak emak-emak komplek." Ledek Viona sembari beranjak menuju kamarnya untuk mengganti bajunya.
Michael yang melihat interaksi Viona dan Amora, menipiskan bibir nya.
"Kamu yang sabar ya ngadepin Viona nanti. Dia emang begitu anaknya, keras kepala. Tapi dia gak bandel kok, cuman suka bikin darah tinggi aja" ucap Amora tiba-tiba pada Michael yang tengah memperhatikan Viona menaiki tangga membuat Michael segera menoleh pada Amora dan tersenyum membalas ucapan nya.
Sekitar lima menit kemudian, Viona sudah kembali menampakkan dirinya dan mengajak Michael pergi.
"Yuk Om, aku udah siap" ajaknya.
"Viona.. kamu mau pergi nyari cincin tunangan bukan mau nongkrong sama temen.. kenapa baju kamu kaya gitu, malu-maluin" gerutu Amora saat melihat Viona yang berdiri di anak tangga terakhir.
Bagaimana tidak menggerutu, sekarang Viona hanya memakai kaos polos putih kebesaran di padukan dengan celana Levis panjang berwarna hitam. Jangan lupakan rambutnya yang di gelung asal.
Viona terdiam dan melirik dirinya sendiri dari aras sampai bawah.
"Gak ada yang salah kok sama baju aku" gumamnya.
Michael yang melihatnya hanya mampu menunduk dan menyembunyikan senyumnya melihat kepolosan Viona yang hakiki.
"Kamu mau jalan sama calon suami bukan sama Flora, ganti baju sana. Pakai dress atau rok, feminim sedikit jadi perempuan. Jangan bikin Michael malu" omel Amora.
Viona memutar bola mata nya malas dan berbalik badan hendak mengganti bajunya seerti saran dari Amora tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Amora menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di tempatnya tadi. Sedangkan Michael hanya menunjukkan senyum tipisnya.
Keduanya mengobrol sambil menunggu Viona selesai bersiap. Entah apa yang mereka bicarakan, hanya mereka dan tuhan yang tahu.
"Aku udah siap, jangan ngomen lagi Mah. Ogah kalo harus balik lagi ke kamar" ucap Viona dari atas tangga sembari berjalan menuju Amora dan Michael yang kini menatapnya.
Kini Viona menggunakan Rok span selutut berwarna Cream di padukan dengan kaos putih polos, dan di lapisi dengan blazer panjang hingga menutupi rok yang di pakainya. Blazer nya pun berwarna senada dengan rok span yang di pakainya, jangan lupakan rambutnya yang panjang tergerai dengan sempurna.
Michael terdiam melihat penampilan Viona yang tampak sederhana namun berkelas. Saat tersadar Michael segera berdiri dari duduknya dan mengajak Viona untuk segera berangkat. Tidak lupa juga untuk berpamitan pada Amora.
Sesampainya di garasi, Michael segera membukakan pintu untuk Viona. Setelah Viona masuk dan Michael menutup pintunya, ia segera mengelilingi mobil bagian depan dan masuk ke kursi pengemudi.
Michael mengeluarkan mobilnya dari gerbang rumah Viona menuju sebuah Mall di pusat kota untuk mengunjungi sebuah toko perhiasan yang sudah di hubungi oleh Schumacher.