Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Selamat siang, Mbak Erlin. Senang bisa menjadi asisten Anda," sapa Viona seraya tersenyum menyeringai dan sedikit membungkuk, memberi hormat.
"Kenapa harus dia yang jadi asisten saya, Nyonya?" tanya Erlin kembali menatap wajah Rosalinda dengan raut wajah kesal. "Anda tau sendiri bagaimana kelakuan dia. Orang seperti dia gak boleh di kasih panggung. Astaga!"
Viona melangkah mendekati Rosalinda, kembali membungkuk memberi hormat dengan wajah serius. "Selamat siang, Nyonya Rosalinda. Terima kasih karena sudah memberikan pekerjaan yang lebih baik untuk saya," ucapnya, lalu mengalihkan pandangan mata kepada Erlin. "Saya merasa sangat terhormat bisa menjadi asisten Anda, Mbak Erlin," ucapnya dengan senyum sinis.
"Hey, siapa yang mau punya asisten wanita matre gak tau diri seperti kamu, hah?" bentak Erlin, seraya menunjuk wajah Viona menggunakan jari telunjuk.
"Aneh, kenapa Viona tiba-tiba deket sama Nyonya? Apa jangan-jangan, Nyonya sengaja menjadikan Viona asisten aku biar dia bisa memata-mataiku? Nyonya udah mulai curiga sama aku? Sial!" batin Erlin dengan kesal.
"Cukup, Erlin!" seru Rosalinda dengan suara lantang. "Dasar gak tau terima kasih. Aku memberi kamu asisten biar kamu gak kerepotan kerja sendiri. Bukannya berterima kasih malah kayak gini! Mau aku pecat kamu, hah?"
Erlin menunduk dengan tangan mengepal. "Tak perlu dipecat pun aku akan dengan senang hati resign dari pekerjaanku, Nyonya, tapi nanti setelah aku mendapatkan informasi yang aku inginkan," batinnya.
Erlin kembali menatap wajah Rosalinda dengan datar. "Terima kasih karena Anda sudah memberiku asisten untuk meringankan pekerjaan aku, Nyonya. Semoga aku dan Viona bisa bekerja sama dengan baik," ucapnya, seraya mengalihkan pandangan mata kepada Viona, memandang wajahnya dengan sinis.
"Aku gak mau kamu mengeluh seperti ini lagi, Erlin, dan ingat pesanku tadi, tak ada kata maaf untuk sebuah pengkhianatan. Paham?"
Erlin membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. "Baik, saya paham, Nyonya. Boleh saya kembali ke kamar saya?"
Rosalinda menganggukkan kepala dengan wajah datar.
***
Di kamar hotel yang berada tepat di samping kamar Rosalinda, Erlin meletakan tas miliknya sembarang di atas ranjang setelah meraih ponsel canggihnya dari dalam sana. Duduk di tepi ranjang seraya menatap layar ponsel, melakukan sambungan telepon.
"Halo, Candra," sapanya, meletakan ponsel di telinga.
"Iya halo, Er. Kamu baik-baik aja, 'kan? Saya udah nunggu telpon kamu dari tadi lho," samar-samar terdengar suara Candra di dalam sambungan telepon.
"Aku baik-baik aja, Can, tapi ada kabar mengejutkan."
"Kabar mengejutkan?"
"Viona jadi asisten aku."
"Hah?"
"Kayaknya kita harus jaga jarak dulu, Can. Maksud aku, kita gak bisa bebas ketemu seperti kemarin-kemarin karena aku curiga, Nyonya sengaja mengirim Viona untuk memata-mataiku."
"Astaga, dari sekian banyak manusia yang ada di dunia ini, kenapa harus Viona?"
"Aku juga gak tau, Candra."
Suasana seketika hening, baik Candra maupun Erlin sama-sama terdiam, larut dalam lamunan. Erlin merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ponsel miliknya pun masih ia letakan di telinga.
"Ya udah, nanti aku telpon kamu lagi. Aku lelah banget," ucapnya dengan mata terpejam.
"Kalau ada apa-apa, segera hubungi saya dan jaga diri kamu baik-baik, Sayang. Saya gak mau kamu sampe kenapa-napa. Oke?" ucap Candra dengan penuh penekanan.
"Iya, kamu tenang aja. Aku bisa jaga diri dengan baik. Baay," jawab Erlin sebelum akhirnya menutup sambungan telepon dan meletakan ponsel miliknya sembarang di atas ranjang.
"Ya Tuhan, mana tadi pagi aku bilang sama Viona tentang hubungan aku sama Candra. Semoga dia gak bilang apa-apa sama Nyonya," gumamnya seraya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
***
Keesokan harinya tepatnya pukul 08.00, Candra tengah berada di perjalanan menuju hotel, tempat di mana Rosalinda berada. Bersama Bram yang telah resmi menjadi asisten merangkap supir pribadi, ia akan berangkat ke kota Jakarta atas permintaan Rosalinda.
Setelah bertahun-tahun tinggal di kawasan industri dengan bekerja sebagai petugas kebersihan, akhirnya Candra Wijaya meninggalkan tempat itu. Siap berperang melawan Rosalinda dan mencari keberadaan ibu kandungnya. Tidak lupa, ia pun akan merebut kembali apa yang menjadi haknya. Bram yang tengah duduk jok supir, seketika menatap wajah Candra dari pantulan kaca spion yang berada di dalam mobil. Candra sontak melakukan hal yang sama. Menatap wajah Bram membuat pria itu gugup dan segera mengalihkan pandangan matanya ke arah depan, di mana jalanan membentang tidak terlalu padat kendaraan.
"Apa kamu bisa dipercaya, Bram?" tanya Candra dengan santai.
"Hah? Te-tentu saja, Pak Bos. Asal Anda tau aja, ya. Kalau saya udah setia sama satu orang, saya rela melakukan apapun demi orang tersebut. Termasuk Anda karena Anda adalah atasan saya sekarang," jawab Bram, kembali menatap wajah Candra dari pantulan kaca spion.
"Apa kamu tau, Viona jadi anak buahnya Rosalinda?"
Bram terkejut, keningnya mengerut. "Hah? Benarkah? Bukannya dia masih kerja di pabrik, ya?"
"Kamu 'kan atasan dia di pabrik? Emangnya kamu gak tau kalau dia resign?"
"Nggak, Pak Bos. Saya gak tau, lagian saya dan dia udah putus, Pak."
"Kamu masih cinta sama dia?"
"Entahlah."
"Dia akan jadi musuh kamu sekarang, saya harap kamu bisa memisahkan urusan pribadi sama urusan pekerjaan, Bram."
Bram terdiam, kata musuh terdengar seperti mereka akan pergi berperang dan Viona berada di pihak lawan. Jika boleh berkata jujur, rasa itu masih tersisa di hatinya dan ia belum sepenuhnya move on dari wanita bernama Viona. Ya, meskipun ia tahu betul bahwa pria yang duduk belakangnya itu pun pernah memiliki hubungan dengan wanita yang sama, tapi ia yakin bahwa Candra sudah benar-benar melupakan Viona. Bram larut dalam lamunan.
"Kenapa diem aja, Bram? Apa kamu masih cinta sama Viona?" tanya Candra seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Bram.
"Hah? Ng-nggak, Pak Bos. Saya agak ngeri aja, mendenger kata musuh rasanya seperti kita sedang menuju ke medan perang," jawab Bram, seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Ya memang benar. Kita akan pergi berperang, Bram. Perang dingin, menusuk lawan dari belakang, berpura-pura baik di depan, padahal akan saling menikam satu sama lain ketika lawan sedang lengah," jawab Candra dengan wajah serius. "Sekarang, saya mau tanya sama kamu, apa kamu siap menikam Viona, mantan pacar kamu sendiri?"
"Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, izinkan saya bertanya satu hal sama Anda, Pak Bos."
"Oke, kamu mau tanya apa?"
"Sebenarnya, Mbak Erlin itu ada di pihak siapa, Pak Bos? Dia asisten pribadi Nyonya Rosalinda, tapi kemarin kita makan siang bareng dan sepertinya kalian lumayan dekat."
Candra tersenyum ringan, seraya menoleh ke arah samping, menatap kaca jendela mobil. "Dia itu pacar saya, Bram. Ya, jelas dia ada di pihak saya."
"Pa-pacar Anda?"
Candra hanya menganggukkan kepala, seraya menyandarkan punggung berikut kepala di sandaran jok mobil.
"Apa Anda gak takut menempatkan pacar Anda di kandang musuh? Kalau Mbak Erlin jadi tumbal, gimana, Pak? Dari yang saya dengar dari Ayah saya, Nyonya Rosalinda itu kejam lho, Pak."
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭